Al Khaafidh (الْخَافِضُ), Ar Raafi’ (الرَّافِعُ)

Dua Asma Allah ini maknanya berlawanan yaitu Yang Maha Merendahkan dan Yang Maha Mengangkat, Yang Maha Meninggikan.
Al-Khaafidh bermakna Yang Merendahkan orang kafir dengan menyengsarakan di akhirat kelak atau dengan menjauhkannya dari Allah (secara maknawi)
Ar-Raafi` bermakna Yang Maha Mengangkat orang beriman dengan membahagiakannya di akhirat yakni memasukannya ke dalam syurga kelak, juga dapat memaknai dengan memberi kebahagian bathin atau mendekatkannya kepada Allah (secara maknawi).
Siapa yang pandangannya tidak terbatas pada yang zahir tetapi sudah dapat melihat pada yang bathin. Maka orang ini telah diangkat ruhaninya oleh Allah kepada makam yang lebih tinggi.
Sebaliknya orang yang hanya terbatas pada pandangan yang lahir dan terhijab dari pandangan bathin, maka orang ini ruhaninya sedang direndahkan oleh Allah, sehingga hanya melihat nikmat yang zahir, dan tidak terhijab dari melihat nikmat yang bathin. Jadi bisa saja orang ini nikmat zahirnya seperti diangkat karena mendapat kenikmatan zahir, namun bathinnya sebenarnya sedang direndahkan. Inilah yang disebut dengan istidraj. Na’udzubillahi min dzalik, kita berlindung kepada Allah dari yang demikian.

Jika orang yang telah mendapat nur Al-Khaafidh dan Ar-Raafi’, maka keadaan bathinnya akan sesuai dengan yang menjadi keredhoan Allah. Dia akan memandang rendah apa yang direndahkan oleh Allah, dan akan meninggikan dan memuliakan apa yang dimuliakan oleh Allah

Allah berfirman: Allah akan mengangkat orang yang beriman dan orang yang berilmu dengan beberapaa derajat. Maka orang ini akan memuliakan para ulama dan para wali.

Ketika Allah menciptakan Nabi Adam, Allah memuliakan Nabi Adam dengan memberinya ilmu. Sehingga Nabi Adam diminta mengajarkan ilmunya kepada Malaikat. Bahkan Allah menyuruh para Malaikat untuk bersujud sebagai tanda memuliakan Nabi Adam. Iblis menolak untuk mentaati, inilah tanda Allah telah merendahkan Iblis, karena tidak memuliakan orang yang dimuliakan Allah yaitu Nabi Adam.

Orang yang diangkat derajatnya di sisi Allah akan diberi ilmu oleh Allah yang membuatnya mudah untuk mengenal Allah. Semoga kita termasuk dalam golongan ini.

Derajat seseorang disisi Allah di akhirat nanti, tergantung dari pengetahuannya tentang Asma Allah ini. Berapa Asma dari Asmaul Husna yang diketahui dan diresapi oleh seseorang, begitu jugalah derajatnya di sisi Allah.

Seseorang mendapatkan pahala adalah sebanyak amal yang dilakukannya. Namun sedekat mana seseorang kepada Allah, adalah sejauh mana seorang hamba itu mengenal Nama-Nama Allah. Perumpamaan orang yang datang ke suatu rumah untuk mengikuti suatu acara. Mungkin orang itu penampilannya tidak istimewa atau biasa saja, namun karena orang itu sangat kenal dan dekat dengan tuan rumah, maka orang itu dipanggil oleh tuan rumah untuk mendapat kedudukan yang istimewa dalam acara tersebu, sehingga tetamu lain merasa heran dan cemburu kepadanya.
Ini juga ada di akhirat nanti, yaitu bahwa para Nab dan Syuhada merasa heran dan cemburu ada sekelompok orang yang didekatkan kepada Allah. Siapakah mereka ini? Itulah golongan yang mendekatkan diri kepada Allah dengan cinta kepada Allah dan saling mencintai karena Allah.

Orang yang cinta kepada Allah ini karena dalam hatinya ada Nama-Nama Allah yang dia kenal dan dia resapi. Orang ini selalu menyebut dan mengingati Allah dalam qolbunya.
Oleh sebab itu ada dikatakan dzikir khofi (dzikir yang tersembunyi) adalah sebaik-baik dzikir. Inilah juga cara untuk menjadi zuhud dari dunia. Di atas ini ada lagi zuhud yang lebih tinggi yaitu zuhud terhadap akhirat, yaitu zuhud terhadap ingin syurga dan zuhud terhadap takut neraka, karena yang diinginkan hanyalah Allah.
Ketika kita masih kecil ingin melakukan sesuatu karena hadiah yang dijanjikan orang tua kita, inilah Tauhidnyaa anak-anak. Kemudian kita melakukan taat karena ingin pahala dan takut dosa. Dan kemudian hendaknya kita taat karena menginginkan redho Allah.

Jika seseorang ingin diangkat oleh Allah, maka hendaknya dia senantiasa menyebut Asma Allah dalam qolbu. Dan pintu agar kita diangkat oleh Allah adalah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Pintu pintu itu mempunyai kunci. Dan kunci-kunci itu adalah Nama-nama Allah.

Al Mu’izz (الْمُعِزُّ), Al Mudzil (المُذِلُّ)

Al Mu’izz dan Al Mudzil juga Asma Allah yang berlawanan maknanya. Al Mu’izz artinya Yang Maha Menguatkan/Memuliakan. Al Mudzil bermakna Yang Maha Melemahkan. Hanya Allah Yang Memuliakan dan Melemahkan hambaNya. Seorang hamba yang ingin mulia dan terkenal, tidak akan dapat mencapai maksudnya itu kecuali Allah yang dapat membuatnya mulia dan terkenal. Demikian juga orang yang tidak ingin terkenal, namun jika Allah menjadikannya terkenal, maka tidak ada sesuatupun yang dapat menghalangnya.
Jadi kita sebagai hamba Allah hendaknya beramal sesuai dengan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang. Seorang hamba Allah semestinya tidak ingin menjadi dikenal atau populer dan tidak pula ingin menjadi orang yang tersembunyi, karena kita bukanlan hamba dari “ingin terkenal” atau “ingin tersembunyi”, melainkan kita adalah hamba yang ingin selalu beribadah kepada Allah.

Hanya Allah yang secara mutlak dapat memberikan kekuasaan baik yang lahir maupun yang bathin. Kekuasaan yang lahir adalah Kuasa fisik terhadap lahir dari makhluk lain. Sedang Kekuasaan bathin adalah kemampuan untuk menguasai nafsu syahwat sendiri, sehingga dia menjadi merdeka terhadap hawa nafsunya. Inilah kuasa yang sebenarnya.

Sedang orang yang punya kuasa lahir, belum tentu dapat menguasai hawa nafsunya sendiri. Sehingga mungkin saja dia kelihatan mulia karena berkuasa secara lahir terhadap orang lain, namun sebenarnya sedang dihinakan oleh Allah karena telah tunduk pada hawa nafsunya dan bahkan mempertuhankan hawa nafsunya. Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian