Keutamaan penuntut ilmu fikih dalam agama

Allah menjamin rezeki orang yang menuntut ilmu

Ada dua nikmat Allah yang sering orang tertipu dengan nikmat tersebut yaitu nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang. Ini adalah nikmat yang amat mahal dan besar. Namun orang banyak tertipu karena menyangka nikmat itu adalah dari usahanya sendiri.

Dikisahkan ada 2 orang bersaudara, sang adik adalah seorang alim yang sibuk dengan menuntut ilmu dan mengajar, sibuk dengan Quran dan Hadits. Sedang yang abangnya adalah pedagang yang berhasil. Dia bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, wahai Rasulullah, saudaraku ini sibuk menuntut ilmu dan mengajar, sehingga tidak sempat memikirkan rezekinya dan sudah cukup berumur, tolong nasihati adik saya itu.
Rasul menjawab, tidakkah engkau berfikir, bahwa engkau diberi kemudahan berdagang dan rezekimu lancar adalah karena doa dari saudaramu itu. Karena saudaramu sibuk dengan ilmu agama maka engkau dimudahkan dalam berdagang. Maka berbagi tugaslah di antara kalian. Mungkin jika adikmu tidak sibuk menuntut ilmu, rezekimu tidak semudah yang didapat sekarang. Begitulah hikmahnya ada orang yang sibuk dengan ilmu agama sehingga tidak ada waktu untuk perkara lain baginya. Dan ada orang yang sibuk bekerja dan berdagang, sehingga dimudahkan mendapatkan rezeki. Namun sesungguhnya itu adalah berkah orang yang menuntut ilmu.
Jadi kita sekarang bersyukur punya waktu luang yang dipakai untuk menuntut ilmu, ini adalah hal yang mahal sekali. Semoga Allah menambahkan nikmat dengan istiqomah.

Hadits melalui Sayidina Anas bin Malik radhiallahu anhu

Dari Sahabat Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam berkata, siapa yang pergi ke luar rumah untuk menuntut ilmu, maka dia sedang berjihad atas jalan Allah, sampai dia kembali ke rumahnya (selesai dari menuntut ilmu).
Termasuk menuntut ilmu sekarang adalah juga membuka laptop atau smatphone untuk mendengarkan kajian, sampai dia selesai mendengarkan kajian itu.

Berkata Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, siapa yang pergi ke Mesjid dengan niat tidak mengingingkan apa-apa kecuali belajar dan mengajar agama, dia mendapat ganjaran orang yang pergi haji dengan sempurna. Ini menunjukkan bahwa Mesjid bukanlah hanya tempat sholat berjamaah, tetapi untuk berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi agama.

Hadits melalui Sayidina Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma

Harits dan istrinya Hindun bin ‘Auf punya 3 anak perempuan yang dinikahi oleh orang yang hebat. Yang pertama yaitu Lubabah Al Kubro binti Harits, menikah dengan Abbas bin Abdul Muthalib dan mempunyai anak Abdullah bin Abbas. Yang kedua bernama Lubabah Al Syughro binti Harits menikah dengan Walid bin Mughirah dan mempunyai anak Sayidina Khalid bin Walid. Yang ketiga bernama Maimunah binti Harits yang menjadi istri Rasulullah shallallahu alahi wassalam. Oleh sebab itu ketika Sayidina Khalid bin Walid masuk Islam beliau datang ke rumah bibinya Ummul Mukminin Siti Maimunah di Madinah. Itu sebabnya pula Sayidina Abdullah bin Abbas sering bertemu Nabi di rumah bibinya itu. Ketika Rasulullah wafat umurnya masih 9 tahun.

Sayidina Abdullah bin Abbas banyak berkhidmat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wassalam yang didoakan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam agar diberi ilmu takwil, yaitu mentafsirkan ayat Quran yang kebanyakan orang tidak faham. Termasuk juga mentakwilkan mimpi dan menjelaskan perkara agama yang rumit. Beliau mempunyai ilmu lain yang banyak, karena sering didoakan Nabu shallallahu alaihi wassalam.
Beliau adalah contoh orang alim yang mempunyai banyak harta. Beliau sering dimintai nasehat sehingga sering menerima tamu dari pagi hingga malam hari. Di depan rumahnya ada orang yang berjaga yang memberitahu, sekarang waktu untuk orang yang bertanya ilmu fikih. Maka tetamu yang ingin bertanya fikih masuk ke rumah. Kemudian setelah tetapu ini keluar, dikatakan sekarang adalah waktu untu belajar tafsir, para tetamu yang ingin bertanya tafsir pun masuk. Setelah keluar, dikatakan sekarang ini waktu untuk ilmu bahasa Arab, terus tentang ilmu Nasab dan sebagainya. Jadi ilmu beliau itu dari berbagai bidang.
Kemudian ada pula waktu untuk yang meminta nasehat, termasuk juga dari kalangan pemerintahan. Kemudian ada waktu untuk urusan keluarga. Bahkan beliau juga memberikan waktu yang memerlukan makan atau harta. Beliau pun membagi makanan dan harta kepada yang memerlukan.

Ayah Sayidina Abdullah adalah Sayidina Abbas bin Abdul Muthalib. Beliau adalah Sahabat dan paman Nabi yang tidak ikut berhijrah. Ada yang mengatakan beliau masuk Islam ketika Futuh Mekkah tahun 8 H, ada yang mengatakan sebelumnya, namun beliau tetapi di Mekkah untuk menjadi mata-mata Rasululllah shallallahu alaih wassalam. Beliau orangnya tinggi besar, sehingga jika beliau berdiri dan istrinya naik unta, beliau akan sama tinggi dengan istrinya. Namun jika berjalan dengan Nabi, kelihatan Rasulullah lebih tinggi dari Sayidina Abbas.


Sayidina Abdullah bin Abbas berkata siapa yang menuntut ilmu siang atau malam atau kapanpun, itu lebih baik baginya dari Jihad fi sabilillah.
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, siapa yang menuntut ilmu agama, Allah yang menjamin rezekinya, dan memberi rezeki dari sumber yang tidak terduga. Maka hendaknya tidak ada keresaauan bagi penuntut ilmu.

Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad berkata yang dimaksud jaminan rezeki ini adalah rezeki khusus setelah adanya jaminan rezeki secara umum.

Habib Ahmad bin Zain Al Habsyi murid kesayangan Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad berkata: jika Allah akan memberikannya kemudahan menuntut ilm, maka diberi semangat kemauan dalam menuntut ilmu sehingga rajin dan mudah faham. Maka inilah rezeki yang besar dari sisi Allah. Setelah itu diberi kemudahan rezeki yang lahiriah.

Beliau memang seorang yang sangat semangat dan rajin menuntut ilmu, sehingga setia beliau hendak belajar, beliau membaca 25x halaman daru Kitab yang akan dipelajari, dan setelah belajar dari guru, beliau membaca lagi 25x. Begitu alimnya Habib Ahmad bin Zein ini sehingga gurunya Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad berkata, bahwa muridnya itu adalah dikira Imam Syafei.

Pada waktu itu jika murid ingin belajar, guru kadang menguji murid dengan ujian yang berat, seperti diusir dan disuruh datang lagi. Sampai murid itu terasa teruji dan seperti dihinakan. Setelah itu baru gurunya memberikan ilmunya. Ketika belajar seperti dihinakan, agar ketika sudah selesai belajar menjadi kuat dan layak ketika dimuliakan. Begitulah semestinya seorang murid, agar menyerahlan diri secara total kepada guru, sehingga ilmunya berkat. Bahkan murid berdoa kepada Allah agar minta ditutup aib gurunya darinya.
Jika murid tidak hormat kepada guru dan sering mengatur guru atau bahkan murid mencari-cari kesalahan guru. Maka ilmunya tidak akan berkat.

Nasihat Habib Zein bin Ibrahim Sumaith

Habib Zein bin Ibrahim bin Sumaith berkata, siapa yang ingin mendapat rezeki. maka hendaknya perbaiki sholatnya dengan pengagungan kepada Allah dan kekhusyuan.

Banyak membaca Al Quran, seperti surat Al Waqiah setelah Ashar, juga waktu malam. Kemudian membaca Surat Yasin dan Surat Mulk. Atau juga di waktu Shubuh.

Amalan lain untuk memudahkan datangnya rezeki:
  • Datang ke Mesjid sebelum Adzan (untuk selain Sholat Shubuh)
  • Menjaga Wudhu (agar selalu dalam keadaan wudhu).
  • Sholat Witir dan Sunnat sebelum Shubuh di rumah.
  • Sholat Shubuh berjamaah, dan membaca dzikir sampai matahari terbit.
    • Di antaranya membaca : Ya Kaafi, Ya Mughni, Ya Fatah, Ya Razak diulang-ulang.

Imam Syafei berkata 4 perkara yang memudahan datangnya rezeki.

  • Qiyamul Lail
  • Banyak istighfar ketika waktu sahur
  • Memperbanyak sedekah
  • Berdoa dan berdzikir di waktu Dhuha dan petang
Kata sebagaian Ulama tentang perbuatan yang mencegah datangnya rezeki
  • Tidur waktu gelap setelah Shubuh, sebaiknya setelah matahari terbit
  • Sedikit sholatnya (Hanya sholat yang wajib.)
  • Malas
  • Biasa mengkhianati orang
  • Banyak tidur
  • Makan dan minum dalam keadaan junub.
  • Menyapu rumah di malam hari.
  • Meninggalkan sampah di rumah (tidak dibuang-buang)
  • Berjalan di depan prang yang lebih tua atau para guru
  • Selalu memasukan tusuk gigi ke gigi
  • Cuci tangan dengan pasir
  • Duduk-duduk di depan pintu
  • Wudhu di dalam toilet
  • Menjahit baju sambil dipakai.
  • Malas mengambil handuk, dan mengeringkan dengan pakaiannya yang dipakai.
  • Membiarkan rumah laba-laba di rumah.
  • Melalaikan sholat.
  • Mematikan lampu api dengan tiupan
  • Tidak mendoakan orang tuanya.

Semua ini ditulis dalam Kitab Adab Muta’alim

(Wallahu a’lam)


0 Kommentare

Schreibe einen Kommentar

Deine E-Mail-Adresse wird nicht veröffentlicht. Erforderliche Felder sind mit * markiert.

de_DEGerman