Nikmat yang amat besar dijadikan bagian dari Umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam
Kita bersyukur kepada Allah bahwa Allah pilih kita berada dalam Umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam, tanpa kita berdoa memohon kepada Allah. Ini adalah nikmat yang amat besar karena para Nabi memohon kepada Allah untuk menjadi Umat Nabi Muhammad, namun tidak ada yang dikabulkan kecuali Nabi Isa alaihi salam yang akan kembali hadir menjadi Umat Nabi Muhammad.
Di antara keistimewaan Umat Nabi Muhammad diceritakan dalam Kajian Maulid Simthudduror.
Kita hidup di akhir zaman yang jauh dari zaman Rasulullah shallallahu alaihi wassalam
Kita berada di abad 15 Hijriah. Artinya jarak antara kita dengan Rasulullah shallalahu alaihi wassalam adalah lebih dari 1400 tahun. Agama Islam yang di bawa oleh Rasulullah sudah mengalami berbagai zaman sehingga sampai kepada zaman kita ini. Dengan jauhnya zaman kita berada dari Rasulullah shallallahu alaihim, tentu keadaan Islam di zaman kita ini jauh berbeda dari zaman Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Di zaman Nabi, Nabi adalah satu-satunya tempat para Shahabat merujuk jika ada masalah atau perbedaan perdapat, karena memang Nabi adalah sumber segala ilmu Al Quran dan Hadits, dimana segala ucapan, tindakan dan diamnya Nabi atau perkara yang diketahuinya adalah menjadi sumber hukum. Setelah Nabi wafat, Ilmu warisan Nabi tersebar kepada Ulama pewaris Nabi dari generasi Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan seterusnya Ulama pewaris hingga ke zaman kita ini.
Ada banyak golongan dalam Islam dan yang terbesar adalah golongan Ahlussunnah wal Jamaah.
Dari sejarah perjalanan umat Islam hingga sekarang, lahirlah banyak golongan dalam Islam karena perbedaan zaman, perbedaan pemahaman hingga perbedaan kepentingan.
Namun ada satu golongan terbesar yang disepakati oleh jumhur ulama dari zaman ke zaman hingga sekarang. Golongan terbesar itu dikenal dengan Ahlussunnah wal Jamaah yaitu:
- Dalam Aqidah mengikuti Imam Abul Hasan Al Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al Maturidi
- Dalam Fikih, mengikuti salah satu dari 4 Mazhab yang mu’tabar, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafei dan Imam Ahmad bin Hanbal
- Dalam Tasawwuf, mengikuti Ulama Tasawwuf seperti Imam Junaid Al Baghdadi dan Imam Al Ghazali.
Tiga rukun agama dalam Ahlussunnah wal Jamaah itu disepakati oleh mayoritas ulama, atau telah menjadi Ijma’ Ulama. Dalam hadits marfu’ dari Ibnu Umar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
أَنَّ اللهَ لَا يجمعُ هَذِهِ الأمة على ضَلَالَةٍ أبدًا، وإنَّ يَدَ الله مَعَ الْجَمَاعَةِ، فَاتَّبِعُوا السَّوَادَ الْأَعْظَمَ، فَإِنَّ مَنْ شَذَّ شَذَّ فِي النَّارِ [رواه أحمد وأبو نعيم والحاكم]
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umat ini di atas kesesatan selamanya. Dan Sesungguhnya tangan Allah bersama jamaah. Maka ikutilah kelompok terbesar, karena barang siapa menyendiri, maka ia menyendiri di neraka”. (HR. Ahmad, Abu Nuaim dan Al-Hakim)
Namun ada sebagian umat Islam yang tidak mengetahui perkara ini, dikarenakan oleh berbagai sebab. Di antaranya adalah kesempatan untuk mendapat informasi tentang ini.
Khidmat kepada masyarakat menyampaikan ilmu
Oleh sebab itu KMIB e.V. dalam berkhidmat di antaranya adalah memberi akses kepada masyarakat untuk mendapatkan ilmu tentang Islam Ahlussunnah wal Jamaah ini. Karena pentingnya kita membangun agama dalam diri kita atas dasar ilmu. Yang dengan itu kita dapat menyampaikan kepada keluarga kita dan orang yang dekat dengan kita serta keturunan kita sebagai rasa syukur kita telah mendapatkan ilmu ini dari guru-guru yang sanad ilmunya bersambung hingga Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Namun sebenarnya informasi ini sangat mudah di dapat, jika kita mencarinya baik melalui sosial media, maupun langsung berhubungan melalui Ulama atau organisasi, karena dunia yang sudah terbuka dengan era informasi sekarang ini.
Project Al Etidal dari Schura Bremen
Schura Bremen atau secara resminya terdaftar sebagai Islamische Religionsgemeinschaft Bremen e.V. adalah organisasi yang membawahi organisasi Islam di Bremen, dimana KMIB e.V. adalah salah satu anggotanya.
Dari 2015 hingga akhir tahun 2019 telah dilaksanakan Project Al Etidal dari Schura Bremen yang disponsori oleh pemerintah Bremen dan pemerintah pusat Jerman. Projek ini diadakan dalam rangka menangkal radikalisasi Islam di kalangan pemuda muslim.
Judul Projek ini adalah: Salafismus und religiös begründeter Extremismus
unter Jugendlichen. Eine Analyse aus Perspektive bekenntnisorientierter Präventionsarbeit.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia: Salafisme dan ekstrimisme yang didasari agama di kalangan pemuda, Satu analisa dari perspektif pencegahan dengan asas agama.
Projek ini bertujuan agar umat Islam sendiri yang menangkal radikalisme di kalangan anak muda muslim dan bukan pemerintah Jerman, karena umat Islam sendiri yang lebih memahami Islam dari pada pemerintah Jerman.
Dalam Projek Al Etidal dianjurkan agar kita lebih menjelaskan asas agama Islam yang dianut mayoritas Umat Islam yaitu golongan tradisional Islam atau dikenal dengan golongan Ahlussunnah wal Jamaah yang telah ada dan berkembang sejak zaman salaf (3 abad pertama Islam), karena golongan ini yang dalam merujuk kepada dalil Quran dan Hadits melalui Ulama dari zaman Salaf yang saling menghormati perbedaan pendapat di antara Ulama. Ahlusunnah wal Jamaah dijelaskan sebagai berikut (lihat Project Al Etidal dari Schura Bremen hal 7 Bab 2.1).
„Die Ahl al-Sunna wa al-ǧamāʿa ([d.h. die muslimische Orthodoxie]) sind diejenigen, die in der Glaubenslehre [ʿaqīda] der ašʿarītischen und der matūrīdischen Schule folgen, sowie diejenigen Anhänger der Denkschule der ahl al-ḥadīṯ, ([…]) die Anhänger der vier anerkannten sunnitischen Rechtsschulen der Imāme Abū Ḥanīfa, Mālik, al-Schāfiʿī und Aḥmad b.
Ḥanbal, ([sowie]) jene, die dem reinen Taṣawwuf, dem Weg der Spiritualität, im Wissen, Charakter und in Läuterung des Inneren folgen“
Definisi ini di ambil dari kesimpulan dari konferensi Ahlussunnah wal Jamaah pada tanggal 26 Agustus 2016 di Grozny, Chechnya yang dihadiri Ulama Ahlussunnah dari seluruh dunia. Kesimpulan hasil konferensi tersebut dapat dibaca disini (bahasa Indonesia), (bahasa Inggris) (bahasa Arab) (bahasa Jerman). Kemudian definisi ini telah dimasukkan ke dalam Vereinsatzung KMIB e.V dengan sedikit penyesuaian menjadi
§ 2 Grundlage der islamischen Auffassung des Vereins
- die in der Glaubenslehre [ʿAqīda] der ašʿarītischen und der matūrīdischen Schule folgen,
- die in der Rechschulen der vier anerkannten sunnitischen Rechtsschulen der Imāme Abū Ḥanīfa, Mālik, al-Schāfiʿī und Aḥmad b. Ḥanbal folgen,
- die dem reinen Taṣawwuf, dem Weg der Spiritualität, im Wissen, Charakter und in Läuterung des Inneren folgen
Atau terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah:
§ 2 Asas Pemahaman Islam dari Asosiasi
Asosiasi ini mengikuti pemahaman Islam Ahlussunnah wal Jamaah yaitu,
- Dalam Aqidah mengikuti ajaran Ahlussunnah wal Jamaah Asy’ariyah (Imam Abul Hasan Al Asy’ari) dan Maturidiyah (Imam Abu Mansur Al Maturidi),
- Dalam Fikih mengikuti empat Mazhab yang diakui Sunni (Ahlussunnah wal Jamaah) yaitu Imam Abū Ḥanifah, Imam Mālik, Imam Asy-Syafei dan Imam Aḥmad bin Ḥanbal,
- Mengikuti Taṣawwuf murni, yaitu jalan spiritualitas, yang sesuai dengan ilmu (Aqidah dan Fiqih), akhlak/adab dan pensucian batin.
Kesimpulan dari Projekt AL Etidal di antaranya
- Menguatkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang dijelaskan, agar anak-anak dan pemuda kita kuat asasnya namun terbuka dan berwawasan luas dan moderat (di pertengahan)
- Menggiatkan dakwah dengan medsos agar dapat menjangkau lebih banyak orang dan anak-anak muda.
Kebenaran dalam Ahlussunnah wal Jamaah
Pesan dari Ulama sejak zaman salaf hingga sekarang bahwa kita memperjuangkan Ahlussunnah wal Jamaah karena kita menganggap yang kita perjuangkan adalah benar berdasarkan dalil Quran dan Hadits yang sahih, namun bukan merasa yang paling benar, karena kebenaran yang hakiki hanyalah milik Allah. Oleh sebab dalam Ahlussunnah wal Jamaah, para Ulama saling menghormati perbedaan pendapat dalam perkara furu’iyah (cabang), sehingga mengakui adanya Mazhab dalam fikih. Namun para Ulama bersepakat dalam perkara yang asas dan pokok terutama dalam perkara Aqidah.
Ahlussunnah wal Jamaah sangat hati-hati dan tidak mudah mengkafirkan orang Islam, kecuali sudah nyata perkataan dan perbuatannya melanggar perkara asas yang disepakati oleh Jumhur Ulama.
Membangun agama dengan ilmu
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa Islam dalam diri kita mesti dibangun atas dasar ilmu, maka dalam rangkaian tulisan ini akan dijelaskan mengapa KMIB e.V. berpegang pada asas Ahlussunnah wal jamaah yaitu:
- Do’a dalam Surat Al Fatihah
- Sejarah perubahan cara penyampaian Ilmu.
- Ilmu tentang Islam, Iman dan Ihsan
- Mengapa kita perlu bermazhab
Semoga rangkaian tulisan ini menambah wawasan kita dalam beragama, agar kita yakin akan kebenaran yang kita jalankan dan mensyukurinya dengan berbagi kepada orang lain.
Pesan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam agar ikut golongan terbanyak
حدثنا العباس بن عثمان الدمشقي . حدثنا الوليد بن مسلم . حدثنا معاذ بن رفاعة السلامي . حدثني أبو خلف الأعمى قال سمعت أنس بن مالك يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم : يقول إن أمتي لا تجتمع على ضلالة . فإذا رأيتم اختلافا فعليكم بالسواد الأعظم
“Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah kelompok mayoritas (as-sawad al a’zham).”
(HR. Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih)
Dalam hadits di atas, Rasulullah berpesan agar kita senantiasa berada dalam golongan mayoritas (as-sawad al a’zham). Ini yang menambah motivasi kami untuk memperkenalkan asas Ahlussunnah wal Jamaah yang merupakan golongan mayoritas, yaitu ulama dan umatnya adalah golongan mayoritas dari zaman salaf hingga zaman sekarang.
Perlu ditambahkan disini bahwa kami tidak menyalahkan orang lain yang berbeda atau yang tidak mengetahui tentang Ahlussunnah wal Jamaah. Oleh sebab itu kami merasa berkewajiban untuk berkhidmat dalam memberikan informasi ini kepada masyarakat.
Selanjutnya kami terbuka menerima saran dan kritik, terutama yang secara ilmiah dapat membantu kami untuk memperbaiki diri. Kami memohon maaf jika ada yang tidak berkenan. Terima kasih atas perhatian dan doa dari pembaca sekalian.
0 Kommentare