Sifat Jaiz Allah adalah Sifat yang mungkin Allah lakukan dan mungkin pula Allah tinggalkan. Mengenal Sifat Jaiz Allah dalam pengantar Ilmu Mantiq adalah sangat penting untuk kita dalam memahami khawariqul ´adat.

Dalam pengantar Ilmu Mantiq, kita mengenal ada 3 sumber hukum ditinjau dari bagaimana akal kita membuat kesimpulan yaitu,

1. Hukum akal atau disebut juga hukum logika.

Hukum logika adalah suatu hukum atau kesimpulan yang dibuat oleh akal berdasarkan logika. Kesimpulan terhadap sesuatu hal atau kejadian menurut hukum akal (logika) dibagi menjadi 3 perkara yaitu:
a. Perkara Wajib.
b. Perkara Mustahil.
c. Perkara Jaiz

2. Hukum adat atau hukum kebiasaan atau sering disebut juga hukum alam atau sunnatullah.

Hukum adat atau hukum alam adalah suatu hukum atau kesimpulan yang dibuat oleh akal berdasarkan pengamatan dan pengalaman secara berulang-ulang. Perkara khawariqul ´adat adalah perkara yang menyalahi hukum ´adat/alam atau kebiasaan. Maka perkara khawariqul ‘adat disebut juga perkara yang terjadi di luar kebiasaan atau kejadian yang luar biasa. Maka kadang kita mengatakan peristiwa itu adalah tidak masuk akal, maksudnya adalah peristiwa itu tidak masuk dalam akal kita yang selama ini mengamati dan mengalami hal yang biasa atau yang terjadi secara berulang-ulang.
Seluruh perkara hukum alam, baik yang biasa maupun yang luar biasa adalah perkara yang Jaiz bagi Allah dan semua itu ada dalam Kuasa dan Kehendak Allah.

3. Hukum yang diwahyukan atau hukum Allah.

Hukum yang diwahyukan adalah suatu hukum yang diyakini atas dasar Quran dan Hadits. Dalil yang dipakai untuk menentukan hukum ini disebut Dalil Naqli, yakni dalil yang dinukil dari Kitab Suci Al Quran atau Hadits Rasululllah shallallahu alaihi wassalam.

Khawariqul ´adat sama sekali tidak menunjukkan seseorang itu orang yang taat kepada Allah atau orang yang bertaqwa

Orang yang taat dan dekat kepada Allah atau orang yang bertaqwa dapat diketahui dengan melihat bagaimana orang itu bersikap terhadap hukum yang diwahyukan, yaitu Al Qur’an dan Hadits.

Khawariqul ´adat bukan suatu tanda ketaatan dan bukan tujuan kita taat kepada Allah. Tujuan kita taat kepada Allah adalah semata-mata untuk beribadah kepada Allah, sesuai dengan firman Allah dalam QS Adz Dzariyat: 56

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Jenis khawariqul ‘adat ditunjukkan oleh bagaimana ketaatan orang yang menerimanya

Jadi bukan khawariqul ´adat  yang menunjukkan istimewanya seseorang itu di sisi Allah, tetapi justru sebaliknya kita dapat mengenal apakah suatu khawariqul ´adat itu termasuk irhasy/mu’jizat/karamah/ma’unah yang diredhoi Allah ataukah termasuk istidraj/sihir yang mengundang kemurkaan Allah adalah karena kita mengetahui bagaimana orang yang mendapat khawariqul ´adat itu bersikap terhadap hukum yang diwahyukan atau Kalam Allah, apakah dia taat atau ingkar kepada Allah.

Tujuan Allah menjadikan khawariqul ´adat adalah untuk menarik perhatian hambaNya akan tanda-tanda KebesaranNya pada makhlukNya agar hambaNya itu mengenal Kebesaran Allah, sehingga menjadi tunduk dan beriman kepada Allah melalui makhlukNya. Namun khawariqul ‘adat juga menguji hamba Allah yang melihat dan yang mengalaminya, apakah hamba Allah itu dapat bersyukur atau menjadi kufur atas nikmat Allah.

Allah berfirman dalam QS An-Naml : 40

قَالَ ٱلَّذِى عِندَهُۥ عِلْمٌ مِّنَ ٱلْكِتَٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِىٌّ كَرِيمٌ

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.

Maka khawariqul ‘adat dilihat dari keimanan seseorang yang mengalaminya dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

  1. Mu’jizat: kejadian luar biasa yang terjadi pada Nabi dan Rasul. Mu’jizat menambah rasa syukur dan tawadhu` para Nabi dan Rasul, karena mereka sadar sekali bahwa itu semua adalah atas Kehendak dan Kuasa Allah, tidak sama sekali atas kemampuan mereka. Jauh sekali dari rasa sombong atas mu’jizat itu. Mu’jizat menambahkan tinggi derajat mereka di sisi Allah dan mengukuhkan kedudukan Nabi dan Rasul di hadapan hamba-hamba Allah yang lain, sehingga – sesuai dengan maknanya – Mu’jizat membuat mereka menjadi lemah, tunduk dan beriman kepada Allah dan Nabi/RasulNya.
  2. Karamah: kejadian luar biasa yang terjadi pada wali atau orang yang sangat dekat dengan Allah. Sebagaimana Mu’jizat yang terjadi pada Nabi dan Rasul, karamah menjadikan pada wali Allah tersebut menambahkan rasa syukur dan tawadhu’ kepada Allah. Jauh dari membangga-banggakan peristiwa luar biasa itu untuk menyombongkan diri. Karamah berarti kemuliaan, maksudnya peristiwa itu Allah menjadikan bertambah kemulian wali Allah di sisiNya dan mengukuhkan kedudukan waliullah itu dihadapan hambaNya yang lain.
  3. Irhasy: adalah kejadian luar biasa yang terjadi pada Nabi dan Rasul sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
  4. Ma’unah: adalah kejadian luar biasa yang terjadi pada orang biasa, yang tidak menjadikan orang itu lupa kepada Allah. Bahkan orang itu menjadi semakin bersyukur dan semakin dekat kepada Allah. Ma’unah yang berlaku pada orang yang bukan Islam akan membawa keyakinan orang itu akan kebenaran Islam sehingga menjadikannya suatu ketika memeluk agama Islam.
  5. Istidraj: adalah kejadian luar biasa yang terjadi pada orang fasiq atau kafir  yang menjadikannya semakin jauh dari Allah. Mereka menjadi lalai dan membangga-banggakan peristiwa luar biasa itu untuk kepentingan dunia. Contoh: Fir’aun dan orang besarnya yaitu Hamman dan Samiriy. Mereka diberi keistimewaan yaitu kepandaian dan kekuatan. Namun kepandaian dan keistimewaannya justru menjadikannya lalai dan menyombongkan diri untuk kepentingan dunia mereka.
  6. Sihir: adalah kejadian luar biasa yang dipelajari oleh orang fasiq dan kafir dengan bantuan makhluk gaib (jin). Dalam hukum syariat mempelajari sihir adalah haram, karena untuk mempelajarinya mesti meyakini adanya kekuatan lain selain Allah untuk menjalankan sihirnya yang menjurus kepada syirik.

Manusia yang melihat atau mendengar perkara khawariqul terbagi menjadi 3 kategori ditinjau dari pengaruhnya terhadap orang itu

a. Orang beriman akan bertambah imannya kepada Allah, bertambah percaya dan yakin kepada Rasul/Nabi atau waliullah itu.

Sebagaimana terjadi pada Sayidina Abu Bakar radhiyallahu anhu. Ketika beliau mendengar adanya berita tentang peristiwa Isra’ dan Mi’raj yang terjadi pada Rasulullah shallallahu alahi wassalam, beliau langsung percaya dan yakin, bahkan beliau berkata: kalau ada perkara yang lebih dari itu yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu alahi wassalam maka beliau akan langsung percaya juga.
Sayidina Abu Bakar radhiyallahu anhu berkata begitu bukan berarti beliau tidak menggunakan akalnya, sebab telah disebutkan bahwa tidak ada agama bagi orang yang tidak mempunyai akal. Keyakinan Sayidina Abu Bakar radhiyallahu anhu ini justru menunjukkan kecerdasan beliau dalam menggunakan akalnya. Beliau kenal betul siapa Rasulullah shallallahu alahi wassalam dan dari Rasulullah itu beliau kenal siapa Allah, Tuhan yang disembah yang menciptakan alam semesta ini dengan Kuasa dan KehendakNya. Rasulullah shallallahu alahi wassalam adalah utusan Allah yang sangat taat kepada Allah. Beliau shallallahu alahi wassalam bersifat Siddiq (benar), Amanah (dipercaya), Tabligh (menyampaikan), dan Fathanah (cerdas), maka sudah sewajarnya bagi orang yang beriman dan berakal akan yakin bahwa apa yang diceritakan Rasulullah shallallahu alahi wassalam pasti benar, tidak ada keraguan padanya.

b. Bagi orang yang semula tidak beriman tetapi hatinya terbuka menerima kebenaran, akan menjadi beriman kepada Allah kepada Rasul/Nabi atau waliullah.

Tukang sihir Firaun melihat Mu’jizat Nabi Musa alaihi salam.

Bahkan para tukang sihir yang telah bertaubat dan beriman kepada Allah dengan sesungguh-sungguhnya. Sehingga tidak mau kembali menjadi kafir sekalipun diancam dengan hukuman yang amat berat oleh Fir’aun. Allah berfirman dalam QS Thaha : 69-72

وَأَلْقِ مَا فِى يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوٓا۟ ۖ إِنَّمَا صَنَعُوا۟ كَيْدُ سَٰحِرٍ ۖ وَلَا يُفْلِحُ ٱلسَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ

69. Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang”.

فَأُلْقِىَ ٱلسَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا بِرَبِّ هَٰرُونَ وَمُوسَىٰ

70. Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: “Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa”.

قَالَ ءَامَنتُمْ لَهُۥ قَبْلَ أَنْ ءَاذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّهُۥ لَكَبِيرُكُمُ ٱلَّذِى عَلَّمَكُمُ ٱلسِّحْرَ ۖ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَٰفٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِى جُذُوعِ ٱلنَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَآ أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَىٰ

71. Berkata Fir’aun: “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya”.

قَالُوا۟ لَن نُّؤْثِرَكَ عَلَىٰ مَا جَآءَنَا مِنَ ٱلْبَيِّنَٰتِ وَٱلَّذِى فَطَرَنَا ۖ فَٱقْضِ مَآ أَنتَ قَاضٍ ۖ إِنَّمَا تَقْضِى هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَآ

72. Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.

Ratu Bilkis melihat Mu’jizat Nabi Sulaiman alaihi salam.

Ratu Bilkis menjadi beriman setelah melihat Mu’jizat Nabi Sulaiman. Firman Allah dalam QS An-Naml 41-44

قَالَ نَكِّرُوا۟ لَهَا عَرْشَهَا نَنظُرْ أَتَهْتَدِىٓ أَمْ تَكُونُ مِنَ ٱلَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ

Dia (Nabi Sulaiman) berkata: “Rubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya)”.

فَلَمَّا جَآءَتْ قِيلَ أَهَٰكَذَا عَرْشُكِ ۖ قَالَتْ كَأَنَّهُۥ هُوَ ۚ وَأُوتِينَا ٱلْعِلْمَ مِن قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ

Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupa inikah singgasanamu?” Dia menjawab: “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”.

وَصَدَّهَا مَا كَانَت تَّعْبُدُ مِن دُونِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهَا كَانَتْ مِن قَوْمٍ كَٰفِرِينَ

Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.

قِيلَ لَهَا ٱدْخُلِى ٱلصَّرْحَ ۖ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَن سَاقَيْهَا ۚ قَالَ إِنَّهُۥ صَرْحٌ مُّمَرَّدٌ مِّن قَوَارِيرَ ۗ قَالَتْ رَبِّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَٰنَ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”.

c.     Bagi orang kafir yang menutup hatinya, akan bertambah jauh dari Allah setelah melihat Mu’jizat

Kaum Tsamud melihat Mu’jizat Nabi Salih

Kaum Tsamud tetap ingkar kepada Nabi Salih dan bahkan berbuat zalim terhadap Mu’jizat. Mereka membunuh Unta betina, Mu’jizat Nabi Salih, sehingga umat Nabi Salih itu mendapat adzab dari Allah.

Firman Allah dalam QS Hud: 61-68

وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ وَٱسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَٱسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّى قَرِيبٌ مُّجِيبٌ

Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)”.

قَالُوا۟ يَٰصَٰلِحُ قَدْ كُنتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَٰذَآ ۖ أَتَنْهَىٰنَآ أَن نَّعْبُدَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِى شَكٍّ مِّمَّا تَدْعُونَآ إِلَيْهِ مُرِيبٍ

Kaum Tsamud berkata: “Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami”.

قَالَ يَٰقَوْمِ أَرَءَيْتُمْ إِن كُنتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّى وَءَاتَىٰنِى مِنْهُ رَحْمَةً فَمَن يَنصُرُنِى مِنَ ٱللَّهِ إِنْ عَصَيْتُهُۥ ۖ فَمَا تَزِيدُونَنِى غَيْرَ تَخْسِيرٍ

Shaleh berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya, maka siapakah yang akan menolong aku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya. Sebab itu kamu tidak menambah apapun kepadaku selain daripada kerugian..

وَيَٰقَوْمِ هَٰذِهِۦ نَاقَةُ ٱللَّهِ لَكُمْ ءَايَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِىٓ أَرْضِ ٱللَّهِ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوٓءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيبٌ

Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat”.

فَعَقَرُوهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوا۟ فِى دَارِكُمْ ثَلَٰثَةَ أَيَّامٍ ۖ ذَٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ

Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shaleh: “Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan”.

فَلَمَّا جَآءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا صَٰلِحًا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَمِنْ خِزْىِ يَوْمِئِذٍ ۗ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ ٱلْقَوِىُّ ٱلْعَزِيزُ

Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-Lah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

وَأَخَذَ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ ٱلصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دِيَٰرِهِمْ جَٰثِمِينَ

Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya,

كَأَن لَّمْ يَغْنَوْا۟ فِيهَآ ۗ أَلَآ إِنَّ ثَمُودَا۟ كَفَرُوا۟ رَبَّهُمْ ۗ أَلَا بُعْدًا لِّثَمُودَ

seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud.

Demikianlah Allah binasakan kaum Tsamud setelah Allah utus Nabi Shalih alaihi salam dengan Mu’jizat berupa Unta betina.

Sesungguhnya bagi orang-orang beriman tanda-tanda Kebesaran Allah sudah dapat dilihat dan diketahui melalui ciptaan Allah.

Ini sudah cukup untuk menjadikan mereka lemah dan tunduk kepada Allah, sebab orang beriman melihat alam ini dengan akal dan hatinya yang terbuka sebagaimana firman Allah dalam Qur´an surat Ali Imran ayat 190-191:

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

(yaitu) orang-orang yang mengingati Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Tujuan beramal adalah untuk beribadah kepada Allah bukan untuk mengharapkan karamah

Kita beramal soleh bertujuan untuk beribadah kepada Allah supaya Allah redho kepada kita. Bukan karena untuk mendapatkan karamah. Bagi orang yang beriman dan berakal khawariqul ´adat sebenarnya terbagi dua:

1.     Khawariqul ‘adat lahiriah. Perkara ini dapat dengan mudah dilihat dengan mata, diantaranya,
– Mu’jizat Rasulullah shallallahu alaihi wassalam ketika bulan terbelah dan kembali menjadi satu, Mu’jizat Nabi Sulaiman berupa karamah yang dilakukan oleh salah satu pengikutnya yang alim yaitu memindahkan singgasana Ratu Bilkis dalam sekejap mata dari negeri Saba (di Yaman sekarang) ke Yerusalem.
– Karamah wali Allah dapat berjalan di atas air, dapat terbang, dapat menaikkan air dan sebagainya.

Semua ini adalah anugerah dari Allah yang bukan menjadi sesuatu yang mesti diperjuangkan dan diusahakan apalagi menjadi tujuan hidup kita. Tujuan hidup kita adalah beribadah kepada Allah.

2.     Khawariqul ´adat maknawi. Perkara ini tidak mudah dapat dilihat oleh mata lahir, tetapi mesti dilihat dengan alat penglihatan yang maknawi pula yaitu hati kita yang terbuka. Perkara yang luar biasa itu adalah Al Qur’an, Mu´jizat Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Yang dimaksud Al Qur’an adalah termasuk Hadits yang merupakan keterangan Al Qur’an. Manusia menjadi sangat sabar dan tabah menghadapi ujian dan dalam menggapai cita-cita yang tinggi, apalagi untuk mendapatkan keberhasilan yang telah disebutkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.

a. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam dengan Mujizat Al Qur’an begitu istiqamah dalam berdakwah dan berjuang sehingga mampu mendidik manusia dari masyarakat jahiliyah yang berpecah belah menjadi masyarakat beriman yang bersatu padu dan menjadi sebaik-baik umat manusia. Merekalah Shahabat radhiallahu anhum yang sangat mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, yang begitu gigih meneruskan perjuangan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, yang menjadi tauladan bagi umat Islam. Kemenangan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam ini adalah berkat Mujizat Al Qur’an. Allah selalu membantu perjuangannya setelah melalui banyak ujian, Allah berfirman dalam QS An-Nashr: 1-3

Surat An-Nashr Ayat 1
 Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
Surat An-Nashr Ayat 2
Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
Surat An-Nashr Ayat 3
Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

Ayat tersebut di atas menyebutkan walaupun Rasulullah shallallahu alaihi wassalam telah mendapat kemenangan dengan bantuan Allah, Allah masih memerintahkan untuk tetap istiqamah bertasbih memuji Allah dan memohon ampun kepada Allah. Diriwayatkan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam memasuki kota Mekkah dengan sangat tawadhuk dan menunduk, sehingga kepada beliau shallallahu alaihi wassalam hampir menyentuh leher tunggangannya. Begitulah rasa kehambaan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam yang istiqamah.

b. Karamah Khalifah Sayidina Umar bin Abdul Aziz ketika memerintah di kerajaan Bani Umayah dalam waktu kurang dari 2 tahun 2 bulan dapat mengubah pemerintahan yang korup dan zalim menjadi pemerintahan yang begitu adil, aman dan makmur. Sehingga diriwayatkan tidak ada rakyatnya yang mau menerima zakat, karena rakyatnya sudah merasa berkecukupan. Keberhasilan Khalifah Sayidina Umar bin Abdul Aziz sebenarnya adalah berkat istiqamahnya mengamalkan Mu’jizat Rasulullah shallallahu alaihi wassalam yaitu Al Qur’an. Sebagaimana Mu’jizat Al Qur’an di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, keberhasilan ini juga karena Allah membantu dalam perjuangannya.

c. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam pernah bersabda,

لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ فَلَنِعْمَ الْاَمِيرُ اَمِيرُهَا وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ

“Sungguh akan terjadi Futuh Kota Konstantinopel di tangan Islam. Pemimpin yang berhasil melaksanakan Futuh itu adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”

Sejak zaman Shahabat radhiyallahu anhum ada 29 pemimpin Islam yang mencoba membebaskan kota Konstantinopel selama lebih kurang 800 tahun. Baru di zaman Sultan Muhammad Al Fatih dari kerajaan Usmaniyah yang begitu gigih berjuang dengan sabar dan istiqamah, Konstantinopel akhirnya dibebaskan (1453 Masehi). Kota Konstatinopel diubah namanya menjadi Islambol (=Islam keseluruhannya, sekarang disebut Istanbul). Ketika itu beliau baru berusia 21 tahun. Ini adalah suatu karamah dari Sultan dan tentaranya beserta guru Mursyid Sultan yaitu Syeikh Aksyamseddin. Sesuai hadits tentang Konstatinopel di atas, beliau dan tentaranya yang dimaksud dengan sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik tentara oleh Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, pujian luar biasa dari manusia yang luar biasa. Tentu pendidik Sultan yaitu Syeikh Aksyamseddin tentulah seorang yang luar biasa pula. Inilah berkat istiqamahnya mereka mengamalkan Mu’jizat Rasulullah shallallahu alaihi wassalam yaitu Al Qur’an, sehingga bantuan Allah datang kepada mereka.

Semua kejadian itu adalah dalam Kuasa dan Kehendak Allah dan amat mudah bagi Allah untuk melakukannya. Sebagaimana khawariqul ‘adat yang lahiriah maka khawariqul ‘adat yang maknawi juga anugerah Allah. Anugerah-anugerah ini Allah berikan setelah mereka mendapat didikan dan pimpinan dari pemimpinnya secara istiqamah mengamalkan Al Qur’an. Istiqamah dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah yang lahir dan bathin. Istiqamah dalam iman dan melaksanakan syariat, istiqamah dalam bersabar menghadapi ujian dan menjauhi larangan Allah, istiqamah dalam bersabar dan bersyukur dalam menerima nikmat Allah, istiqamah dalam menjaga akhlaq yang mulia dan seterusnya istiqamah dalam segala hal yang diredhoi Allah.

Istiqamah adalah satu perkara yang luar biasa. Mereka yang mendapatkan istiqamah dalam mengamalkan Al Qur’an inilah yang disebut dengan mereka yang telah diberi nikmat oleh Allah dalam do’a kita dalam surat Al Fatihah. Istiqamah termasuk karamah maknawi. Oleh sebab itu ada ulama yang berkata istiqamah lebih baik dari 1000 karamah. Maksudnya istiqamah (yaitu termasuk karamah maknawi) adalah lebih baik dari 1000 karamah (yang lahiriyah). Istiqamah mengamalkan Al Qur’an inilah yang disuruh oleh Allah, sedang karamah lahiriyah dan maknawi berupa kejayaan adalah anugerah dan bantuan dari Allah.

Wallahu a’lam.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian