٣٢] ثم المعاين سبعة للرايئ – أي علمه المحيط بالأشياء]
[32] Kemudian ada 7 Sifat Ma’ani, bagi orang yang berfikir, yaitu IlmuNya yang merangkumi semuanya
٣٣ ] حياته وقدرة إرادة – وكل شيء كائن أراده]
[33] (kemudian) Sifat HidupNya, Maha Kuasa, Maha Berkehendak, Setiap yang terjadi adalah karena KehendakNya
٣٤ ] وإن يكن بضده قد أمرا – فالقصد غير الأمر فاطرح المر]
[34] Sekiranya Dia Menyuruh yang Dia tidak Kehendaki berlaku, maka ketahuilah bahwa Suruhan berbeda dengan Kehendak. Janganlah engkau berdebat lagi
٣٥] فقد علمت أربعا أقساما – في الكائنات فاحفظ المقاما]
[35] Maka engkau sudah ketahui 4 bagian kejadian, maka jagalah pemahaman ini
٣٦] كلامه والسمع والْبَصِيرُ – فهو الإله الفاعل المختار]
[36] Kemudian Sifat Kalam, Maha Mendengar, dan Maha Melihat. Dialah Yang Maha Melaksanakan Yang Maha Berkehendak.
Sifat Ma’ani dan Sifat Ma’nawiyah
Sifat Ma’ani adalah Sifat pada Dzat Allah yang dapat kita fahami maknanya dengan akal kita tanpa kita mengaitkannya dengan tubuh/jism, lihat Sifat Salbiyah (1) dan (2). Sifat Ma’ani ini dapat kita fahami dengan memperhatikan dan bertafakur akan ciptaan Allah, sebagaimana yang disebut dalamQur´an surat Ali Imran ayat 190-191:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingati Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Termasuk dalam ciptaan Allah adalah diri kita sendiri, sebagaimana firman Allah dalam QS Adz-Dzariyaat: 20-21
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.
dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
Sifat Ma’anawiyah adalah Dzat dengan Sifat Ma’ani. Sifat Salbiah juga berlaku pada Sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah sebagaimana pada WujudNya Dzat Allah.
Sifat Allah bukan hanya tujuh
Perlu digaris bawahi bahwa Sifat (Ma’ani) Allah bukanlah hanya ada 7. Sifat Allah adalah sangat banyak, berapa banyak hanya Allah Yang Mengetahui. Kita diberitahu adanya 99 Asmaul Husna melalui Nabi kita Sayidina Muhammad Rasulullahu shallallahu alaih wassalam.
Mengapa kita dalam belajar ilmu Aqidah hanya mempelajari 7 Sifat Ma’ani ini? Karena 7 Sifat inilah yang pada abad ke 2 dan 3 Hijriyah menjadi topik perbincangan yang menimbulkan kekeliruan pada masyarakat yang terpengaruh faham Jabariyah, Qodariyah, Mujassimah dan faham yang menyimpang lainnya. Apalagi penyimpangan Aqidah itu juga telah masuk ke pemerintahan kerajaan di waktu itu. Diantara penyebabnya adalah telah menyebarnya Islam ke negeri yang sudah berbudaya tinggi seperti Romawi dan Persia, sehingga terjadi saling mempengaruhi dalam budaya dan pemikiran.
Ketika itulah Ulama menjelaskan Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah dengan menggunakan dalil Aqli selain menggunakan dalil Naqli utnuk untuk menjelaskan dan menjawab segala kekeliruan itu, untuk menyelamatkan Aqidah Umat Islam di kala itu.
Maha Mengetahui
Sifat Ma’ani : Ilmu (Maha Mengetahui),
Sifat Ma’anawiyah: Kaunuhu Aliman (Dzat Yang selalu berkeadaan Maha Mengetahui)
QS Al-Hasyr:22
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
QS Al Hajj: 70
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.
Firman Allah dalam QS Al Mulk:13
Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.
Uraian Sifat Maha Mengetahui Allah dengan Sifat Salbiyah.
Sifat mengetahui ada juga pada manusia, tetapi sifat Maha Mengetahui Allah jauh berbeda dari sifat mengetahui manusia. Ilmu manusia diciptakan sebagaimana makhluk yang diciptakan. Ada ilmu yang sudah ada ketika manusia baru dilahirkan tanpa melalui belajar, seperti menyusui dari ibunya. Setelah itu manusia belajar dari melihat dan mendengar serta meniru dengan mengamati dan mengalami lingkungannya, sehingga mendapatkan ilmu dari pengalamannya dan pengamatannya itu. Setelah sekian lama menambah ilmu, ada ilmu lama yang dilupakannya, kemudian ada ilmu yang telah dilupakan diingat kembali dan seterusnya. Sifat mengetahui manusia adalah bertambah dan berkurang.
Sifat Maha Mengetahui Allah tidak didahului dengan tidak atau kurang mengetahui. Sifat Maha Mengetahui Allah sudah Sempurna, tidak pernah bertambah dan tidak pernah berkurang, tidak pernah lupa, tidak berasal dari hasil belajar. Sifat Mengetahui Allah tidak terhalang oleh waktu dan tidak pula oleh ruang. Walaupun Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar, Allah Mengetahui sesuatu tanpa perlu Melihat dan Mendengar sesuatu itu.
Berbeda dengan Sifat Iradah (Maha Berkehendak) Allah, Sifat Maha Mengetahui Allah tidak mempengaruhi apa yang akan ada dan apa-apa yang akan terjadi. Allah Maha Mengetahui apa yang dikehendakiNya dan yang tidak dikehendakiNya. Allah Maha Mengetahui DiriNya dan seluruh makhlukNya. Dari makhluk yang paling besar hingga makhluk yang paling kecil, makhluk yang paling zahir sampai makhluk yang paling tersembunyi.
Allah mengetahui alam syahadah (makhluk di alam nyata) dan alam ghaib (makhluk ghaib). Allah Maha Mengetahui sebelum makhluk ini ada atau diciptakan, ketika alam ini ada dan dalam PemeliharaanNya dan setelah alam ini ditiadakan. Demikian juga Allah sudah mengetahui alam yang nantinya Allah jadikan kekal selama-lamanya seperti Syurga dan Neraka serta penghuninya. Allah Mengetahui setiap kejadian ketika kejadian itu belum berlaku, ketika sedang terjadi, dan setelah kejadian itu telah berlalu. Sifat Maha Mengetahui Allah tidak diciptakan, berbeda dari sifat mengetahui makhlukNya yang diciptakan. Sifat Mengetahui Allah adalah Esa, tidak ada selain Allah yang memiliki Sifat Ilmu seperti Sifat Ilmu Allah.
Subhanallah Alhamdulillah Allahu Akbar Maha HebatNya Ilmu Allah dan Maha Besar Allah yang selalu dalam keadaan Maha Mengetahui.
Maha Hidup
Sifat Ma’ani: Hayat (Maha Hidup).
Sifat Ma’anawiyah: Kaunuhu Hayyan (Dzat yang selalu Berkeadaan Maha Hidup).
Firman Allah dalam QS Al Baqarah 255
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Sifat Hidup Allah adalah sifat yang menjadi asas dan menunjukan aktivnya Dzat Allah.
Penjelasan Sifat Hidup Allah dengan Sifat Salbiyah.
Hidupnya makhluk ada awal dan ada akhirnya. Hidupnya makhluk ada umurnya. Umur hidup makhluk bertambah dengan berjalannya waktu dan berhenti sebagaimana yang Allah Kehendaki. Hidupnya makhluk tergantung dari yang lain. Hidupnya seluruh makhluk tergantung kepada Allah Dzat yang Maha Hidup. Hidupnya makhluk terdiri dari dzat-dzat hidup, Manusia yang hidup terdiri dari ruh dan jasad. Jasadpun terdiri dari organ-organ tubuh yang hidup. Sifat hidupnya makhluk berubah-ubah, melemah, menguat, kadang mengantuk dan kadang tidur.
Sifat Hidup Allah adalah Maha Sempurna, tidak didahului oleh mati dan tidak ada kesudahannya. Sifat Hidup Allah tidak terikat dan tidak berubah dengan waktu. Waktu adalah ciptaan Allah yang ada dalam Kuasa Allah. Oleh sebab itu Sifat Hidup Allah tidak serupa dengan hidupnya makhluk dan tidak bergantung pada selainNya. Sifat Hidup Allah adalah Maha Esa.
Sifat Hidup Allah selalu aktiv. Maha Besar Allah Yang selalu berkeadaan Hidup yang aktiv, tidak pernah lelah, tidak pernah tidur bahkan tidak pernah mengantuk, dan tidak pernah berkurang kesiapanNya sedikitpun.
Maha Kuasa
Sifat Ma’ani: Qudrah artinya Maha Kuasa.
Sifat Ma’anawiyah: Kaunuhu Qadiran, Allah selalu berkeadaan Maha Berkuasa.
Firman Allah dalam QS Al Baqarah 284
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Mari kita uraikan Sifat Maha Kuasa Allah dengan Sifat Salbiyah.
Kuasa Allah bersifat Qidam dan Baqa. Kuasa Allah sedia ada dan tidak ada akhirnya. Allah Maha Kuasa atas seluruh makhlukNya, termasuk menguasai ruang dan waktu, karena ruang/tempat dan waktu termasuk makhlukNya. Oleh sebab itu Kuasa Allah adalah Baqa (kekal) tidak menua, tidak melemah, tidak menguat, tidak berkurang dan tidak bertambah. Kuasa Allah adalah Maha Sempurna.
Bagi Allah menciptakan nyamuk yang kecil sama mudahnya dengan galaxi yang besar. Bagi Allah menciptakan alam zahir sama mudahnya dengan menciptakan alam ghaib. Allah sama sekali tidak terbebani dengan penciptaan seluruh makhlukNya. Bagi Allah waktu proses penciptaan nyamuk yang hanya beberapa hari adalah sama singkatnya dengan waktu proses penciptaan galaxi yang milyaran tahun. Subhanallah, Maha Besar dan Hebatnya Kuasa Allah itu.
Sifat Kuasa Allah tidak diciptakan, maka sangat berbeda dengan kuasa makhluk yang diciptakan. Kuasa Allah tidak bergantung dengan selain Allah, kuasa makhluk hanya ada sebab Allah yang meminjamkannya, jadi hakikatnya kuasa makhluk itupun milik Allah. Maka Sifat Kuasa Allah tidak serupa dengan sifat kuasanya makhluk. Sifat Kuasa Allah adalah Maha Esa tidak terbagi-bagi. Tidak ada yang selain Allah yang berkuasa seperti Maha Kuasa Allah.
Begitulah Maha Hebatnya Sifat Kuasa Allah dan Allah senantiasa berkeadaan aktiv melakukan KuasaNya itu.
Maha Berkehendak
Sifat Ma’ani: Iradah artinya Maha Berkehendak.
Sifat Ma’anawiyah: Kaunuhu Muridan, Allah selalu berkeadaan Maha Berkehendak.
Allah berfirman dalam QS Al Buruj
Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
Mari kita uraikan Sifat Maha Berkehendak Allah dengan Sifat Salbiyah.
Sifat Berkehendak Allah adalah tidak ada permulaannya dan tidak ada akhirnya. Kehendak Allah tidak terikat dan terdominasi oleh ruang dan waktu. Sifat Kehendak Allah tidak bergantung pada makhlukNya. Kehendak Allah tidak diciptakan, maka jauh berbeda dengan kehendak makhlukNya yang diciptakan. Hakikatnya kehendak makhluk itupun adalah sebab Kehendak Allah.
(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.
Kehendak Allah adalah Maha Esa. Segala makhluk yang ada dan kejadian yang berlaku adalah atas Kehendak Allah. Segala yang tidak ada dan kejadian yang tidak terjadi adalah karena Allah tidak menghendaki hal itu ada dan terjadi. Tidak ada sesuatu makhluk atau kejadian yang ada kecuali yang dikehendaki Allah.
Firman Allah dalam QS Al Hadid: 22 dan 23
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
Dari seluruh makhluk Allah hanya jin dan manusia yang Allah Berkehendak bahwa mereka boleh memilih untuk taat dan durhaka kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam QS [51]Adz-Dzariaat : 56
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.
Kehendak Allah berbeda dari Perintah Allah
Beribadah adalah menyembah Allah dan mentaati perintahNya. Jika jin dan manusia itu memilih taat maka Allah redha kepadanya, dan jika jin dan manusia itu durhaka maka Allah tidak redha kepadanya.
Perlu diketahui bahwa Kehendak Allah berbeda dengan Keredhaan Allah. Allah redha kepada hambaNya yang mentaati perintahNya dan Allah tidak redha kepada hambaNya yang menolak perintahNya atau melanggar laranganNya.
Allah tidak memerlukan iman dan ketaatan hambaNya
Allah tidak memerlukan makhlukNya termasuk ketaatan makhlukNya terhadap perintahNya. Allah tidak memerlukan iman manusia. Jika seluruh manusia beriman, Kemuliaan Allah tidak bertambah, kalau seluruh manusia kafir, Kemuliaan Allah tidak berkurang. Firman Allah dalam QS [39] Az-Zumar:7
Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.
Semua yang terjadi adalah Kehendak Allah, dan semua yang tak terjadi adalah karena Allah Bekehendak itu tidak terjadi. Maka ada 4 kategori Kehendak Allah dilihat dari sisi Perintah dan Keredhaan Allah
- Allah Memerintahkan hambaNya untuk beriman kepadaNya, maka Allah redho kepada orang yang beriman. Allah Menghendaki seorang hamba beriman, seperti Sayidina Abu Bakar Siddiq. Maka Allah redha kepada beliau.
- Allah Melarang hambaNya jangan syirik kepadaNya, maka Allah tidak redho kepada terhadap orang yang berbuat syirik. Tetapi ada hambaNya yang menentang Allah dan berbuat syirik. Hakikatnya Allah yang Berkehendak, orang itu menjadi syirik.
- Allah Memerintahkan hambaNya untuk beriman kepadaNya, maka Allah redho kepada orang yang beriman. Allah tidak Menghendaki hambaNya beriman, karena kesombongan orang itu. Maka Allah tidak redho kepadanya.
- Allah Melarang hambaNya jangan syirik kepadaNya, maka Allah murka kepada terhadap orang yang berbuat syirik. Karena rahmatNya Allah tidak berkehendak seseorang menjadi syirik, sehingga hambaNya itu terhindar dari berbuat syirik dan terhndar dari murka Allah.
Telah disebut di atas bahwa Allah Berkehendak untuk memberikan manusia pilihan untuk mentaati atau menolak perintah Allah. Oleh sebab itu kita bertanggung jawab penuh atas pilihan kita itu.
Disinilah kita dapat merasakan betapa diri kita ini hamba Allah yang lemah, dan Allah adalah Robb Tuhan kita Maha Pemelihara kita yang Maha Kuasa dan Berkehendak, tempat kita minta pertolongan agar diberi petunjuk.
Sebagai hamba Allah hendaklah kita selalu berprasangka baik dan beradab kepada Allah Tuhan kita, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alahi wassalam dan orang-orang yang ikhlas yang mengikutinya. Allah telah memberikan panduan bagaimana beradab kepada Allah dalam QS An-Nisa :79
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.
Sebagai beradab kepada Allah, jika kita mendapat kebaikan hendaknya kita katakan itu datang dari Allah, sedang jika kita menerima keburukan kita katakan itu dari dosa dan kesalahan kita, Kitapun diperintah untuk selalu meminta ampun dan beratubat kepada Allah. Mudah-mudahan dengan itu Allah redho kepada kita.
Sebagai adab hamba kepada Allah juga kita mesti senantiasa bersangka baik kepada Allah, selalu mengharapkan rahmat Allah namun juga takut terhadap murkaNya, sehingga besar harapan kita kepada Allah dan besar pula takut kita kepada Allah.
Maksud Kun fa yakun
Sifat Qudrah dan Sifat Iradah dikatakan bersifat Qidam (sedia ada, tidak mempunyai awal) dan bersifat Baqa (tidak ada akhirnya) maksudnya adalah tidak terikat waktu, justru waktu ada dalam Kuasa dan Kehendak Allah. Firman Allah di QS Al Baqarah :117
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah
Firman Allah ini menjelaskan kepada kita tentang Sempurna dan Hebatnya Maha Berkehendak dan Maha Kuasa Allah atas segala sesuatu, betapa mudahnya bagi Allah menciptakan sesuatu. Cukup dengan Allah Berkehendak, maka Allah melaksanakan KehendakNya itu dengan Berfirman, maka apa yang dikehendaki Allah itu ada atau terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan ada dan tidak akan terjadi.
Namun perlu diingat bahwa ayat tersebut bukanlah menjelaskan urutan phase waktu Allah Berkehendak kemudian Allah Berfirman kemudian Allah Melakukan dengan KuasaNya, hingga apa yang dikehendaki Allah itu terjadi, sebab Sifat Qudrah (Berkuasa) dan Iradah (Berkehendak) Allah adalah Qidam dan Baqa, tidak terikat oleh waktu. Maka antara Kehendak Allah untuk menciptakan sesuatu, Allah berfirman dan sesuatu itu ada atau terjadi adalah tidak ada selang waktu bagi Allah.
Allahu Akbar betapa hebat Sifat Kehendak Allah dan Allah senantiasa berkeadaan aktiv melakukan KehendakNya itu.
Maha Mendengar
Sifat Ma’ani Sama’ (Maha Mendengar)
Sifat Ma’anawiyah Kaunuhu Sami’an (Dzat Yang selalu berkeadaan Maha Mendengar).
Allah berfirman dalam QS Asy Syuura : 11
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat
Mari kita uraikan Sifat Maha Mendengar dengan Sifat Salbiyah.
Manusia mendengar memakai alat pendengar yaitu telinga yang amat terbatas. Dengan alat pendengar yang terbatas itu yang didengarpun amat terbatas. Terbatas oleh frequensi, terbatas oleh lemah dan kerasnya suara. Terbatas oleh ruang, tidak boleh terlalu dekat dan terlalu jauh. Terbatas oleh waktu. Suara hanya didengar pada waktu wujudnya suara, beberapa waktu sebelum suara itu ada tak terdengar, ketika sudah berlalu pun suara itu sudah berlalu dari terdengar.
Sifat Maha Mendengar Allah tidak serupa dengan makhluk. Allah mendengar tanpa alat pendengar, Allah bukanlah jisim/tubuh. Allah mendengar tanpa terhalang oleh ruang dan waktu. Dapat mendengar sehalus-halus suara dan sekeras-keras suara. Allah sudah mendengar suara yang akan datang yang sedang berlangsung dan yang telah berlalu. Allah Mendengar suara yang disuarakan maupun suara yang tak disuarakan dengan jelas dan terang. Sifat Maha Mendengar Allah adala Esa.
Subhanallah, betapa Hebat Sifat Maha Mendengar Allah. Maha Besar Allah Yang selalu dalam keadaan Maha Mendengar.
Maha Melihat
Sifat Ma’ani Bashar (Maha Melihat)
Sifat Ma’anawiyah Kaunuhu Bashiran (Dzat Yang selalu berkeadaan Maha Melihat).
Dalam QS Asy Syuura : 11 di atas telah disebutkan bahwa Allah Maha Melihat.
Mari kita uraikan Sifat Maha Melihat Allah dengan Sifat Salbiyah.
Manusia melihat memakai alat penglihatan yaitu mata yang amat terbatas. Dengan mata yang terbatas itu yang dilihatpun amat terbatas. Memerlukan cahaya yang cukup, tidak boleh terlalu terang. Terbatas oleh ruang dan jarak, tidak boleh terlalu jauh dan terlalu dekat. Sangat terbatas oleh waktu. Mata hanya melihat ketika yang dilihat sudah wujud, sebelum wujud tidak dapat dilihat. Hanya dapat dilihat setelah wujud, itupun hanya ketika waktu itu berlangsung, ketika waktu telah berlalu sudah tak dapat dilihat, apalagi ketika sudah tidak wujud lagi.
Sifat Maha Melihat Allah tidak serupa dengan makhluk. Allah Melihat tanpa alat penglihatan, Allah bukanlah jisim/tubuh. Allah melihat tanpa terhalang oleh ruang dan waktu. Allah melihat sekecil-kecil dan sebesar-besar makhluk. Allah sudah melihat makhluk yang akan terjadi, yang sedang berlangsung dan yang telah berlalu. Allah Melihat semua yang wujud baik yang di alam yang zahir dan yang bathin, dengan jelas dan terang. Sifat Maha Melihat Allah adala Esa.
Kalau kita selalu menyadari betapa Allah selalu mendengar dan melihat seluruh perbuatan termasuk apa-apa yang ada dalam hati kita, tentu kita tidak akan berkata perkara yang dilarang. Allah sudah mendengar dan melihat semua sebelum kita melakukannya, dan semua itu akan selalu Allah lihat walaupun telah berlalu. Sangat mudah bagi Allah untuk membuka semua keburukan dan kejahatan kita baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Maka patut kita senantiasa beristighfar, senantiasa mengharapkan rahmat Allah dan selalu berprasangka baik kepada Allah.
Maha Hebat Sifat Maha Melihat Allah dan Maha Besar Allah yang selalu dalam keadaan Maha Melihat.
Maha Berfirman
Sifat Ma’ani : Kalam (Maha Berfirman),
Sifat Ma’anawiyah: Kaunuhu Mutakaliman (Dzat Yang selalu berkeadaan Maha Berfirman)
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah?
Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah?
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.
Keterangan Sifat Kalam Allah dengan Sifat Salbiyah
Sifat Kalam (Maha Berfirman) Allah adalah Qidam, tidak ada permulaan dan Baqa, tidak ada akhir. Allah Maha Berfirman tidak terikat oleh waktu dan tempat, berbeda dengan manusia yang jika berkata memerlukan waktu dan tempat untuk menyampaikan perkataannya sekalipun dalam hati, ada permulaan dan akhirnya. Sifat Kalam Allah tidak seperti perkataan makhluk. Sifat Kalam Allah tidak diciptakan sebagaimana tidak diciptakannya Dzat Allah. Sifat Kalam Allah adalah Maha Esa sebagaimana Dzat Allah Yang Maha Esa.
Al-Qur’an
Al Qur’an adalah Kalamullah (Firman Allah). Allah menyampaikan sebagian dari Kalam (Firman) Nya melalui Al Qur`an. Oleh sebab itu dikatakan bahwa Al Qur’an bukan makhluk. Al Qur’an yang disampaikan dalam bahasa Arab melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa alihi wassalam adalah terjemah Kalam Allah agar dapat difahami oleh manusia. Lafaz bahasa Arab Al Qur’an adalah makhluk, demikian juga Mushhaf yang berisi tulisan bahasa Arab Al Qur’an adalah makhluk.
Berbeda dengan Kitab Suci terdahulu (Taurat, Zabur dan Injil) yang telah diubah, dikurangi, dan ditambah isinya, Allah secara khusus menjaga keaslian lafaz dan tulisan bahasa Arab Kitab Suci Al-Qur’an hingga akhir zaman, dengan melalui para hafiz (penghafal Al Qur’an) dan ilmu Al Qur’an melalui para ulama pewaris Nabi, sedangkan hakikat Al Qur’an sebagai Kalam Allah adalah tak dapat dirusakkan, sebab ianya bukan makhluk yang diciptakan.
Jika lafaz bahasa Arab Al Qur’an adalah terjemah Kalam Allah agar kita dapat membaca dan mendengarnya, maka diri Rasulullah Shallallahu alaihi wa alihi wassalam adalah terjemah pelaksanaan Al Qur’an di muka bumi ini agar para Shahabat radhiallahu anhum dapat melihat, mengalami, merasakannya, memahaminya dan melaksanakannya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa alihi wassalam adalah uswatun hasanah, tauladan yang baik bagi orang beriman yaitu yang mengharap rahmat Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Dari Shahabat radhiallahu anhum ilmu Al Qur’an disampaikan kepada Tabi’in, dan dari Tabi’in kepada Tabi’ut Tabi’in dan seterusnya kepada ulama dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ulama adalah pewaris para Nabi yang membawa ilmu dari Kalamullah.
Oleh sebab itu pula ilmu Al Qur’an dan ilmu agama yang sebenarnya ada dalam hati manusia yaitu hati para ulama pewaris Nabi bukan pada rekaman, mushhaf atau buku.
Hal ini dijelaskan dalam Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa alihi wassalam: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan serta merta mencabutnya dari hati manusia. Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ‘ulama. Kalau Allah tidak lagi menyisakan seorang ‘ulama pun, maka manusia akan menjadikan pimpinan-pimpinan yang bodoh. Kemudian para pimpinan bodoh tersebut akan ditanya dan mereka pun berfatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan. [Al-Bukhari(100, 7307); Muslim (2673)]
Jawaban terhadap fitnah golongan yang mengatakan hukum Islam sudah ketinggalan zaman
Dengan kita memahami bahwa Sifat Maha Mengetahui Allah adalah tidak terikat oleh waktu, ini membentengi iman kita dari fitnah orang yang mengatakan bahwa hukum Allah dalam Al Qur’an dan Hadits sudah ketinggalan zaman. Anggapan ini adalah bathil, sebab telah menolak Sifat Qidam (tidak berawal) dan Baqa (kekal) bagi Sifat Maha Mengetahui Allah yaitu Sifat yang menegaskan Sifat Allah yang tidak terikat oleh waktu. Mereka telah beranggapan bahwa Ilmu Allah terhalang oleh waktu, sehingga menurut mereka Allah tidak tahu kejadian apa yang akan terjadi sekarang dan yang akan datang, sebagaimana mereka (makhluk). Maha Suci Allah dari apa yang mereka tuduhkan itu.
(disarikan dari Kitab Kharidatul Bahiyah susunan Imam Ahmad Ad Dardir)
Wallahu a’lam
2 Komentar
IMAM · 26. Juli 2023 pada 7:34
Mantap sya parlu syarah kitab ini gmna cara dapatnya
KMIB_e.V · 26. Juli 2023 pada 8:54
Terima kasih sudah mampir di website kami.
Kitab syarahnya kami tidak punya. Ini catatan kami dari kuliah oleh Ustad Mahmud Kellner