Isra Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam (Fasal 12)
Isra Mi’raj adalah salah satu khususiyah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Imam Jalaluddin As-Suyuti menuliskan keistimewaan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam dalam Kitab Al Khashois Al Kubro.
Mengapa Nabi perlu ke langit sebelum menemui Allah?
Perlu dijelaskan bahwa sebelum Nabi bertemu Allah, Nabi dibawa dahulu melalui langit, dari langit pertama sampai langit ke 7. Ini bukan berarti bahwa Allah berada di langit. Karena Allah bukanlah makhluk atau benda yang memerlukan tempat bahkan Allah tidak terikat dengan waktu. Untuk mudah menghadapi orang yang meyakini bahwa Allah ada di langit, adalah dengan pertanyaan, jika orang itu meyakini Allah ada di langit, maka ketika langit belum diciptakan, dimana Allah berada?
Dengan pertanyaan mudah ini, orang akan mudah meyakini bahwa Allah itu tidak memerlukan tempat, karena tempat adalah makhluk, sedang Allah tidak memerlukan makhluk.
Kita mengimani bahwa Nabi bertemu Allah namun bagaimana cara pertemuannya kita serahkan kapada Allah, hanya Allah dan Nabi yang mengetahui. Sebagaimana Nabi mengunjungi tempat antara Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha, langit dikunjungi Nabi agar langit juga mendapatkan barokah yang ada pada diri Rasul shallallahu alaihi wassalam. Karena langit dan penduduknya cemburu kepada Nabi, sebagai makhluk yang paling mulia dari sekalian makhluk, berada dan berjuang di bumi, tempat manusia melakukan dosa. Allah telah mengabulkan keinginan langit dan penduduknya untuk juga didatangi Nabi Muhammad dengan adanya peristiwa Mi’raj, sehingga langit dan penduduknya menjadi mulia karena telah didatangi oleh Nabi Shallallahu alaihi wassalam.
Isra Mi’raj adalah Mu’jizat
Isra Mi’raj adalah suatu Mu’jizat mesti difahami dengan iman bukan hanya dengan akal. Karena akal kita terbatas, akal kita adalah makhluk. Maka akal tidak akan sanggup memahami Khaliq dan tidak dapat memikirkannya. Syeikh Ramadhan Al Buty pernah menjelaskan, ada suatu ketika ulama Islam terpengaruh pemikiran barat, yang mengatakan bahwa kehebatan Nabi itu, dilihat dari sisi lahiriah saja, seperti Nabi itu pemimpin, Nabi itu panglima dan sebagainya, tanpa melihat kehebatan Nabi adalah Mu’jizat dari Allah yang dijaga dengan wahyu Ilahi.
Oleh sebab itu dalam memahami Rasulullah shallallahu alaihi wassalam sebagai Rasulullah juga haru dengan iman. Karena Mu’jizat yang terjadi pada Rasulullah adalah atas Kuasa dan Kehendak Allah yang tidak dapat hanya difahami dengan akal kecuali dengan iman dan keyakinan.
Maka jangan kita memandang keistimewaan Rasulullah shallallahu alahi wassalam sebagaimana hanya sebagai manusia yang cerdas. Tetapi kita mesti memandangnya sebagai Mu’jizat dari Allah.
Apa hikmah adanya Isra Mi’raj?
- Isra Mi’raj terjadi ketika Nabi baru saja kehilangan Siti Khadijah dan Abu Thalib dalam waktu yang berdekatan. Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wassalam berdakwah ke Thoif beliau ditolak dan dilempari batu sebelum beliau dapat berbeicara kepada penduduk Thoif. Maka keadaan Rasulullah dan dakwahnya ketika itu sedang di titik terendah. Lebih berat dari ketika Rasulullah kalah di perang Uhud. Ketika di Thoif itu beliau berdoa dan mengadu kepada Allah: Ya Allah, aku mengadukan kelemahan diriku dihadapan manusia. Aku tidak perduli, asalkan Engkau tidak murka kepadaku dan redho kepadaku, maka itu cukup bagiku.
Berikut Doa Nabi Muhammad SAW di Thaif:
اللّهُمّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوّتِي ، وَقِلّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ ! أَنْتَ رَبّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبّي ، إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟ إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهّمُنِي أَمْ إلَى عَدُوّ مَلّكْتَهُ أَمْرِي ؟ إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي ، وَلَكِنّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي ، أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِك الّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَك أَوْ يَحِلّ عَلَيّ سُخْطُكَ، لَك الْعُتْبَى حَتّى تَرْضَى وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوّةَ إلّا بِك
Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maharahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli sebab sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat dari kemurkaan-Mu dan yang akan Engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya upaya melainkan dengan kehendak-Mu.”
Maka disaat itulah Allah memberikan Isra Mi’raj adalah Mu’jizat Allah yang menaikkan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam dengan Kuasa dan Kehendak Allah semata, tidak ada campur tangan ikhtiyar makhluk.
Kisah Isra, Rasul diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dalam sebagian malam diceritakan jelas dalam Al Quran secara jelas. Bahkan juga diceritakan dalam hadits secara mutawatir, yaitu diceritakan oleh lebih dari 10 orang. Seperti keluarnya air dari tangan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Maka orang Islam yang menolaknya akan menjadi kafir. Sedang orang Islam yang menolak Mi’raj akan menjadi fasik, karena dalil tentang Mi’raj diceritakan secara tersirat, masih samar, tidak begitu jelas
Diceritakan dalam satu Hadits dari Abu Nu’aim. Abu Sofyan pernah bertemu dengan Raja Romawi di Syam. Abu Sofyan berkata, kalau engkau mengetahui perkara ini maka engkau akan mengatakan (Nabi) Muhammad (shallallahu alaihi wassalam) adalah pendusta.
Suatu malam dia mengaku telah diperjalankan dari Masjidil Hari ke Masjidil Aqsha dan kembali lagi dalam sebagian malam.
Ketika itu ada penjaga Mesjid Aqsha, dia pun berkata, saya tahu malam itu, karena setiap malam saya pasti menutup semua pintu Mesjid sebelum tidur, namun pada malam itu ada satu pintu yang tidak dapat aku tutup. Kemudian saya melihat ada batu yang berlubang, seperti bekas orang mengikat hewan tunggangan. Disini ada hikmah bahwa, walaupun Rasulullah shallallahu alaihi wassalam mendapat Mu’jizat dengan kendaraan Buraq yang tentu patuh dengan beliau, beliau tetap mengikat Buraq di sebuat batu, ketika beliau berhenti beberapa saat di Masjidil Aqsho. Cerita ini menguatkan kebenaran peristiwa Isra.
Di Masjidil Aqsho, semua Nabi dan Rasul sudah berkumpul. Malaikat kemudian Jibril mengumandangkan Adzan. Kemudian Malaikat Jibril mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah Imam bagi selutuh Nabi dan Rasul ketika di dunia dan di akhirat.
Setelah sholat dan bertemu para Nabi dan Rasul, Nabi berangkat ke langit bersama Malaikat Jibril. Kemudian Nabi diberi 4 jenis minuman, yaitu, air, arak, madu dan susu. Sebagaimana sungai yang ada di syurga. Rasulullah memilih susu. Kemudian Rasulullah pergi ke langit pertama bertemu nabi Adam, kemudian kedua, ketiga dan seterusnya sampai langit ke tujuh. Di setiap langit itu, Rasulullah shallallahu alaih wassalam disambut dengan meriah.
Di langit ke 6, Rasulullah bertemu Nabi Musa. Nabi Musa menangis karena terharu melihat umat Nabu Muhammad, yang datang belakangan dari beliau, mempunyai umat yang terbanyak yang akan masuk ke syurga, yaitu 2/3 dari seluruh penduduk syurga. Jika ada 120 shaf ahli syurga, maka 80 shaf adalah umat Rasulullah.
Di langit ke 7, Rasulullah bertemu dengan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim mengatakan syurga amat luas namun belum ada pohon, maka tanamilah dengan berdzikir kepada Allah, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbur, yang setiap dzikir itu akan menjadi pohon di syurga. Kemudian Nabi Ibrahim menitipkan salam melalui Nabi kita untuk kita Umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam.
Para Malaikat berkumpul di langit untuk mengharapkan keberkatan dari Nur (cahaya) dari Nabi Muhammad yang bertemu denga mereka. Begitulah istimewanya Nabi kita, yang cahayanya diharapkan oleh para Malaikat.
Wallahu A’lam
0 Kommentare