Kharidatul Bahiyyah (Baris 17-24)
١٧] ثم اعلمن بأن هذا العالما – أي ما سوى الله العلي العالما]
[17] Ketahuilah bahwa alam adalah yang selain Allah. Dia Maha Tinggi dan Maha Mengetahui
١٨] من غير شك حادث مفتقر – لأنه قام به التغير]
[18] Tidak diragukan bahwa alam ini ada dalam waktu tertentu, karena alam selalu mengalami perubahan.
١٩] حدوثه وجوده بعد العدم – وضده هو المسمى بالقدم]
[19] Alam ini ada setelah mengalami tidak ada. Sedang lawannya adalah sesuatu yang selalu ada (Qidam, Bersedia)
٢٠] فاعلم بأن الوصف بالوجود – من واجبات الواحد المعبود]
[20] Ketahuilah Sifat Wajib Wujud bagi Allah Yang Maha Esa, Yang disembah
٢١] إذ ظاهر بأن كل أثر – يهدي إلى مؤثر فاعتبر]
[21] Maka jelaslah segala akibat, menunjukan adanya yang menyebabkan, maka pertimbangkanlah
٢٢] وذي تسمى صفة نفسية – ثم تليها خمسة سلبية]
[22] Sifat Wujud Allah disebut dengan Sifat Nafsiah, kemudian diikuti dengan lima Sifat Salbiah (Sifat yang menolak sifat yang tidak layak bagi Allah)
٢٣] وهي القدم بالذات فاعلم والبقا – قيامه بنفسه نلتالتقى]
[23] Ketahuilah Ia adalah Dzat Yang Qidam dan Baqa. Berdiri atas Diri Sendiri
٢٤] مخالف للغير وحدانية – في الذات أو صفاته العلية]
[24] Dia berbeda keseluruhannya dari yang selain Nya, Tunggal pada Dzat dan SifatNya, Yang Maha Tinggi
Sifat Nafsiyah, Allah Wajib Ada (Wujud) (Baris 17-22)
Mengapa sebagai Mukallaf wajib kita secara syariat mengenal Allah
Setelah kita membahas tentang hukum akal, hukum adat dan hukum yang diwahyukan, kemudian kita diberitahu melalui hukum yang diwahyukan bahwa sebagai Mukallaf diwajibkan secara syariat untuk kita mengenali Allah (baris 11).
Mengapa kita wajib mengenali Allah? Karena kita diciptakan untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam QS Adz-Dzaariyaat: 56.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56).
Dalam beribadah kita wajib mengenali Yang kita sembah. Dengan mengenal SifatNya dan Keindahan AsmaNya, maka kita dapat mencintaiNya. Sehingga kita dapat tunduk dan taat atas segala perintahNya sebagai ibadah kepadaNya. Ayat ini juga menjadi dalil Naqli akan Sifat Wujud (ada) bagi Allah. Untuk kita dapat mengenalNya, kita perlu mempelajari ilmu untuk mengenalNya. Ilmu yang pertama kita pelajari untuk mengenal Allah adalah ilmu Tauhid atau ilmu Aqidah yang sedang kita pelajari ini.
Ciptaan Allah selalu mengalami perubahan
Alam ini selalu berubah, perubahan itu terjadi karena alam ini terikat dengan waktu. Sehingga setiap detik waktu ini berjalan alam ini selalu berubah. Dengan hukum adat (kebiasaan) perubahan yang sudah pasti dapat kita perhatikan dan lihat adalah usia setiap benda yang kita lihat bertambah dengan berjalannya waktu. Benda-benda yang secara lahir kelihatan tidak berubah seperti batu atau benda sangat besar seperti matahari dan bulan sebenarnya juga berubah, hanya mungkin kita sulit untuk dapat mengesannya. begitulah kita melihatnya berdasarkan hukum adat/kebiasaan.
Setiap yang berubah secara hukum akal pasti mempunyai permulaan. Dan setiap yang mempunyai permulaan pasti pernah mengalami keadaan tidak ada. Sesuatu yang pernah tidak ada dan kemudian ada, pasti ada yang mengadakan. Mustahil sesuatu itu dari keadaan tidak ada menjadi ada dengan sendirinya.
Maka menurut hukum akal, pasti ada satu Dzat yang selalu ada. Dzat yang tidak pernah tidak ada (Qidam). Dzat itu Wajib selalu ada (Wujud). Mustahil Dzat ini pernah tidak ada. Dialah Allah. WujudNya itu tidak diwujudkan. Bahkan alam semesta ini wujud atau ada karena Allah Dzat Yang Maha Esa itu yang mewujudkan alam semesta ini.
Inilah dalil Aqli bahwa Allah Wajib bersifat Wujud (ada). Sifat ini disebut Sifat Nafsiah, yaitu Sifat dari Dzat itu sendiri.
Sifat Salbiyah (Baris 22-24)
Setelah kita membahas Sifat Nafsiyah, maka diikuti dengan Sifat Salbiyah, yaitu Sifat yang menolak sifat yang tidak layak bagi Allah. Adalah lebih mudah bagi para Ulama menjelaskan sifat-sifat makhluk yang kemudian mengatakan Sifat WujudNya Allah bukan seperti sifat makhluk itu dari pada menjelaskan secara langsung Sifat Allah yang tidak dapat kita lihat atau dengar atau tangkap dengan panca indera kita. Sedangkan panca indera kita dapat menangkap dengan melihat dan mendengar makhluk. Oleh sebab itulah perlunya menjelaskan Sifat Wajib Allah dengan Sifat Salbiyah, Sifat yang menolak sifat-sifat makhluk – yang banyak kelemahan – yang tidak layak ada pada Allah.
Mengapa setelah Sifat Wujud Ulama Ahlussunnah wal Jamaah perlu menjelaskan Sifat Salbiyah terlebih dahulu sebelum membahas Sifat Allah yang lain? Ini adalah sesuai dengan konsep Kalimat Tauhid yang dimulai dengan meniadakan terlebih dahulu baru menjelaskan hanya Allah yang patut disembah. (Laa ilaaha illallah, tiada ilah (tuhan yang layak disembah) kecuali Allah). Jadi mempelajari Ilmu Aqidah ini seperti kita mempelajari tafsir dari kalimat Tauhid Laa ilaaha illallah.
Sebenarnya Sifat Nafsiyah yaitu Sifat Wujud Allah sudah mencakup Sifat Salbiyah, sebagaimana yang akan dijelaskan nanti. Ulama Ahlussunnah wal Jamaah menjelaskan lagi Sifat Salbiyah yang berjumlah ada lima untuk menutup kemungkinan pemikiran Umat Islam yang salah tentang Sifat Wujud Allah.
Qidam (Bersedia, tidak ada permulaan)
Qidam artinya Bersedia atau tidak ada permulaan. Sifat ini sudah terkandung dalam Sifat Wujud bagi Allah. Sifat Qidam ini menolak atau menutup kemungkinan pemikiran yang mengira Allah mempunyai permulaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Sifat Wujud, sudah dijelaskan bahwa Allah Wajib ada (Wujud), maka sudah pasti mustahil bahwa Allah pernah tidak ada, atau mustahíl Allah mempunyai permulaan. Inilah dalil Aqli dari Sifat Qidam Allah.
Dalil Naqli dari Sifat Qidam Allah, dapat dilihat pada firman Allah dalam Quran Surat Al Hadid : 3
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Maksud Yang Awal disitu adalah secara mutlak. Allah adalah Yang Awal tanpa ada yang mendahului. Wujud Allah adalah Yang Awal ada tanpa didahului oleh tidak ada. Mustahil Allah bersifat baharu (huduts). Yang selain Allah adalah makhluk yang Allah ciptakan. Maka yang selain Allah disebut alam semesta yang pernah berstatus tidak ada. Oleh karena itu alam semesta bersifat baharu (huduts).
Baqa (Kekal, tidak ada akhir)
Baqa artinya kekal, tidak ada akhirnya. Ini adalah Sifat Wajib Allah yang juga sudah terkandung dalam Sifat Wajib Allah Wujud. Karena Allah itu wajib ada (Wujud), maka mustahil bagi Allah tidak ada, mustahil adanya Allah itu ada akhirnya. Maka Wajib bagi Allah bersifat Baqa. Jadi Sifat Baqa ini menolak adanya akhir dari WujudNya Allah. Inilah dalil Aqli Wajib bagi Allah bersifat Baqa. Mustahil Allah bersifat fana (punah, menua).
Seluruh selain Allah adalah ciptaan Allah yang pernah tidak ada. Termasuk dalam ciptaan Allah adalah waktu itu sendiri. Seluruh makhluk adalah fana (akan punah), berubah dan menua ketika melalui waktu, dan akhirnya akan sirna dan punah sesuai dengan waktu yang dikehendaki Allah. Allah sama sekali tidak terpengaruh dan tidak berubah dengan berjalannya waktu.
Dalil Naqli Sifat Baqa bagi Allah.
QS Al-Qashah:88
Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Dzat Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
Dalam ayat disebut Wajah Allah, maksudnya adalah Dzat Allah. Hanya Dzat Allah tidak akan menua, tidak akan fana, tidak akan binasa.
Sifat Qidam dan Baqa menjelaskan bahwa Wujud Allah tidak terikat oleh waktu, karena waktu adalah makhluk
Sifat Qidam dan Baqa ini menegaskan Maha Suci Allah dari keterikatan atau terpengaruh oleh waktu. Waktu adalah makhluk. Keterikatan dan terpengaruh oleh waktu adalah suatu sifat kelemahan. Segala sifat kelemahan adalah tidak layak dan tidak patut bagi Allah. Semua makhluk mengalami penambahan usia ketika melalui waktu.
Hanya Allah yang tidak terkesan apapun degan berjalannya waktu. Allah sudah ada ketika alam semesta ini tidak ada, dan Allah sama keadaannya ketika alam ini – termasuk waktu – diadakan.
Bagaimana Syurga dan Neraka beserta penduduknya yang disebutkan dalam hukum yang diwahyukan akan kekal abadi?
Perlu ditambahkan disini tentang ciptaan Allah yang dijadikan kekal seperti Syurga dan Neraka beserta penghuninya. Makhluk Allah ini masih terikat dan terpengaruh oleh waktu, tetapi Allah memanjangkan usia makhluk itu sampai waktu yang dikehendaki Allah. Jika Allah sudah menyebutnya dalam hukum yang diwahyukan bahwa Syurga dan Neraka beserta penghuninya akan abadi. Maka begitulah Kehendak Allah yang akan berlaku. Maka kekalnya makhluk yang dikekalkan oleh Allah berbeda dengan Sifat Baqa bagi Allah yang sama sekali tidak terikat dan terpengaruh oleh waktu. Allah kekal bukan dikekalkan.
Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri Sendiri)
Qiyamuhu Binafsihi artinya berdiri sendiri. Sifat ini sudah terkandung pada wajibnya Sifat Wujud Allah. Sudah dijelaskan bahwa WujudNya Allah adalah tidak diwujudkan, artnya Wajib bahwa WujudNya Allah berdiri atas Dzat Allah itu sendiri. Mustahil Dzat Allah tergantung dari yang lain yang pernah tidak ada. Yang selain Allah adalah makhluk yang keberadaannya diciptakan oleh Allah.
Dalil Naqli Sifat Qiyamuhu Binafsihi:
QS Al Ankabut:6
Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
QS Al Ikhlas:2
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Allah tidak memerlukan makhlukNya, tetapi makhlukNya yang sangat bergantung kepadaNya.
Mukhalafatu li ghoirihi (Berbeda dari selainNya)
Mukhalafatu li ghoirihi artiya berbeda dari selainNya. Sifat ini ada juga yang menyebut Mukhalafatu lil hawadits yang artinya berbeda dari yang baharu. Yang selain Allah adalah makhluk dan seluruh makhluk adalah bersifat baharu. Sifat ini menegaskan bahwa Sifat Allah berbeda sama sekali dari makhluk. Sifat ini menolak kesamaan dan penyerupaan dengan sifat makhluk secara keseluruhan.
Dalil Naqli Sifat Mukhalafatu li ghoirihi:
QS Asy-Syura:11
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.
QS Al Ikhlas: 4
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
Sifat Mukhalafatu lil Hawadits dan Qiyamuhu Binafsihi adalah juga menegaskan Maha Suci Allah dari keterikatan dengan waktu, ruang dan tempat. Sebab waktu, ruang dan tempat adalah makhluk, baik ruang/tempat di alam nyata maupun ruang/tempat di alam ghaib yang pernah tidak ada. Sedang Dzat Allah sedia ada. Keterikatan dengan ruang dan tempat adalah suatu sifat kelemahan.
Sifat ini juga menjelaskan bahwa Wujud Allah bukanlah seperti benda atau jisim (jasmani). Jisim adalah sesuatu yang berjasad yang menempati ruang dan tempat. Hanya makhluk saja yang berjisim. Makhluk di alam lahiriah mempunyai jisim di alam lahiriah ini, sedang makhluk gaib seperti malaikat dan jin mempunyai jisim di alam gaib. Maha Suci Allah dari keserupaan dengan makhluk.
Wahdaniyah (Maha Esa), (bersambung)
0 Komentar