Fasal 3 (lanjutan)

Ahlul Iman

Orang yang bersyahadat adalah ahli Iman (muslim), walaupun melakukan dosa besar.

Jika seseorang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, maka dia sudah diakui sebagai orang yang beiman secara zahir yang disebut ahlul iman. Karena dia telah mempunyai cahaya dan fondasi iman. Dan ini nilainya sangat luar biasa di sisi Allah. Sehingga kalau setelah itu dia melakukan maksiat, dia tetap diakui sebagai orang beriman. Kecuali jika dia tidak meyakini lagi syariat yang telah menjadi ijma ulama, seperti dia mengatakan zina itu tidak haram, Dan jika dia meninggal, dia meninggal dalam keadaan beriman. Di akhirat kelak dia pada akhirnya akan masuk syurga, karena ada cahaya Iman di hatinya, walaupun masuk neraka terlebih dahulu. Walaupun dia adalah orang yang suka berbuat maksiat di dunia, di akhirat kelak pada akhirnya akan masuk syurga.

Orang ahli iman ada cahaya iman di hatinya

Diceritakan bahwa cahaya Iman dari orang yang beriman akan menghancurkan langit dan bumi jika diperlihatkan. Jika orang ahlul iman yang suka bermaksiat saja, cahaya imannya begitu hebat dan akan masuk syurga, apalagi tentu orang ahlul iman yang taat dan beramal soleh. Maka ketika jembatan Sirothol Mustaqim dibentangkan di atas neraka menuju syurga dan manusia mesti melewati jembatan itu, neraka akan berkata “Cepatlah wahai mukmin” kepada orang beriman yang berjalan melewati jembatan, karena cahaya yang dinampakan itu dapat memadamkan api neraka.

Ahlul Yakin

Ahlul Yakin meyakini Allah yang mengatur hidupnya dan fokus hidupnya pada ketaatan kepada Allah

Taraf iman yang lebih tinggi dari ahlul Iman yang zahir ini adalah golongan ahlul iman yang yakin. Taraf iman ini menjadikan orang yang memilikinya mempunyai ketenangan karena yakinnya kepada Allah yang mengatur hidupnya. Allah berjanji akan melindungi orang yang soleh. Orang yang telah menjadi Ahlul Yakin, fokus hidupnya adalah yakin dan taat kepada Allah agar dimasukkan ke dalam golongan orang yang soleh. Sehingga dia tidak pernah khawatir dengan rezekinya, karena dia yakin Allah akan memenuhi segala keperluannya.
Diumpamakan seseorang yang akan pergi ke suatu tempat yang belum dikenalnya. Kemudian dia dikenalkan dengan orang yang kenal tempat itu dan tinggal di sana yang akan mengurusnya di sana. Jika dia tidak percaya dengan orang kenal tempat itu, maka selama perjalanan di akan merasa was-was bahkan ketika sampai di sanapun akan terus merasa was was, karena tidak yakin dengan orang itu.
Berbeda dengan orang yang percaya dan yakin kepada orang yang kenal tempat itu, Dia akan santai dan tenang selama perjalanan dan tiba di sana, sebab dia yakin segala sesuatunya sudah ada yang mengurus, maka dia akan mengurus apa yang menjadi urusannya saja.

Keyakinan Sayidina Umar bin Abdul Aziz tentang anak-anaknya

Dikisahkan ketika Sayidina Umar bin Abdul Aziz radhiallahu anhu, Sultan bani Umayah yang adil ditanyakan mengapa tidak memberikan harta untuk anak-anaknya. Beliau menjawab, jika anak-anakku orang ahli maksiat, maka harta yang akan berikan kepada mereka akan dipakainya untuk maksiat. Namun jika anak-anakku orang yang taat, maka Allah akan mengurus mereka, sehingga mereka berkecukupan. Setelah beliau wafat, anak-anak beliau adalah orang taat yang rezekinya dicukupkan oleh Allah.

Keyakinan Nabi Ibrahim ketika dilempar ke kobaran api

Ketika Nabi Ibrahim akan dilempar ke api yang dibuat oleh Raja Namrud, Malaikat Jibril bertanya apakah beliau memerlukan pertolongan. Namun Nabi Ibrahim hanya berkata: Hasbi Allah wa ni’mal wakil, Cukuplah Allah bagiku dan sebaik-baik Penolong

Ahlul Yakin meyakini seperti burung dalam hal rezeki

Dikatakan orang ahlul yakin itu keyakinan dalam hatinya seperti keyakinan burung dalam mencari rezeki. Burung itu tidak pernah menyimpan makanan. Setiap hari keluar dari sarangnya untuk mencari rezeki dan berkeyakinan akan mendapatkan rezeki di hari itu.
Demikianlan kira-kira perbedaan orang yang ahlul Iman dan Ahlul Yakin. Oleh sebab itu sebaik-baik doa adalah meminta yakin dan afiah (keselamatan).

Bagaimana agar kita menjadi ahlul yakin?

Untuk menjadi ahlul yakin, maka kita perlu membiasakan diri dan hati kita sebagaimana para ahlul yakin beramal. Yaitu secara istiqamah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Diumpamakan orang yang setiap hari hidupnya diisi dengan kegiatan yyang berkaitan dengan sepak bola. Bangun tidur, melihat atau berlatih sepak bola. Siang hari membaca tentang sepak-bola. Sore hari berlatih ataa bermain sepak bola. Malamnya kembali menyaksikan sepak bola. Jika ini dilakukan secara teratur dan terus menerus, maka hidupnya dan hubungannya dengan sepak bola, bertambah dekat, semakin ahli dan semakin mendarah daging dengan sepak bola. Ingatan, keyakinannya dan kehidupannya semakin dekat dengan sepak bola.
Begitulah orang yang ahlul iman jika terus istiqomah beramal dan belajar ilmu tentang Allah, tentang Islam, Iman dan Ihsan, tentu kayakinannya semakin lama semakin tinggi kepada Allah yang mengurus segala hidupnya yang menjadikannya Ahlul Yakin.


0 Kommentare

Schreibe einen Kommentar

Deine E-Mail-Adresse wird nicht veröffentlicht. Erforderliche Felder sind mit * markiert.

de_DEGerman