Keutamaan ilmu (lanjutan)
Menuntut Ilmu lebih baik dari Ibadah sunnah
Dalam kajian yang lalu kita telah membahas bahwa belajar dan mengajar ilmu adalah lebih baik dari ibadah sunnah. Karena belajar dan mengajar ilmu bermanfaat untuk diri dan orang lain, sedang ibadah sunnat adalah bermanfaat hanya untuk diri sendiri.
Orang awam wajib taat kepada orang berilmu
Keutamaan ilmu juga dapat dilihat bahwa Allah, para Nabi dan para ulama menyuruh agar orang yang tidak berilmu (awam) wajib taat kepada orang berilmu. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu tentang hukum syariat Islam. Karena orang berilmu memang lebih mengetahui dan dalam menimbang sesuatu adalah berdasarkan ilmu.
Walaupun orang yang berilmu dan orang awam adalah sama-sama manusia. Namun Allah memberikan sebuah kelebihan kepada orang yang berilmu dari orang awam.
Tinta pena Ulama lebih utama dari darah para syuhada
Ilmu itu akan kekal bekasnya pada orang yang berilmu, walaupun orang yang berilmu itu sudah meninggal.
Ada pepatah mengatakan satu peluru hanya dapat mengenai satu kepala, namun goresan pena dari ilmu para ulama dapat mengena ribuan bahkan jutaan kepala. Artinya manfaat ilmu itu lebih banyak dinikmati oleh lebih banyak orang secara berterusan, walaupun ulama itu sudah meninggal dunia.
Kata syair Arab, orang berilmu itu bekas-bekasnya yaitu ilmu dan amal solehnya akan tetap ada di hati orang-orang yang mencintainya. Ini termasuk shodaqoh jariah yang disebutkan dalam hadits Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Sebagai contoh, Imam Nawawi dan Imam Ghozali. Walaupun mereka sudah lama wafat. Namun ilmunya masih dapat kita pelajari melalui Kitab-Kitabnya )dengan bimbingan guru), seolah-olah kita belajar langsung dari mereka.
Berbeda dengan ibadah sunnah yang dilakukan oleh ahli ibadah. Pahala ibadah sunnah itu hanya untuk diri ahli ibadah itu sendiri. Dan pahala itu berhenti, ketika ahli ibadah itu berhenti beribadah atau telah meninggal.
Orang yang suka sholat sunnat, puasa sunnat dan ibadah sunat lainnya. Pahalanya hanya kembali kepada orang yang mengamalkan dan berhenti pahalanya setelah mereka berhenti beribadah atau meninggal dunia.
Tetesan darah para syuhada (yang mati dalam jihad fi sabilillah) sangat mulia. Tapi ada yang lebih mulia dari itu, yaitu tetesan tinta para ulama yang menulis ilmunya. Setetes tinta ulama untuk menjelaskan tentang hukum syariat, mana yang halal dan haram jika ditimbang berat amalnya lebih berat dari darah para syuhada.
Ilmu menghidupkan agama dan syiarnya.
Ilmu itu lebih utama karena ilmu terus menjaga pengamalan syariat Islam yang benar. Maka agama akan terus hidup dan berjalan.
Begitu juga kekalnya ilmu (ulama) akan terus menjaga syiar agama. Karena terus mewarisi ilmu para Nabi dan Ulama salafusoleh.
Ibadah yang terbaik setelah melaksanakan Ibadah Fardhu adalah menuntut ilmu
Ibnul Hajj Al-Maliki, Ulama dari kota Fez Maroko berkata dalam Kitabnya Al Madkhol (Kitab Mazhab Maliki) tentang perkataan Imam Sufyan Ats-Tsauri dan Imam Syafei. Dikatakan bahwa Imam Sufyan Ats-Tsauri adalah salah satu tanda kekuasaan Allah, yang karena ketaqwaanya, beliau mempunyai hafalan dan pemahaman syariat yang mengungguli ulama-ulama sezamannya. Imam Sufyan Ats-Tsauri dan Imam Syafei berkata : Tidak ada yang lebih utama setelah melakukan ibadah yang Fardhu, selain menuntut Ilmu. Yang dimaksud Ibadah Fardhu adalah Ibadah Fardhu ‘ain seperti Sholat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan dan lain-lain.
Orang yang berilmu lebih baik dari 1000 orang ahli ibadah
Berkata Imam Muhammad Al Baqir ayah dari Imam Ja’far Ash-Shadiq: Orang yang berilmu, yang ilmunya diambil manfaat oleh orang lain, lebih baik dari 1000 orang ahli ibadah. Karena manfaat ilmu yang disampaikan seorang yang berilmu dapat dirasakan oleh banyak orang bahkan oleh orang yang tidak sezaman dengannya. Sedang orang yang beribadah, ibadahnya hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri, dan berhenti setelah ahli ibadah itu meninggal dunia.
Bertanya tentang ilmu lebih baik dari ibadah sunnat 100 tahun
Habib Ahmad bin Zein Al Habsyi adalah salah satu murid dari 2 orang di Tarim dari Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad. Walaupun muridnya hanya 2 orang, tetapi manfaat ilmunya dapat dirasakan oleh banyak orang bahkan sampai sekarang. Habib Ahmad adalah murid kesayangan Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad. Kawan Habib Ahmad berkata, tidak banyak orang Tarim yang orang berguru kepada guru kita yang alim ini. Habib Ahmad berkata, bagus begitu, karena kalau banyak muridnya, kita akan hilang kesempatan mendapat berkah dari guru kita.
Habib Ahmad bin Zein Al Habsyi berkata, “bertanya sesuatu tentang ilmu lebih baik dari ibadah selama 100 tahun”. Begitu luar biasanya manfaat ilmu. Karena dari pertanyaan tentang ilmu, menambahkan penjelasan tentang ilmu dan manfaatnya.
Habib Ahmad berkata lagi, orang menuntut ilmu lebih baik dari orang yang bersusah payah ibadah sunnat siang dan malam.
Befikir sejam berfikir tentang ilmu lebih baik dari ibadah sunnat 1 tahun. Karena dengan berfikir kita mempelajari dan memahami ilmu. Ini lebih baik dari pada ibadah sunnah.
Bahkan sebagian ulama melarang muridnya puasa sunnat untuk sementara waktu, selama mereka belajar, supaya tidak mengurangi tenaga dan kemampuan belajar ilmu.
Imam Nawawi mengatakan, menuntut ilmu itu adalah ibadah yang paling besar setelah sholat fardhu.
Imam Hasan Al Bashri pemimpin para Tabi’in telah berkata: “Gesekan pena ulama yang menulis lebih baik daripada bertasbih.”
Menulis dan menghafal ilmu adalah ibadah yang sangat besar pahalnya. Bahkan meneliti ilmu lebih baik dari jihad fi Sabilillah Tinta yang dipakai menulis lebih baik dari darah syuhada. Ulama yang menyampaikan ilmu untuk umat akan dibangkitkan bersama para Nabi dan Syuhada. Karena mereka membawa ilmu warisan Nabi yang mereka sampaikan kepada umat.
Ilmu adalah sangat dihormati. Jika seseorang berilmu maka dia akan dihargai.
sebagaimana kertas yang kosong tidak ada harganya. Sedang kertas atau buku yang berisi ilmu, menjadi sangat tinggi nilainya.
Ilmu juga membuat orang menjadi takut kepada Allah, karena hanya orang yang berilmu yang dapat mengenal Allah dan mempunyai rasa khusyu’ kepada Allah.
Ketika Imam Malik mengajar, murid-muridnya menyediakan tempat yang mulia. Imam Malik pun berpakaian yang terbaik untuk memuliakan ilmu.
Jika kita ingin mendapatkan kemuliaan, maka kita mesti menuntut ilmu.
Siapa yang mengamalkan ilmu yang diketahui, akan diberi ilmu yang dia tidak ketahui.
Ada Ulama mengatakan, siapa yang belajar ilmu 1 jam, seperti ibadah seumur hidup.
Sebaik-baik amal adalah yang belajar dan yang mengajarkan Al Qur’an
Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, aku menjelaskan satu bab ilmu tentang apa yang diperintah dan apa yang dilarang oleh Allah (syariat) adalah lebih aku sukai dari pada 70 kali peperangan.
Jika seseorang mengajarkan ilmu, dan ilmu itu diamalkan oleh orang lain, maka pahalanya akan terus mengalir kepada orang yang mengajarkan, tanpa mengurangi orang yang beramal. Dan orang yang mengajarkan pun tidak terasa menerima pahala yang banyak dari amalan orang lain.
Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda, orang yang terbaik adalah orang mengajar dan belajar Al Quran.
Amal yang terbaik adalah yang dilakukan secara istiqomah walaupun amal itu kecil/sedikit
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda amal yang terbaik adalah amalan yang dilakukan secara istiqomah walaupun amal itu kecil atau sedikit.
Maksudnya adalah misalnya membaca Al Quran satu ayat setiap hari, adalah lebih baik dari pada membaca Al Quran 1 Juz sehari tapi kemudian tidak membaca selama sebulan.
Dari istiqomah membaca 1 ayat setiap hari dapat ditingkatkan menjadi 2 ayat dan seterusnya naik secara sedikit demi sedikit tapi berterusan atau istiqomah. Ini lebih baik dari baca sekaligus banyak tapi kemudian berhenti membaca.
Semoga kajian Kitab Al Manhajussawi bulanan ini dapat terus istiqamah sampai khatam, dan akan diusahakan mendapat ijazah dari penulisnya Habib Zein bin Ibrahim bin Sumaith.
Wallahu a’lam
0 Kommentare