Agar ilmu yang dipelajari lebih bermanfaat
Agama itu asasnya adalah hujjah dan dalil. Untuk mengetahui hujjah dan dalil, diperlukan ilmu. Oleh sebab itu penting bagi orang yang beragama untuk mempelajari ilmu. Setelah kita belajar suatu ilmu, maka kita mesti mengambil manfaat dari ilmu itu yaitu dengan mengamalkan terhadap diri kita sendiri dan menyampaikannya kepada orang lain agar ilmu itu menjadi lebih bermanfaat.
Siapakah orang yang diutamakan untuk diajarkan ilmu?
Orang yang paling utama untuk diajarkan ilmu adalah keluarga, yaitu istri dan anak. Sayidina Ali bin Abi Thalib menjelaskan firman Allah di awal QS At-Tahrim ayat ke 6:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang orang yang beriman jagalah diri dan keluarga kalian dari siksa api neraka“
Mengajarkan ilmu kepada keluarga dan orang yang menjadi tanggungan kita
Orang yang diutamakan untuk diajarkan tentang ilmu agar kita dapat menyelamatkan diri dan keluarga yaitu istri dan anak dari api neraka. Untuk dapat menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka adalah dengan mengajarkan ilmu agama.
Ibnu Abbas mengatakan, berilah pemahaman, ajarkanlah dan didiklah mereka (istri dan anak). Imam Muqatil berkata: Hak seorang muslim adalah mengajarkan diri, keluarga dan hamba sahaya, agar berbuat kebaikan dan mencegah mereka dari keburukan.
Habib Zein bin Ibrahim bin Sumaith berkata bahwa ayat ini menjelaskan kewajiban kita untuk mengajar istri, anak dan yang seperti mereka, yakni yang menjadi tanggungan kita. Merekalah yang diutamakan untuk diajarkan ilmu agar kita selamat dari adzab neraka. Karena setiap pemimpin akan ditanya tentang orang-orang yang dipimpinnya.
Terkadang manusia lebih mengutamakan kawan ata orang lain, padahal semestinya kita memperhatikan keluarga dan menyelamatkan mereka dari neraka dengan mengajarkan ilmu.
Dorongan orang tua mencintai anak lebih kuat dari dorongan anak menghormati orang tua
Habib Ahmad bin Umar bin Sumaith berkata: kewajiban orang tua terhadap anak adalah mengajarkan dan mendidik anak tentang ilmu agama yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Kebaikan orang tua kepada anak pada umumnya sudah ada pada fitrahnya. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam tidak banyak mendorong orang tua untuk berbakti kepada anak, karena ini adalah tabiat manusia pada umumnya. Bahkan dorongan tabiat manusia mengajarkan anaknya lebih kuat dari pada dorongan syariat. (Pada umumnya orang yang tidak mengenal syariat sudah punya keinginan untuk mengajarkan anaknya). Berbeda dengan suruhan kepada anak untuk berbuat baik kepada orang tua, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam lebih banyak memberi dorongan tentang hal ini. Namun keduanya yaitu berbakti kepada anak dan berbakti kepada orang tua adalah wajib menurut syariat.
Berbakti kepada anak yang utama adalah mengajarkan dan mendidiknya dengan ilmu agama agar kita sekeluarga selamat dari siksa neraka.
Hak dan kewajiban ayah terhadap anak mengajarkan ilmu agama
Imam Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah, berkata: sesungguhkan seorang ayah mempunyai hak atas anaknya, dan seorang anak mempunyai hak atas ayahnya. Hak ayah atas anak adalah ditaati dan dihormati. Sedangkan hak anak terhadap ayah adalah, diberi nama yang baik, diajarkan adab/akhlak yang baik dan diajarkan Al Qur’an.
Orang tua mengajarkan anaknya tentang hal yang disuruh dan yang dilarang oleh Allah
Imam Habib Abdullah bin Husain bin Thahir mengatakan dalam riwayatnya “Shilah al Hal wa al-Aqrabin bi Ta’lim ad-Din.”: Wajib atas ayah, ibu dan wali untuk mengajar anak-anak, keluarga, hamba sahaya dan setiap orang yang ada dalam tanggunganya tentang kewajiban dalam agama seperti Iman, Shalat, Zakat, Haji dan lain-lain. Juga mengajarkan apa yang diharamkan seperti zina, membuka aurat, mencuri, khianat, berbohong, ghibah, namimah (adu domba), sombong, iri dengki, riya dan sebagainya. Jika kita tidak mengajarkannya, maka kita telah menipu, mengkhianati dan menzalimi mereka yang ada dalam tanggungan kita.
Laki-laki yang tidak melaksanakan kewajiban terhadap anak dan istri akan bertanggung jawab di Akhirat
Imam Ghazali berkata dalam Ihya Ulumuddin: Dikatakan bahwa diantara perkara yang pertama ditanyakan kepada seseorang di hari Akhirat adalah tentang istri dan anaknya. Jika orang itu tidak melaksanakan kewajibannya terhadap mereka, maka mereka akan berdiri di hadapan Allah dan berkata: Wahai Tuhan kami, ambillah hak kami darinya. Sesungguhnya ia tidak mengajari kami apa yang tidak kami ketahui dan dia memberi kami makanan yang haram, yang kami tidak ketahui. Maka Allah mengambil balasan mereka darinya. (Allah akan menghukumnya karena tidak melaksanakan kewajiban terhadap anak dan istrinya, yang menjadi hak anak dan istrinya dari sang ayah/suami).
Maka orang tua wajib mendidik dan mengajarkan anaknya dari kecil, ketika anak itu masih mudah untuk dibentuk. Orang tua wajib memberikan lingkungan yang baik kepada anaknya. Untuk zaman sekarang termasuk memberikan lingkungan bagaimana memakai teknologi (seperti smartphone), agar alat itu dapat dipakai hal yang bermanfaat dan bukan hal yang merusak.
Suruhan untuk mengajar dan belajar di antara tetangga
Yang lebih faham hendaknya memberikan ilmu kepada tetangga
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam berkata. mengapa kaum yang faham tidak memberi pemahaman kepada tetangganya, tidak mengajarkan, tidak mengingatkan, tidak menganjurkan kepada kebaikan, dan tidak pula mencegah mereka dari kemungkaran.
Yang tidak faham hendaknya belajar kepada tetangga yang lebih faham
Mengapa pula orang yang tidak faham, tidak belajar dari tetangga mereka (yang lebih faham), tidak mencari pemahaman, tidak mengambil peringatan?
Demi Allah, hendaklah suatu kaum (yang faham dalam agama) mengajarkan tetangga-tetangga mereka, memberi pemahaman, mengingatkan, menganjurkan kepada kebaikan, dan mencegah dari kejahatan. Dan hendaklah suatu kaum (yang tidak faham dalam agama) belajar dari tetangganya (yang lebih memahami agama), mencari pemahaman, mengambil peringatan, Atau akan aku segerakan hukuman untuk mereka di dunia?
Jika terhadap tetangga saja Rasulullah shallallahu alaihi wassalam menyuruh untuk saling belajar dan mengajarkan, apalagi antara anggota keluarga yang istri dan anak termasuk didalamnya.
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam berkata dalam hadits yang lain: Hak anak dari ayahnya adalah membaguskan namanya, membaguskan penyusuannya dan membaguskan adabnya.
Orang tua yang melaksanakan kewajiban terhadap anak dengan semestinya tidak akan disia-siakan
Imam Habib Abdullah bin Alawi al Haddad berkata dalam Risalah Al-Mudzakarah, ” Sesungguhnya ketaatan yang dilakukan oleh anak yang belum baligh akan tercatat dalam lembaran amal orang tuanya yang muslim. Jika orang tua telah mendidik dengan baik dan melaksanakan kewajiban terhadap anaknya sebagaimana mestinya. maka Allah tidak akan menyia-nyiakan amal kedua orang tuanya itu. Bahkan mereka akan terus mendapat pahala, setelah anak itu menjadi dewasa, tanpa mengurangi pahala dari anaknya.
Wallahu a’lam
0 Kommentare