Hadits keutamaan penuntut ilmu yang diriwayatkan oleh Abu Darda r.a.
Dua rumah Abu Darda radhiallahu anhu
Abu Darda adalah shahabat yang dekat dan selalu mengikuti perilaku Rasulullah shallallahu alaihi wassalam hingga akhir hayatnya. Rasulullah pernah bersabda: siapa yang beriman kepada Allah dan RasulNya hendaklah memuliakan tamunya. Tanda orang beriman adalah sangat memuliakan tamunya. Dalam Islam, tetamu dapat tinggal di rumah tuan rumah sampai 3 hari. Jadi jika ada tetamu yang tinggal sampai 3 bulan misalnya, maka bukan lagi disebut tamu. Orang beriman sangat menghormati tamu, karena itu salah satu kesempatan untuk mendapat kemuliaan di sisi Allah.
Suatu hari Abu Darda mendengar akan ada tamu yang datang ke rumahnya untuk menginap. Maka dia membuat persiapan dengan sungguh sungguh untuk memuliakan tamunya itu. Dia mengumpulkan rezeki untuk dapat membeli makanan dan segala sesuatunya untuk tamunya itu.
Ketika tamunya datang, Abu Darda menyediakan makanan untuk tamunya itu, sehingga tamunya dapat makan enak dan kenyang, sedang Abu Darda tidak ikut menikmati makanan, karena tidak cukup. Malamnya ketika waktu tidur, para tetamu tidak punya selimut, sedang di Madinah ketika itu sedang musim dingin. Tetamu itu bersangka baik, mungkin Abu Darda lupa memberikan selimut. Maka salah seorang dari mereka mencari Abu Darda. Setelah bertemu, ternyata Abu Darda dan istrinya sedang berada di pojok rumahnya juga tidur tanpa selimut karena tidak memiliki selimut. Bahkan dilihat oleh tamu, di rumahnya kosong tidak ada apa-apa. Tamu itu bertanya: “Wahai Abu Darda, apakah engkau punya selimut?”. Abu Darda menjawab: “Aku tidak punya selimut”. Tamu itupun berkata: “Aku tidak melihat apapun di rumah ini, hartamu ada di mana?”. Abu Darda pun menjawab. “Aku punya dua rumah. Satu di sini sedang yang satu ditemoat lain. Tidak ada harta di sini kecuali sudah aku simpan di rumah yang satu lagi. Tidak ada makanan di rumah ini kecuali aku simpan di rmah yang satu lagi, tidak ada perabot, selimut di rumah ini kecuali aku simpan di rumah yang lain. Karena rumah ini ada adalah sementara sedang rumahka yang satu lagi adalah kekal”. Artinya beliau tinggalkan harta di dunia ini untuk mendapat rumahnya di akhirat. Begitulah shahabat didikan Rasulullah yang sangat mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Karena beliau tahu rumah di dunia ini sementara, sedang rumah di akhirat adalah kekal. Rumah di dunia ini dapat menjadi sumber pertentangan, dengan rumah di akhirat adalah ketenangan yang abadi.
Siapa yang berjalan menuntut ilmu seperti berjalan menuju Syurga.
Hadits dari Abu Darda radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaih wassalam berkata: Siapa yang sedang berjalan, yang dalam perjalanannya itu diniatkan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah akan menyediakan untuknya jalan menuju Syurga. Maksud hadits ini adalah agar kita selalu bersemangat atau termotivasi untuk selalu datang ke tempat-tempat yang baik, dimana disitu dipelajari ilmu-ilmu yang bermanfaat.
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu hal yakni ilmu yang diperlukan karena mesti segera diamalkan (Ilmu Fardhu ‘Ain)
Yang dimaksud ilmu yang bermanfaat disini adalah ilmu hal, yaitu ilmu yang amat diperlukan dalam kedaaannya sedang dijalaninya saat ini. Semua ilmu mungkin kita perlukan, tetapi carilah ilmu yang kita perlukan saat ini yang mesti kita amalkan. Misalnya ilmu waris. Ilmu waris adalah ilmu yang penting dalam hal pembagian warisan. Namun kita belum punya ilmu tentang thaharah, wudhu dan sholat. Sedang perkara ini sudah pasti kita perlukan sekarang karena sholat adalah kewajiban setiap muslim. Maka ilmu yang mesti kita pelajari terlebih dahulu adalah ilmu tentang bagaimana agar kita dapat sholat dengan benar.
Misalnya lagi seseorang ingin menikah. Maka ilmu yang perlukan saat itu adalah ilmu tentang nikah, bagaimana syarat dan rukun nikah, serta persiapan menuju menjalani setelah pernikahan, tentang talaq dan sebagainya.
Atau ada orang ingin naik haji, maka dia sudah perlu mempelajari ilmu tentang naik haji, agar dia dapat melaksanakan haji dengan benar.
Namun jika seseorang sudah selesai seluruh ilmu fardhu ain dalam kehidupan sehai-hari (ilmu asas dalam Aqidah, Fikih dan Tasawuf). Maka justru baik jika dia terus mempelajari ilmu fardhu kifayah, seperti ilmu-ilmu alat dalam ilmu agama, seperti ilmu bahasa Arab, ilmu Nahu Sharaf, ilmu Balaghah, ilmu Bayan, Ilmu Ma’ani, Ilmu Badi’, Ilmu Faraid, atau bahkan ilmu Kedokteran dan lain-lain
Malaikat meletakkan sayapnya untuk penuntut ilmu
Dilanjutkan dalam hadits tadi Rasulullah bersabda, sesungguhnya para Malaikat meletakan sayap-sayapnya dan redho kepada orang yang menuntut ilmu. Para ulama berbeda pendapat dalam memaknai Malaikat meletakan sayapnya.
1. Malaikat tawadhuk atau merendah diri kepada para penuntut ilmu.
2. Malaikat yang tadinya terbang, ketika melihat orang menuntut ilmu, Malaikat turun dan ikut serta duduk bersama para penuntut ilmu.
3. Malaikat ta’zhim, sangat menghormati para penuntut ilmu.
4. Malaikat melindungi penuntut ilmu dengan sayapnya dari mala petaka yang akan menimpa.
5. Malaikat meringankan beban penuntut ilmu dengan sayapnya dan mendoakannya dengan segala kebaikan.
Diceritakan oleh Habib Zein bin Ibrahim bin Sumaith, bahwa seorang alim, Syeikh Ahmad bin Abi Ja’ad didatangi tetamu penuntut ilmu yang ingin mengambil barokah darinya yaitu Habib Abdullah Ba’abad dan saudaranya. Ketika tetamu itu sudah datang, Syeikh Ahmad memegang kaki kedua tamunya itu, kemudian mengusap tangan yang telah memegang kaki tadi ke dada beliau. Syeikh Ahmad memerintahkan kaki kedua tamunya itu untuk disentuhkan ke anggota badan beliau. Maka kedua tetamu itu kebingungan, mereka yang ingin mengambil barokah dari Syeikh Ahmad, tetapi mengapa Syeikh Ahmad memerintah seperti itu. “Ya Syeikh mengapa engkau memerintahkan kami berbuat ini? Kami datang ingin meminta barokah dan mengambil manfaat dari ilmu dan akhlakmu?”.
Dijawab oleh Syeikh Ahmad: “Saya melakukan itu, karena saya melihat kalian tadi telah berjalan di atas sayap Malaikat, maka saya ingin mengambil keberkatan dari kaki kalian yang telah menyentuh sayap Malaikat”.
Makhluk di langit dan di bumi mendoakan ampunan untuk penuntut ilmu
Selanjutnya Rasulullah bersabda, sesungguhnya semua makhluk di langit dan di bumi, bahkan ikan selalu mendoakan ampunan untuk penuntut ilmu. Makhluk yang di langit adalah para Malaikat. Ini adalah perkara yang besar. Mereka ini adalah makhluk yang tak berdosa dan bersih hatinya, tentu doa minta ampun darai mereka akan dikabulkan oleh Allah. Berbeda dengan doa orang yang berdosa dan hatinya kotor.
Selanjutnya Rasulullah bersabda, keutamaan orang yang berilmu dibanding orang yang rajin beribadah adalah seperti bulan yang dikelililngi bintang bintang. Ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnnya para Nabi tidak mewariskan Dirham dan Dinar, melainkan mewariskan ilmu. Siapa yang mengambil warisan ini adalah telah mengambil bagian yang agung (lihat bagian 4).
Mengapa hewan memintakan ampun untuk Ulama? Karena berkat Ulama yang mengamalkan ilmunya, masyarakat menjadi tahu untuk berlaku adil juga kepada hewan, tidak berlaku zalim atau semaunya kepada hewan hewan itu. Ulama yang memberitahu kepada masyarakat, apa yang harus, apa yang dianjurkam yang boleh dan apa yang dilarang. Misalnya ketika menyembelih hendaknya digunakan pisau yang tajam, sehingga hewan itu tidak lama menderita sakit ketika disembelih.
Kata Habib Idrus Al Habsyi, dengan berkat ulama yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya, masyarakat menjadi hidup tenang karena menjaga diri dari perbuatan mungkar dan melaksanakan perintah Allah. Allah redho kepada masyarakat tersebut, yang karena itu keberkahan dari Allah datang kepada bumi tempat masyarakat tinggal, sehingga bumi itu menjadi subur dan cukup hujan, Allah hindarkan daerah itu dari bala dan musibah, yang membuat hewan dan tumbuhan pun bahagia dan gembira dengan keadaan itu. Maka seluruh makhluk merasakan manfaat dari keberadaan Ulama di daerah tersebut.
Habib Zein bin Ibrahim bin Sumaith berkata, hewan dan ikan-ikan itu selalu mendoakan para Ulama, walaupun Ulama itu sudah wafat. Demikianlah diceritakan begitu besar kemuliaan dan keutamaan orang-orang yang menuntut ilmu.
Wallahu a’lam
0 Kommentare