Baris 1

أَبـْدَأُ بِـاسْمِ اللهِ وَالـرَّحْـمَنِ ۞ وَبِـالـرَّحِـيـْمِ دَائِـمِ اْلإِحْـسَانِ

Saya memulai dengan nama Allah, Dzat yang maha pengasih, dan Maha Penyayang, yang senantiasa memberikan kenikmatan.

Muqaddimah

Memulai dengan membaca Bismillah (dengan Nama Allah)

Semua perbuatan kita yang baik, hakikatnya karena rahmat Allah, dengan Kekuatan dan Kehendak Allah. Maka semua amal ibadah kita adalah nikmat dari Allah. Oleh sebab itu semua perbuatan yang baik mesti dimulai dengan membaca Bismillah (dengan Nama Allah), supaya kita mendapat barokah dan manfaat dari amal kita itu.
Dalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ bersabda, “Setiap pekerjaan yang baik, jika tidak dimulai dengan “Bismillah” (menyebut nama Allah) maka (pekerjaan tersebut) akan terputus (dari keberkahan Allah)”.
Kalau suatu perbuatan baik tidak dimulai dengan membaca Bismillah (dengan Nama Allah), mungkin saja pekerjaan/ perbuatan itu selesai secara lahiriah, tetapi barokah dan manfaatnya kurang atau tidak ada. Maka menyebut Nama Allah, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak ada tuhan selainNya, adalah menyebabkan turunnya barokah dari Allah.

Asma Allah Ar-Rahman dan Ar-Rahim

Asma Allah Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah Asma dan Sifat Allah yang hendaknya kita sebut jika kita hendak meminta kepada Allah. Asma dan Sifat Allah berhubungan dengan untuk apa kita menyebutnya. Ar-Rahman adalah Nama dan Sifat Allah Yang Maha Pemurah Yang Memberikan nikmat di dunia. Sedang Ar-Rahim adalah Allah yang Maha Pengasih Yang Memberikan nikmat di akhirat.
Maka pemberian Allah kepada di dunia adalah karena Nama dan Sifat Ar-Rahman Allah, dan pemberian Allah untuk keselamatan di akhirat, berupa iman, ampunan adalah karena Nama dan Sifat Allah Ar-Rahim.
Oleh sebab itu jika kita hendak meminta dengan berdoa kepada Allah, hendaknya kita menyebut Ar-Rahman dan Ar-Rohim. Maka membaca Bismillah sebelum memulai perbuatan baik, adalah termasuk kita berdoa kepada Allah agar apa yang akan kita lakukan itu bermanfaat di dunia dan di akhirat, sehingga banyak barokahnya.

Bolehkah menyebut Allah dengan Nama yang tidak disebutkan oleh Quran dan Hadits?

Asmaul Husna yang kita ketahui dari Quran dan Hadits ada 99 jumlahnya. Ini adalah Asma atau Nama Allah yang Allah izinkan kita mengetahuinya. Namun Nama Allah lebih banyak jumlahnya, berapa jumlahnya, hanya Allah yang mengetahui.
Apakah boleh kita menyebut Nama Allah selain dari Nama dalam Asmaul Husna? Imam Abu Bakar Al Baqilani berkata, kita dibolehkan menyebut Nama Allah selain asmaul Husna, dengan syarat Nama itu bukan nama yang direndahkan. Contoh ada sebagian orang di Jawa menyebut Allah dengan Pengeran (bukan Pangeran). Pengeran berasal dari kata ngenger (meminta, menumpang). Jadi Allah Pengeran adalah Yang kepadaNya kita meminta/ menumpang hidup.
Namun menyebut Allah dengan Professor, tidak dibenarkan, karena Professor adalah gelar akademis yang didapat melalui suatu proses, sedang Allah adalah bersifat kekal, tidak mengalami perubahan.

Allah memberikan nikmat dan ihsan (kebaikan) secara berterusan

Pemberian Allah kepada makhluknya adalah berterusan. Allah tidak hanya menciptakan makhluk dan kemudian membiarkan. Tetapi Allah terus memberikan rezeki dan nikmat kepada makhlukNya, sehingga makhluk itu masih terus ada. Karena jika Allah cabut nikmat dan rezeki dari makhluknya, maka berhentilah pula hidup dari makhluk itu.
Apapun yang diberikan Allah adalah suatu kebaikan dari sisi Allah. Kita tidak dapat menilai suatu kebaikan menurut kita, karena mungkin saja menurut kita baik, tetapi menurut orang lain buruk, atau sebaliknya.

Hukum menyebut Basmalah secara umum
  1. Wajib, yaitu membaca Basmalah diwaktu kita membaca Al Fatihah ketika sholat wajib. Karena tanpa Basmalah, sholat kita tidak sah, yang membuat kita berdosa.
  2. Sunnat, yaitu ketika akan melakukan perbuatan sunnat misalnya ketika akan belajar agama, seperti yang kita lakukan sekarang.
  3. Mubah, yaitu ketika melakukan perbuatan mubah, seperti memindahkan/ menggeser buku dari suatu tempat ke tempat lain.
  4. Makruh, yaitu jika kita akan melakukan perkara makruh seperti mencabut uban.
  5. Haram, yaitu jika kita akan melakukan perbuatan haram, misalnya ketika hendak meminum minuman keras (arak misalnya), maka membaca Basmalah untuk minum arak adalah haram.

Baris 2

فَالْـحَـمْـدُ ِللهِ الْـقَدِيْمِ اْلأَوَّلِ ۞ اْلآخِـرِ الْـبَـاقِـيْ بِلاَ تَـحَـوُّلِ

Lalu segala puji bagi Allah Yang Maha Dahulu, Yang Maha Awal, Yang Maha Akhir, Yang Maha Tetap tanpa ada perubahan

Memuji dan bersyukur kepada Allah

Setelah memulai dengan Basmalah, sudah menjadi kebiasaan para Ulama untuk memuji dan bersyukur kepada Allah dengan membaca Hamdalah. Alhamdulillah adalah ucapan pujian kepada Allah. Karena Allah yang Maha Memberikan nikmat dan rezeki kepada kita, maka sudah sepatutnya kita berterima kasih kepada Allah dengan membaca Alhamdulillah, yang artinya segala puja dan puji hanya milik Allah.
Bersyukur kepada Allah lebih tinggi lagi dari memuji Allah. Bersyukur kepada Allah adalah memakai apa-apa yang diberikan kepada kita, sesuai dengan tujuan untuk apa ia diciptakan. Yaitu anggota badan kita dan rezeki yang kita miliki hanya untuk digunakan untuk beribadah dan mendekatkan diri kita kepada Allah, sesuai dengan keredhoan Allah.

Asma dan Sifat Allah yang disebut adalah menunjukkan isi Kitab ini

Al Qodim, Yang Maha Dahulu, Al Awwal, Yang Maha Awal, Al Akhiru, Yang Maha Akhir, Yang Maha Tetap tanpa ada perubahan. Ini adalah Asma dan Sifat Allah yang mesti dipelajari dalam ilmu Tauhid. maka ini menunjukkan bahwa Kitab yang akan dipelajari ini adalah berkaitan dengan Ilmu Tauhid.

Baris 3

ثُـمَّ الـصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ سَرْمَـدَ ۞ عَـلَـى الـنَّـبِيِّ خَيْرِ مَنْ قَدْ وَحَّدَا

Kemudian, semoga Shalawati dan salam senantiasa tercurahkah pada Nabi sebaik-baiknya orang yang mengesakan Allah

Membaca Sholawat ke atas Nabi Muhammad ﷺ, manusia yang terbaik

Setelah memuji Allah, kita membaca sholawat ke atas Nabi ﷺ. sebagaimana perintah Allah dimana Allah dan Malaikatpun bersholawat ke atas Nabi ﷺ. Allah bersholawat maksudnya adalah melimpahkan rahmat kepada Nabi ﷺ. Malaikat bersholawat adalah Malaikat mendoakan untuk Nabi ﷺ.
Kita melakukan sholawat maksudnya adalah berdoa meminta Allah untuk keselamatan Nabi ﷺ (bentuk doa sholawat ke atas Nabi adalah kita meminta Allah bersholawat ke atas Nabi ﷺ, red.).
Mengapa kita bersholawat sedangkan Nabi ﷺ sudah pasti selamat? Sedang kita belum tentu selamat. Jawabnya adalah dengan kita bersholawat kepada Nabi ﷺ, maka manfaatnya akan kembali kepada kita untuk keselamatan kita, selain derajat Nabi selalu bertambah dengan banyaknya umatnya yang selalu bersholawat ke atas Nabi ﷺ.

Siapakah Nabi dan Rasul?

Nabi adalah laki-laki merdeka yang menerima wahyu dari Allah. Nabi adalah sebaik-baik manusia di zamannya, yang terbaik dalam mengEsakan Allah. Nabi adalah manusia yang fisik dan lahirnya terbaik di antara manusia di zamannya. Nabi selalu berasal dari keturunan ayah dan ibu yang baik.
Nabi dan Rasul berdakwah mengajak manusia kepada Allah. Rasul berdakwah dengan membawa risalah (syariat) baru dari Allah, sedang Nabi berdakwah dengan mengamalkan risalah dari Rasul sebelaumnya. Maka Rasul adalah pasti Nabi, sedang seorang Nabi belum tentu Rasul.

Baris 4

وَآلِهِ وَصَـحْـبِهِ وَمَـنْ تَـبِـعْ ۞ سَـبِـيْلَ دِيْنِ الْحَقِّ غَيْرَ مُـبْـتَدِعْ

Dan keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jalan agama secara benar bukan orang-orang yang berbuat bid’ah

Sholawat ke atas keluarga Nabi ﷺ, shahabat dan orang yang mengikutinya.

Dalam bersholawat ke atas Nabi ﷺ, hendaknya kita juga membaca sholawat ka atas Keluarga Nabi ﷺ. Makna umum keluarga Nabi ﷺ adalah semua orang mukmin yang bertaqwa. Secara khusus makna keluarga Nabi ﷺ adalah mereka yang diharamkan menerima zakat yaitu keturunan Nabi ﷺ dari putri beliau yaitu Siti Fatimah radhiallahu anha.
Shahabat adalah orang Islam yang pernah bertemu Nabi ﷺ, walaupun sebentar dan walaupun masih kecil serta mereka wafat dalam keadaan muslim. Setiap muslim yang bertemu Nabi ﷺ akan mendapatkan cahaya Nabi ﷺ yang istimewa, sehingga orang mendapat gelar shahabat.
Tabi’in adalah muslim yang pernah bertemu Shahabat dan mengikuti atau berguru kepada shahabat selama beberapa saat, sehingga didikan shahabat itu berbekas kepadanya. Sedang orang Islam yang bertemu Shahabat saja tetapi tidak belajar dan tidak mengikuti Shahabat, tidak dapat disebut tabi’in. Kata Tab’in sendiri berarti pengikut, yaitu orang Islam yang mengikuti Shahabat.
Tabi’ut Tabi’in adalah pengikut dari Tabi’in. Demikian seterusnya orang Islam yang datang kemudian yang mengikuti dan berguru kepada Ulama generasi sebelumnya yang berguru dari Ulama generasi sebelumnya dan seterusnya.

Sholawat tidak berlaku bagi orang Islam yang melakukan bid’ah

Orang Islam yang melakukan bid’ah tidak mendapatkan do’a sholawat dari muslimin yang bersholawat. Orang yang berbuat bid’ah adalah orang yang melakukan sesuatu dosa atau yang bertentangan dengan syariat, tetapi mengatakan itu adalah dari syariat.
Contoh bid’ah adalah adanya laki-laki yang melakukan cipika-cipiki dengan wanita yang bukan muhrim. Bersentuhan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim adalah dilarang, apalagi melakukan cipika-cipiki.
Jika laki-laki atau perempuan yang bukan muhrim telah melakukan cipika-cipiki, kemudian mereka berkata bahwa perbuatan cipika-cipiki ini adalah dari Islam. Maka mereka telah melakukan dosa dua kali. Pertama karena melakukan cipika-cipiki, yang kedua karena melakukan bid’ah dengan mengatakan bahwa cipika-cipiki ini dari Islam. Na’udzubillah min dzalik.

Baris 5

وَبَـعْـدُ فَاعْلَمْ بِوُجُوْبِ الْمَعْرِفَـهْ ۞ مِنْ وَاجِـبٍ ِللهِ عِـشْرِيْنَ صِفَـهْ

Dan setelah itu, ketahuilah tentang wajibnya mengetahui bahwa Allah itu mempunyai 20 sifat wajib.

Manusia wajib mengenal Allah dengan mempelajari ilmu Aqidah

Setelah Muqadimah di atas (baris 1 – 4), hendaklah kita mengetahui bahwa manusia diwajibkan untuk mengenal Allah, Tuhan Maha Pencipta Yang mesti kita sembah. Untuk mengenal Allah, kita perlu mempelajari ilmu Aqidah tentang Sifat-Sifat Allah yang Wajib, untuk kita dapat mengenal Allah, melalui ciptaanNya, sehingga kita dapat percaya, yakin dan taat kepada Allah.
Untuk mengetahui ilmu Aqidah atau ilmu mengenal Allah mempunyai syarat yaitu:
1. Mengetahui Ilmu dengan berlandaskan dalil.
2. Mesti meyakini ilmu sepenuhnya.
3. Tidak boleh goyah dan tidak boleh ada keraguan sama sekali
Untuk memenuhi 3 syarat ini kita mesti berfikir dengan menggunakan akal secara benar agar keyakinan kita itu kuat karena berlandaskan pemahaman yang benar dan dalil yang shohih. Namun kita tidak dituntut untuk mengenal hakikat Dzat Allah, karena akal kita tidak akan mampu dan bahkan kita dilarang untuk memikirkan DzatNya.

Mengenal Allah perlu difahami dengan berfikir dan tidak cukup karena ikut-ikutan

Berbeda dengan ilmu Fikih, dimana kita hanya wajib meyakini dan mengikuti syariat yang datang dari Allah, tanpa kita perlu memahami sebabnya mengapa (red. misalnya mengapa wudhu dan sholat mesti begitu aturannya dsb.), ilmu Aqidah tidak cukup dengan kita menghafal tanpa kita memahaminya. Kita perlu berfikir untuk memahaminya agar kita benar-benar yakin kepada Allah dan Rasul.
Ilmu Aqidah mesti didasarkan dengan pemahaman mengapa kita mesti yakin dan menyembah kepada Allah yang Esa, mengapa kita wajib beriman dan mentaati Rasulullah ﷺ.
Maka tidak cukup jika kita percaya kepada Allah dan Rasulullah ﷺ, karena hanya ikut kata seseorang guru tanpa memahaminya.
Guru dalam ilmu Aqidah adalah hanya menunjukkan jalan dan ilmu menuju kepada mengenal Allah. Guru mengajarkan bagaimana cara berfikir atau menggunakan akal yang benar, agar kita tidak keliru dalam memahami ilmu Aqidah.

Ilmu Aqidah mencakup 3 bagian

Bagian pertama adalah mempelajari Sifat-Sifat Wajib bagi Allah yang berjumlah 20. Ini adalah jumah Sifat Wajib Allah yang mesti kita pelajari. Lawannya adalah 20 Sifat yang Mustahil bagi Allah- kemudian 1 Sifat yang jaiz bagi Allah.
Bagian kadua adalah Sifat-Sifat Wajib bagi Rasul yang berjumlah 4. Sifat lawannya yang Mustahil juga berjumlah 4 dan 1 Sifat Jaiz bagi Rasul.
Bagian ketiga adalah perkara Ghaibiyat, yaitu perkara yang kita ketahui dari sumber wahyu, yang kita dengar dari Nabi (melalui guru-guru kita). Perkara ini tidak dapat dibuktikan dengan panca indera kita, melainkan hanya kita dengar beritanya sehingga disebut juga dengan perkara Sam’iyat. Yang termasuk perkara Ghaibiyat yaitu Syurga, Neraka, Hari Kiamat dan sebagainya.

Wallahu a’lam

Text lengkap dan terjemah Aqidatul Awwam dalam dilihat di Kitab Aqidatul Awam Dan Terjemah [PDF] (terjemahkitab.com).


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian