Makna Syirik
Syirik adalah meyakini bahwa ada selain Allah yang mempunyai kemampuan yang ada pada Allah. Ulama menjelaskan ada 3 Kemampuan khusus yang ada hanya pada Allah. Semua perbuatan syirik akan kembali kepada 3 Kemampuan khusus ini. Jika ada orang yang meyakini ada selain Allah yang mempunyai salah satu saja disebut telah berbuat syirik. 3 Kemampuan Khusus itu adalah:
- Al Istiqlal bil Ijad: Maha Kuasa Allah untuk menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada. Kemampuan ini hanya ada pada Allah, tidak ada pada selain Allah. Oleh sebab itu Allah bebas (merdeka) dalam menciptakan apapun. Semua yang ada selain Allah ini adalah ciptaan Allah. Orang yang berbuat syirik adalah jika meyakini ada selain Allah yang dapat menciptakan seperti Allah menciptakan.
- Al Iradah Al Mutlaqoh: Kehendak Allah adalah mutlak terjadi. Semua yang terjadi dan yang tidak terjadi adalah karena Kehendak Allah. Tidak ada selain Allah yang dapat menolak atau mengubah Kehendak Allah. Orang yang meyakini bahwa ada selain Allah yang dapat menolak atau mengubah Kehendak Allah disebut telah berbuat syirik.
- Al Istiqaq bil Ibadah: Hanya Allah yang berhak untuk disembah/dibadahi. Tidak ada selain Allah yang berhak untuk disembah. Orang yang menyembah atau berbuat sesuatu seperti sujud dan rukuk yang menunjukkan menyembah Allah, disebut berbuat syirik.
Jenis-Jenis Syirik
Ada beberapa ketegori syirik yang semuanya akan kembali kepada 3 syirik yang dijelaskan di atas:
1. Syirku Istiqlal
Yaitu meyakini ada selain Allah yang dapat bebas/merdeka berbuat seperti Allah. Mereka menganggap bahwa tuhan selain Allah ini dapat melaksanakan kehendaknya tanpa terikat kepada Kehendak Allah.
Contoh kaum Majusi (penyembah api). Mereka meyakini ada 2 tuhan, tuhan yang satu menciptakan kebaikan dan tuhan yang lain menciptakan keburukan.
Dalam Islam juga ada aliran yang meyakini mirip seperti ini, yaitu kaum Mu’tazilah. Mereka meyakini bahwa apa-apa yang baik adalah atas Kehendak Allah, tetapi apa-apa yang buruk adalah kehendak manusia itu sendiri tanpa campur tangan Allah, dengan tujuan unzuk mensucikan Allah dari pada keburukan, Tujuan aliran ini baik, karena tidak menisbatkan keburukan kepada Allah. Namun dari segi ilmu Aqidah, perkara ini adalah keliru, karena telah meyakini perkara buruk yang terjadi adalah terjadi tanpa Kehendak Allah, artinya ada selain Allah yang dapat memaksa kehendaknya mengatasi Kehendak Allah. Ini adalah mustahil. Semua yang terjadi hanyalah dapat terjadi karena Kehendak dan Kuasa Allah, dan semua yang tidak terjadi juga karena Kehendak Allah. Namun kaum Mu’tazilah tidak dikatakan syirik, tetapi dikatakan telah berbuat bid’ah dalam Aqidah. Untuk lebih memahami perkara ini kita perlu memahami ilmu Aqidah dalam perbedaan antara Sifat Kehendak Allah dan Perintah Allah.
Allah berfirman dalam Al Quran Surat Al Anbiya ayat 22:
لَوْ كَانَ فِيهِمَآ ءَالِهَةٌ إِلَّا ٱللَّهُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ رَبِّ ٱلْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.
Penjelasan mustahilnya ada tuhan lebih dari satu dijabarkan dalam Sifat Wahdaniyah.
2. Syirku Tab’id
Yaitu meyakini bahwa tuhan terdiri dari bagian bagian yang membentuk satu tuhan. Jadi mereka menganggap ada satu tuhan besar yang terdiri dari bagian-bagian tuhan kecil, oleh sebab itu mereka menyembah tuhan-tuhan kecil selain tuhan yang besar. Jadi bagian-bagian kecil itu juga tuhan, yang jika bergabung membentuk tuhan besar. Contoh yang terjadi pada golongan yang mengatakan tuhan itu 3 (Tuhan Bapa, Tuhan anak dan Roh kudus). Mereka menyembah Tuhan anak, selain Allah, karena mereka menganggap di dalam Tuhan Anak ada juga (bagian dari) Tuhan. Maka hakikatnya mereka juga meyakini adanya tuhan lain selain Allah,
Dalam Islam ada juga keyakinan yang mirip seperti ini yaitu salah satu golongan Syiah yang meyakini bahwa Imam mereka adalah ma’shum (terbebas dari dosa), karena mereka yakin bahwa (bagian) Allah masuk ke dalam Imam mereka itu, sehingga mereka boleh mengubah dan mentafsir Al Qur’an semau mereka. Mereka juga berbuat bid’ah, bahwa Allah tergantung dari yang lain. Ini Mustahil karena Allah bersifat Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri, tidak tergantung dari selain Allah).
3. Syirku Taqrib
Yaitu menyembah selain Allah agar dapat mendekatkan diri kepada Allah. Mereka menganggap, diri mereka tidak layak dapat langsung menyembah Allah, sehingga jika langsung menyembah Allah dianggapnya suatu penghinaan. Akhirnya mereka menyembah selain Allah yang dapat membawanya lebih dekat kepada Allah.
Ini disebutkan dalam firman Allah QS Az-Zumar ayat 3
أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلْخَالِصُ ۚ وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلْفَىٰٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِى مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى مَنْ هُوَ كَٰذِبٌ كَفَّارٌ
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.
Ini yang terjadi pada orang yang menyembah benda-benda langit seperti matahari, bulan dan planet. Mereka kemudian melihat bahwa benda-benda langit itu tidak selalu terlihat. Matahari hanya dapat dilihat di siang hari, sedang bulan dan planet hanya dapat dilihat pada malam hari. Akhirnya agar mereka dapat selalu melihat “tuhan-tuhan” itu, mereka membuat berhala di bumi sebagai simbol dari tuhan-tuhan yang ada di langit itu. Jadi sebenarnya yang mereka sembah bukanlah berhala-berhala itu, tetapi itu hanyalah simbol dari tuhan-tuhan mereka yang berada di langit untuk mendekatkan diri kepada Allah. Inilah yang terjadi pada kaum Jahiliyah Mutaqaddimin (Jahiliyah terdahulu) di Mekkah yang ada di zaman sebelum datangnya Rasulullah shallallahu alahi wassalam. Ini perbuatan syirik, karena telah melakukan penyembahan kepada selain Allah.
4. Syirku Taqlid
Yaitu perbuatan syirik karena taqlid (mengikuti) pendahulu mereka yang sudah syirik. Mereka ini berniat baik untuk mengikuti orang tua mereka. Mereka ini mengikut pendahulu mereka yang telah melakukan syirku tab’id sebagaimana penjelasan di atas. Mereka melihat orang orang tuanya menyembah berhala, tetapi tidak tahu tentang konsep simbol yang ada pada berhala-berhala itu, karena sudah berlangsung turun-temurun. Akhirnya mereka benar-benar menyembah berhala sepenuhnya. Ini terjadi pada kaum Jahiliyah Mutaakhirin (Jahililyah yang akhir), yaitu kaum Jahiliyah di Mekkah di zaman ketika diutusnya Rasulullah shallallahu alahi wassalam. Mereka menjadi syirik karena telah mengikuti nenek moyangnya yang juga syirik karena jahil, bahkan keyakinan itu telah berubah karena kejahilan yang berterusan. Jadi kaum Jahiliyah Mutaakhirin Ini disebutkan dalam Quran Surat Al Baqarah:170
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۗ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْـًٔا وَلَا يَهْتَدُونَ
Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”.
Oleh sebab itu betapa pentingnya belajar ilmu Aqidah agar kita meyakini agama kita karena faham dan bukan karena ikut-ikutan.
Hukum tentang apakah mereka yang meyakini perkara-perkara syirik di atas apakah benar benar syirik yang keluar dari Islam akan dijelaskan pada kajian berikutnya.
Tawasul
Dalam ajaran Islam Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah ada istilah tawasul dalam berdo’a. Sebagian golongan umat Islam yang tidak mempelajari Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, sering salah faham tentang tawasul ini, bahkan ada golongan Islam sering menuduh orang yang berdoa dengan wasilah (bertawasul) adalah melakukan perbuatan syirik, karena menyangka doa bertawasul itu meminta kepada makhluk, atau selain Allah. Padahal sangkaan ini adalah keliru sama sekali. Umat Islam yang berdoa bertawasul adalah tetap meminta berdoa kepada Allah, bukan kepada makhluk.
Berdoa dengan berawasul adalah berdoa meminta kepada Allah dengan membawa yang dicintai Allah, untuk mendekatkan diri kepada Allah agar doa lebih mudah dikabulkan oleh Allah. Dalilnya adalah
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱبْتَغُوٓا۟ إِلَيْهِ ٱلْوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُوا۟ فِى سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah (wasilah) jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
Yang dicintai Allah itu adalah:
1. Dengan Asmaul Husna (Nama-Nama Allah yang baik), dalilnya adalah firman Allah dalam QS. Al-Araf : 180
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا، وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ، سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Allah memiliki Asmaul Husna maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna (nama-nama terbaik) itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan”.
2. Dengan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam atau kedudukan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Dalilnya adalah hadits sebagai berikut:
وَعَنْ أَنَسٍ; – أَنَّ عُمَرَ – رضي الله عنه – كَانَ إِذَا قَحِطُوا يَسْتَسْقِي بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ اَلْمُطَّلِبِ. وَقَالَ:
اَللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَسْتَسْقِي إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا, وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا
فَيُسْقَوْنَ – رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ
Dari Anas (bin Malik) bahwa Umar (bin Khattab): Ketika musim kemarau panjang, ia memohon kepada Allah agar diturunkan hujan dengan wasilah Sahabat Abbas Ibn Abdil Muthalib, maka berdo’a sayyidina Umar:
“Ya Allah, kami dulu meminta hujan kepada-Mu melalui pangkat nabi kami (Nabi Muhammad SAW) yang tinggi, lalu Kauturunkan hujan untuk kami. Sekarang kami meminta hujan kepada-Mu melalui pangkat paman nabi kami (Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib) yang tinggi, maka turunkan lah hujan untuk kami. ” (HR Bukhari).
3. Dengan amal soleh yang kita sangka baik Allah akan terima. Dalilnya adalah hadits terkenal tentang 3 orang yang terjebak di dalam goa yang tertutup batu besar. Kemudiaa mereka berdoa dengan menyebut amal soleh masing-masing yang membuat batu besar itu bergeser dan membuat pintu gua terbuka.
4. Dengan ulama pewaris Nabi. Dalil bolehnya bertawasul dengan Ulama pewaris Nabi sama dengan dalil Hadits Imam Bukhari di atas. Untuk point yang ke 5 ini, hendaknya kita mengenal Ulama pewaris Nabi atau mengenal dan mengikuti ajarannya yang telah nyata menghidupkan ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Wallahu a’lam
0 Komentar