Baris 13

عِصْـمَـتُهُمْ كَسَـائِرِ الْمَلاَئِـكَهْ ۞ وَاجِـبَـةٌ وَفَـاضَلُوا الْـمَـلاَئِكَهْ

Terjaganya mereka (dari perbuatan dosa) seperti para malaikat seluruhnya. itu wajib, dan para Nabi lebih utama dari para malaikat

Pembahasan tentang Ishmah (terjaga dari dosa)

Dalam kajian sebelum ini telah dibahas makna Ishmah, bahwa semua Nabi dan Rasul bersifat ma’shum, yaitu terjaga dari berbuat dosa. Sifat Ishmah ini sebenarnya sudah termasuk dalam Sifat Amanah, yaitu bahwa Nabi selalu melaksanakan perintah atau tugas yang diberikan oleh Allah, sebagaimana telah dijelaskan pada kajian sebelumnya.

Nabi dan Malaikat bersifat Ma’shum

Allah menciptakan 2 jenis makhluk yang ma’shum, yang terjaga dari berbuat dosa. Yaitu dari jenis manusia adalah para Nabi dan Rasul dan dari jenis Malaikat, adalah seluruh Malaikat, karena malaikat tidak diberi hawa nafsu yang punya potensi ingkar kepada Allah. Malaikat akan selalu taat dan melaksanakan semua perintah Allah. Jika ada cerita tentang Malaikat yang berbuat maksiat, sebagaimana dalam yang dalam kisah Israiliyat (cerita yang berasal dari Bani Israil), maka kisah itu sudah pasti telah dikelirukan, seperti kisah Malaikat Harut dan Marut. Mereka diutus ke Babylonia untuk memberitahukan tentang hakikat ilmu sihir, dan memberikan peringatan akan bahayanya, agar tidak menjadi kafir, sebagaimana firman Allah

وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.” Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu.

Pembahasan sifat ma’shum pada Nabi dan Rasul ini sangat penting dalam ajaran Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, karena ada golongan lain (yaitu Syi’ah) yang meyakini adanya manusia selain Nabi dan Rasul yang bersifat ma’shum. Golongan ini jelas bertentangan dengan Ahlussunnah wal Jama’ah.

Nabi dan Malaikat mempunyai derajat yang berbeda-beda

Namun di antara jenis makhluk itu, Nabi dan Rasul adalah lebih mulia dari pada Malaikat. Karena Malaikat tidak perlu makan, tidak minum dan tidak punya syahwat untuk menikah. Berbeda dengan Nabi dan Rasul yang juga manusia yang punya keperluan dan sifat sebagaimana manusia seperti yang telah dijelaskan dalam Sifat Jaiz Nabi dan Rasul di kajian sebelumnya.
Para Nabi dan Rasul juga mempunyai derajat yang berbeda-beda. Golongan Nabi yang paling mulia adalah Nabi yang disebut dengan gelar Ulul Azhmi. Mereka itu adalah – jika dilihat dari urutan diutusnya adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad shallallahu alaihim wassalam. Di antara mereka yang paling mulia adalah Nabi kita, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam.

Para Malaikat juga tidak sama derajatnya. Yang paling mulia adalah 10 Malaikat yaitu : Malaikat Jibril, Mikail, Izrail, Israfil, Raqib, Atid, Munkar, Nakir, Ridwan dan Malik. Di antara mereka yang paling mulia adalah Malaikat Jibril.

Mu’jizat

Mu’jizat berasal dari kata ‘ijaz yang artinya lemah atau tidak mampu. Mu’jizat adalah sesuatu yang membuat lemah terhadap Nabi sehingga mereka mengakui Nabi karena melihat Mu’jizat itu. Mu’jizat tidak dapat dikalahkan oleh makhluk apapun. Pembahasan mu’jizat ini sangat penting untuk diketahui, karena setiap Nabi pasti mempunyai mu’jizat. Jika seorang mengaku Nabi tapi tidak dapat menunjukkan mu’jizat, maka sudah pasti orang itu bukan Nabi. Oleh sebab itu kita tidak akan tertipu dengan orang yang mengaku Nabi, apalagi Allah sudah memberitahu kepada kita bahwa tidak akan ada Nabi yang Allah utus setelah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam. Dajjal yang akan datang di akhir zaman dengan membawa sihir yang amat dahsyat tidak akan mengaku Nabi. Dajjal akan mengaku tuhan di hadapan manusia. Oleh sebab itu begitu penting kita belajar ilmu Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah agar kita tidak tertipu oleh Nabi palsu dan Dajjal.
Mu’jizat selalu bertentangan dengan hukum ‘adat (hukum alam),
Ada 7 ciri-ciri mu’jizat:

  1. Perkataan atau perbuatan, Nabi seperti : Nabi Musa alaihi salam membelah laut merah, mengubah tingkat menjadi ular (benar-benar ular bukan kelihatan sebagai ular, sebagaimana tukang sihir).
  2. Mesti luar biasa yaitu melanggar hukum ‘adat (alam) atau khawariqu ‘adat, sehingga sesuatu hukum alam yang biasanya terjadi menjadi tidak terjadi karena Allah telah mengubah kekuatan yang biasa ada pada makhluk itu, sehingga terjadi peristiwa yang luar biasa. Lihat juga penjelasan di tulisan ini. Ilmu sihir bukan mu’jizat karena dapat dipelajari, sedang mu’jizat tidak dapat dipelajari. Mu#jizat karunia dari Allah. Oleh sebab itu Nabi adalah juga karunia dari Allah. Maka manusia tidak bisa berusaha menjadi Nabi. Nabi dapat melakukan mu’jizat dengan izin Allah.
  3. Yang melakukannya mesti mengaku Nabi, jika orang itu tidak mengaku Nabi, maka peristiwa itu bukan Mu’jizat. Mungkin kejadian yang luar biasa itu disebut karamah, ma’unah atau istidraj, tergantung dari manusia yang mengalaminya.
  4. Mu’jizat terjadi bersamaan dengan orang yang mengaku Nabi.
    4.1. Jika suatu kejadian yang luar biasa terjadi sebelum orang itu menjadi Nabi, maka perkara itu disebut irhashot.
    4,2, Jika terjadi pada wali maka perkara itu disebut karamah. Ada 3 pendapat tentang karamah:
    4.2.1. Kehebatan karamah sama dengan kehebatan Mu’jizat. Contoh : Jika Nabi dapat membelah laut maka Wali juga dapat membelah laut. Ini adalah pendapat terkuat banyak Ulama Ahlussunnah wal Jamaah
    4.2.2. Karamah agak kurang kehebatannya dari Mu’jizat, sesuai dengan derajat Wali lebih rendah dari Nabi. Contoh : Jika Nabi dapat membelah laut maka Wali hanya dapat membelah sungai. Ini juga pendapat banyak Ulama Ahlussunnah wal Jama’ah.
    4.2.3. Pendapat seorang Ulama Abi Ishak Al Isfaraini bahwa karamah hakikatnya tidak ada melainkan Mu’jizat atau Irhashot dari Nabi. Contoh makanan yang datang kepada Siti Maryam adalah Irhashod dari Nabi Isa alaihi salam. Berpindahnya singgasana Ratu Balqis oleh seorang ahlul Kitab, adalah karena orang itu dapat melakukanya dengan ilmunya.
    Pendapat ini lebih sesuai untuk akhir zaman, agar manusia tidak mudah heran terhadap sesuatu yang luar biasa, agar tidak terkeliru dan tidak mudah mengatakan karamah. Ini hanya pendapat minoritas Ulama.
    4.3. Ma’unah adalah kejadian luar biasa berupa pertolongan yang terjadi pada orang biasa.
    4.4. Istidraj adalah kejadian luar biasa yang terjadi pada orang yang durhaka. Di akhir zaman diesbutkan dalam Hadits bahwa istdraj ini akan terjadi pada Dajjal. Dajjal tidak mengaku Nabi tapi mengaku tuhan. Dengan belajar ilmu Aqidah Ahlussunnnah wal Jama’ah, diharapkan kita dapat selamat dari fitnah Dajjal. Fitnah ini kemungkinan akan mengelabui golongan Mujassimah, yaitu orang yang meyakini Allah mempunyai Jism (anggota badan). karena Dajjal mempunyai anggota badan. Kita berlindung kepada Allah dari fitnah Dajjal.
    Catatan penting tentang kejadian yang luar biasa: jika kita melihat sesuatu yang luar biasa pada seseorang, agar kita tidak langsung terpukau kepada seseorang dan menganggap orang itu adalah wali. Karena mungkin saja orang itu adalah orang yang durhaka. Maka kita mesti melihat dulu bagaimana ketaatan orang itu terhadap Qur’an dan Sunnah, baru kita dapat mengetahui perkara yang luar biasa itu adalah mu’jizat, karamah, ma’unah atau istidraj. Dan jangan mudah kagum dan heran terhadap peritiwa yang luar biasa itu.
  5. Apa dikatakan oleh Nabi mesti terjadi sebagaimana kenyataan yang terjadi, tidak meleset. Contoh: jika Nabi berkata bulan terbelah, maka benar bulan terbelah.
  6. Tidak ada makhluk Allah yang dapat menentangnya. Contoh ketika Abu Lahab meminta bukti kepada Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, dengan memanggil seekor anak kambing untuk bersyahadat. Rasulullah kemudian memanggil seekor anak kambing dan minta bersyahadat. Maka anak kambing itu langsung dapat berkata yan membaca syahadat.
  7. Tidak ada makhluk yang dapat melakukan peristiwa yang luar biasa seperti mu’jizat Nabi untuk melawan Nabi. Contoh:
    – Tukang sihir Fir’aun yang menjadikan tali jadi ular. Tetapi Mu’jizat Nabi Musa yang berupa tongkat yang berubah menjadi ular yang memakan ular-ular dari para tukang sihir tadi.
    – Mu’jizat Rasulullah shallallahu alahi wassalam berupa Al Qur’an, tidak akan ada orang lain yang dapat membuat Al Qur’an, sebagaimana yang dilakukan oleh Musailamah Al Kadzab. Bahkan ada ayat Al Qur’an yang menantang manusia untuk membuatnya seperti Al Qur’an. Namunu tidak ada makhluk yang dapat melakukannya.

قُلْ لَّىِٕنِ اجْتَمَعَتِ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلٰٓى اَنْ يَّأْتُوْا بِمِثْلِ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لَا يَأْتُوْنَ بِمِثْلِهٖ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا

 “Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al Quran ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.”

Baris 14

وَالْـمُسْـتَحِيْلُ ضِدُّ كُـلِّ وَاجِبِ ۞ فَـاحْـفَظْ لِخَمْسِيْنَ بِحُكْمٍ وَاجِب

Mustahil itu lawan setiap wajib, maka hafalkanlah 50 sifat sebagai hukum yang wajib

50 Sifat yang Wajib dipelajari

Sejauh ini kita telah mempelajari

  • 20 SIfat Wajib bagi Allah. Maka lawan dari 20 Sifat Yang Wajib adalah
  • 20 Sifat Mustahil bagi Allah.
  • 1 Sifat Jaiz bagi Allah.
    (lihat Bagian 3, Bagian 4, Bagian 5, Bagian 6, Bagian 7, Bagian 8 dan Bagian 9)
  • 4 Sifat Wajib bagi Rasul yaitu Fathonah (cerdas), Shiddiq (jujur), Amanah (terpercaya) dan Tabligh (menyampaikan), maka lawan dari 4 Sifat Wajib ini adalah
  • 4 Sifat Mustahil bagi Rasul yaitu Baladah (Bodoh), Kadzib (pendusta), Khianat (curang) dan Kitman (menyembunyikan)
  • 1 Sifat Jaiz bagi Rasul yaitu sifat fisik kemanusiaan dan keperluannya yang ada pada Nabi.
    (lihat Bagian 10 dan Bagian 11)
  • Maka semua Sifat-Sifat itu kalau dijumlahkan semua berjumlah 50 Sifat (20+20+1+4+4+1 = 50 ). Inilah Sifat-Sifat dari Allah dan Nabi yang mesti kita pelajari dan fahami sebagai penganut Islam Ahlussunnah wal Jama’ah.

Wallahu a’lam

Text lengkap dan terjemah Aqidatul Awwam dalam dilihat di Kitab Aqidatul Awam Dan Terjemah [PDF] (terjemahkitab.com).


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian