In kajian sebelumnya kita telah membahas 4 jenis syirik. Setelah itu masih ada dua jenis syirik yang agak berbeda dari 4 syirik sebelumnya, Syirik ini terjadi bukan karena seseorang menyembah tuhan selain Allah secara langsung. Dua jenis Syirik itu adalah.

5. Syirik Asbab

Syirik ini adalah syirik yang terjadi jika seseorang sangat mengagungkan akal, yang menyebabkan kesalahan dalam berfikir dan keliru dalam menggunakan akalnya.

Kekeliruan ahli filsafat barat adalah mengira hukum adat dipandang seperti hukum akal

Kekeliruan keyakinan ini ada pada ahli filsafat barat (Aristoteles) dan golongan Naturalism yang terlalu memuja akal dan hukum adat (hukum alam) yang mereka lihat. Karena pengalaman melihat kejadian sebab-akibat yang selalu terjadi berulang-ulang, mereka menganggap hubungan sebab-akibat adalah sesuatu yang mutlak dan tidak dapat diputus. Misalnya perut kenyang adalah disebabkan oleh makan atau sebaliknya, jika ingin kenyang mesti makan. Api jika didekatkan kepada benda yang mudah terbakar pasti akan terbakar atau sebaliknya.
Hubungan sebab-akibat ini bagi ahli filsafat barat adalah wajib sebagaimana wajibnya dalam hukum akal. Mereka percaya Tuhan menciptakan suatu perantara (Mediator) yang menjadi sebab dari akibat, tanpa pengaruh dari Tuhan yang menciptakan Mediator. Sehingga mereka berkeyakinan bahwa sebab inilah yang menciptakan atau menjadikan akibat secara mutlak tanpa intervensi Allah.

Menurut hukum akal hubungan sebab-akibat ini hanya bersifat Jaiz bukan wajib akal. Sebenarnya Allah yang menciptakan hubungan sebab-akibat itu dengan Kuasa dan KehendakNya, sehingga Allah dapat mengubah hubungan sebab-akibat itu jika Allah Menghendaki. Inilah yang terjadi pada Mu’jizat para Nabi, seperti Nabi Ibrahim alaihi salam yang tidak terbakar dalam api yang berkobar, Nabi Isa alaihi salam dilahirkan tanpa ayah dan lain-lain.
Oleh sebab itu, ahli filsafat barat dan kaum Naturalism tidak percaya adanya Mu’jizat dan Nabi/Rasul. Bahkan golongan Naturalism tidak percaya adanya Tuhan yang mencipta alam ini. Mereka berkeyakinan bahwa kejadian sebab-akibat ini sudah terjadi dari dahulu tanpa permulaan. Tokoh golongan Naturalism yang terkenal adalah Charles Darwin dengan teori evolusinya.

Kekeliruan Mu’tazilah meyakini makhluk memiliki kekuatan mutlak yang diberi dari Alllah

Ada juga golongan orang Islam yang keliru dalam memahami hukum sebab-akibat dalam hukum adat ini yaitu golongan Mu’tazilah. Mereka meyakini bahwa Allah adalah Pencipta seluruh makhluk, dan memberikan kekuatan pada makhluk untuk menggunakan kekuatan itu. Kemudian Allah melepas makhluk-makhluk itu berbuat sesuai kehendak makhlukNya dengan kekuatan dan kuasa yang telah diciptakan Allah pada makhlukNya itu. Sehingga mereka berkeyakinan seseorang itu menjadi kenyang karena kekuatan makanan yang mengenyangkan mereka. Kayu terbakar adalah karena kekuatan membakar yang ada pada api secara mutlak tanpa Kehendak dan Kuasa Allah. Mereka meyakini adanya Mu’jizat dan Nabi/Rasul. Misalnya ketika Nabi Ibrahim dibakar dengan api, tetapi tidak terbakar, adalah karena Allah telah menarik kembali kuasa membakar pada api.
Ulama Ahlussunnah wal Jama’ah masih menganggap mereka orang Islam dan tidak mengkafirkan atau mensyirikkan mereka, melainkan mengatakan bahwa itu termasuk keyakinan bid’ah, dan dianggap berdosa. Ahlussunnah wal Jamaah berkeyakinan Allah menciptakan makhluk dan juga perbuatannya, sebagaimana dijelaskan dalam Bab II Kitab Al Muqaddimah sebelum ini.

6. Syirik Aghrad

Yaitu perbuatan syirik yang disebabkan karena seseorang berbuat atau beramal dengan mengharap selain Allah. Mereka adalah orang yang Islam yang menyembah Allah, tetapi dalam beramal mereka berharap kepada selain Allah bukan karena redho Allah semata. Yang dimaksud dengan “selain Allah” adalah:

  1. Pujian dari selain Allah (ria’, ingin dilihat oleh selain Allah)
  2. Kedudukan dan kuasa
  3. Harta, agar mudah mendapat rezeki
  4. dan lain lain selain Allah
Amal golongan Al Muqorobin (orang yang dekat dengan Allah)

Beramal karena takut masuk neraka adalah seperti hamba sahaya/budak yang takut dhukum. Beramal karena menginginkan syurga, adalah amalnya pedagang yang mencari untung.
Beramal yang Ikhlas yaitu taat kepada Allah semata karena melaksanakan perintah Allah tanpa mengharap selainNya. Oleh sebab itu ada ungkapan “Kebaikan orang Abror (yang soleh biasa) adalah maksiat bagi Muqorobin”. Amalan yang dibuat karena untuk selain Allah termasuk syirik yang tersembunyi.

Status 6 jenis syirik menurut Ulama Ahlussunnah wal Jamaah

1. Syirik Istiqlal, Tab’id, Taqrib dan Taqlid termasuk musyrik kafir yang keluar dari Islam menurut Ijma’ Ulama. Karena mereka telah ingkar kepada Al ma’lum minaddini bidhorurah (hukum yang diketahui oleh muslim secara umum), yaitu mereka telah dengan jelas terlihat menyembah tuhan selain Allah.

Al ma’lum minaddini bidhorurah (hukum yang diketahui oleh muslim secara umum)

Adalah perkara Islam yang jelas dan diketahui oleh orang awam, seperti
– haram menyembah selain Allah,
– perkara yang jelas haram, seperti makan babi
– perkara yang jelas wajib, seperti sholat 5 waktu
– Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam adalah Nabi yang terakhir.
Mereka yang jelas ingkar terhadap ini semua, dikatakan telah keluar dari Islam.
Perkara al ma’lum minaddini bidhorurah (hukum yang diketahui oleh muslim secara umum), ditetapkan oleh Ulama.

2. Syirik Aghrad tidak termasuk musyrik. Golongan ini masih termasuk muslim menurut Ijma’ Ulama. Karena mereka tidak ingkar kepada Al ma’lum minaddini bidhorurah (hukum yang diketahui oleh muslim secara umum). Tetapi mereka dianggap berbuat dosa, karena telah beramal dengan niat untuk selain Allah.

3. Syirik Asbab ada yang termasuk musyrik kafir dan ada juga yang masih muslim, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Ulama perlu melihat detail bagaimana seseorang itu telah syirik dalam melihat hukum sebab-akibat.

  • Golongan filsafat barat dan golongan natularism jelas termasuk musyrik kafir, karena ingkar pada Al ma’lum minaddini bidhorurah (hukum yang diketahui oleh muslim secara umum). Mereka tidak mengakui bahwa Allah yang menciptakan makhluk. Mereka tidak percaya kepada Mu’jizat, artinya tidak percaya kepada Rasul dan Nabi sebagai Utusan Allah. Mereka juga tidak percaya hari akhir, tidak percaya akan adanya syurga dan neraka. Ini semua disebabkan karena mereka merasa cukup dapat menemukan kebenaran melalui akalnya.
  • Kaum Mu’tazilah masih termasuk muslim yang telah melakukan bid’ah dalam Aqidah. Mereka tidak ingkar terhadap Al ma’lum minaddini bidhorurah (hukum yang diketahui oleh muslim secara umum). Mereka mempercayai bahwa kekuatan yang ada pada sebab masih dapat diubah oleh Allah, sehingga tidak mempunyai akibat seperti kebiasaannya. Mereka percaya bahwa kekuatan membakar pada api adalah diciptakan oleh Allah. Oleh sebab itu mereka percaya adanya Mu’jizat, kepada Rasul dan Nabi serta hari akhir.
  • Ada juga sebagian golongan Islam yang meyakini bahwa hubungan sebab-akibat adalah mutlak yang tidak dapat diubah. Sehingga mereka memahami Mu’jizat Nabi dan Rasul dengan penafsiran dengan keyakinan keliru mereka itu. Misal:
    – Isra’ Mi’raj adalah dengan ruh Nabi saja dan bukan dengan fisik Nabi, atau hanya dalam mimpi saja.
    – Mu’jizat Nabi Ibrahim terjadi karena adanya phenomena alam khusus yang menyebabkan panas api tidak dapat membakar Nabi Ibrahim.
    Golongan yang seperti ini, Ulama menfatwakan mereka muslim yang melakukan bid’ah dalam Aqidah.

Islam Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini bahwa hubungan sebab-akibat adalah termasuk hukum adat yang terjadi karena pengamatan dan pengalaman yang berulang-ulang. Sebab dan akibat adalah ciptaan Allah, yang dapat dipatahkan atau diubah jika Allah menghendaki. Sebab dan akibat tidak mempunyai kekuatan apa-apa kecuali semua itu adalah dari Allah, sebagaimana ucapa dzikir

  لا حول ولا قوة إلا بالله

Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah

Oleh sebab itu peristiwa Mu’jizat yang khawariqul ‘adah – kejadian yang di luar kebiasaan – sangat diyakini karena diceritakan di dalam Kalam Allah (Al Qur’an) atau diberitakan dalam hadits Nabi shallallahu alaihi wassalam secara mutawatir.

Wallahu a’lam

Terjemah Kitab Al Muqaddimah


0 Kommentare

Schreibe einen Kommentar

Deine E-Mail-Adresse wird nicht veröffentlicht. Erforderliche Felder sind mit * markiert.

de_DEGerman