Pengantar Ilmu Aqidah
Apa itu Aqidah dan pentingnya Ilmu Aqidah
Aqidah adalah ikatan atau simpul yang kuat yang sangat susah untuk diurai yang ada dalam hati yang menjadi pijakan seseorang berfikir dan bertindak. Oleh sebab itu, Ilmu Aqidah adalah sangat penting bagi kita, karena ia menentukan cara pandang, berfikir dan cara bertindak. Di antara manfaat ilmu Aqidah bagi kita adalah :
1. Untuk mengenal Allah, bukan hakikat Dzat Allah, tetapi mengenal Sifat-Sifat Allah, agar kita mencintai Allah, Tuhan yang kita sembah. Dengan mencintai Allah kita dapat merasakan nikmat dan indahnya beribadah kepada Allah.
2. Agar menjadikan kita kuat menghadapi berbagai ujian hidup di akhir zaman yang penuh cobaan dan tantangan.
3. Untuk menghadapi ajaran atau faham dari golongan yang menyimpang dari ajaran Islam Ahlussunnah wal jamaah.
Sebagaimana yang kita ketahui Islam Ahlussunnah wal jamaah adalah golongan Islam yang dianut mayoritas Umat Islam di seluruh dunia.
Contoh diantara golongan yang menyimpang dari ajaran Islam Ahlussunnah wal jamaah adalah golongan ekstrimis yang sering mempertentangkan antara negara dan agama. Hal ini adalah disebabkan karena kekeliruan mereka dalam memahami Aqidah, yang menyebabkan mereka menjadi bersikap radikal yang banyak melahirkan kekerasan dan terorism.
50 Perkara dalam Aqidah
Dalam ilmu Aqidah kita akan mempelajari perkara apa saja yang termasuk dalam Aqidah Islam agar kita benar-benar diakui oleh Allah sebagai hambaNya, yaitu muslim yang menyembahNya.
Perkara yang termasuk dalam Aqidah sebenarnya tidak banyak dan tidak susah, sehingga kita dapat mempelajarinya secara intensif selama 4 atau 5 jam saja. Asalkan kita bersungguh-sungguh dan fokus dalam mempelajarinya. Perkara itu adalah 20 Sifat Wajib, 20 Sifat Mustahil, 1 Sifat Jaiz bagi Allah, 4 Sifat Wajib, 4 Sifat Mustahil dan 1 Sifat Jaiz bagi Rasul. Jika dijumlahkan, semua ada 50 perkara.
Bangunan Ilmu Agama seperti Piramida
Aqidah adalah asas dari agama. Jika bangunan ilmu agama diumpamakan seperti piramida, maka yang paling bawah sebagai asasnya adalah Aqidah. Diatasnya adalah fikih, dan yang paling atas adalah Tasawuf (lihat tulisan-tulisan disini). Jika Aqidah rapuh maka bangunan apapun yang dibangun diatasnya akan mudah roboh dan hancur.
Jika kita ingin sholat, ingin zakat dan ibadah lain (setelah kita mengetahui ilmu fikihnya) Aqidah kita juga mesti benar, agar ibadah kita diterima oleh Allah. Akhlak juga mesti terbangun di atas Aqidah yang kokoh dan fikih yang kemas agar diterima sebagai ibadah kepada Allah.
Dengan mengenal Aqidah, kita akan sadar bahwa diri kita adalah hamba Allah, dan Allah adalah Tuhan yang kita sembah.
Sebagai hamba kita mesti taat kepada Allah dalam melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Jika kita melihat orang lain, maka kita melihatnya sebagai sesama hamba Allah, sesama makhluk, yang mesti saling menghormati dan berkasih sayang.
Orang yang benar Aqidahnya tentulah berakhlak baik, karena tidak akan sombong, apalagi merasa menjadi tuan yang lebih tinggi derajatnya dari pada orang lain, namun orang itu juga tidak rendah diri (minder) terhadap orang lain. Inilah salah satu pengaruh yang penting dari aqidah. Aqidah akan mempengaruhi akhlak, pandangan hidup kita, cara kita bernegara dan sebagainya. Maka jadikanlan Aqidah yang benar menjadi Life Style atau gaya hidup kita sebagai muslim.
Mengapa Kitab Aqidatul Awwam
Banyak Kitab Kitab tentang Aqidah yang ditulis oleh Ulama. Di kalangan Nahdhatul Ulama (NU) ada Kitab Aqidah yang ditulis oleh KH Hasyim Asy’ari. Ada Kitab yang ditulis oleh Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad yang berjudul Aqidah Ahli Islam, dan banyak lagi Kitab lain tentang Aqidah Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Kitab yang dipilih dalam kajian kita ini adalah Kitab Aqidatul Awwam.
Kitab ini berupa Nazhom yang ringkas yang sesuai untuk diajarkan kepada orang awam atau pemula. Kitab ini ditulis oleh Sayyid Ahmad Al Marzuqi, seorang Ulama dari Mesir yang kemudian Hijrah ke Mekkah. Beliau hidup sekitar antara 150 dan 200 tahun yang lalu (1205 H – 1262 H). Banyak Ulama Indonesia yang belajar langsung kepada beliau dan kemudian membawanya ke Indonesia dan mengajarkannya. Sehingga Kitab Aqidatul Awwam ini menjadi dikenal luas di Indonesia. Kisah penulisan Kitab Aqidatul Awwam dapat dilihat disini.
Syarah atau penjelasan Aqidatul Awwam ini akan diambil dari Kitab Jalaaul Afham fi Syarah Aqidatul Awwam karya Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani, yang disalin oleh salah satu murid beliau ketika beliau mengajar penjelasan Aqidatul Awwam. Murid beliau itu berasal dari Indonesia yang dikenal dengan Abi Ihya Ulumuddin yang sekarang tinggal dan aktiv berdakwah serta mengajar di Pujon, Malang, Jawa Timur.
Perbedaan Ilmu Aqidah dan Ilmu Kalam
Sebagaimana di sebut di atas Ilmu Aqidah adalah cukup ringkas yang berisi 50 perkara dalam Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah yang mesti diyakini. Kita tidak boleh menambahnya dengan memasukkan perkara yang bukan termasuk Aqidah ke dalam perkara Aqidah, demikian juga sebaliknya kita tidak boleh menguranginya dengan mengeluarkan perkara yang termasuk Aqidah menjadi perkara yang bukan Aqidah.
Sebenarnya dengan Ilmu Aqidah saja diharapkan sudah cukup kokoh bagi kita untuk menjaga keyakinan kita terhadap Islam. Namun dengan adanya golongan orang yang pandai yang ingin mempengaruhi dan merusakan keyakinan kita, maka kita juga memerlukan ilmu Kalam untuk dapat menjawabnya.
Ilmu Kalam atau Ilmu Tauhid atau disebut juga ilmu Ushuluddin lebih luas dari Ilmu Aqidah. Di dalam Ilmu Kalam kita belajar dalil dalil dan hujah-hujah untuk memantapkan kebenaran Aqidah Islam, sekaligus membuktikan bahwa keyakinan selain Islam Ahlussunnah wal Jamaah adalah keliru atau menyimpang. agar kita dapat menjawab pertanyaan atau pendapat yang mencoba menggoyahkan atau meragukan Aqidah kita.
Ilmu Kalam ini sangat penting, karena di zaman fitnah ini banyak aliran atau faham yang berbeda dengan Aqidah Ahlusunnah wal Jamaah, baik faham yang menyimpang di dalam Islam maupun yang di luar Islam.
Sikap Wasathiyah penganut Ahlussunnah wal Jamaah
Kita meyakini bahwa agama Islam adalah agama satu-satunya yang benar yang mesti kita anut. Dengan demikian kita tidak dapat membenarkan agama selain Islam. Namun walaupun demikian kita tidak boleh menyakiti dan bahkan kita wajib menghormati orang yang bukan Islam, sebagai saudara sesama bangsa atau sesama manusia ciptaan Tuhan.
Demikian juga walaupun kita yakin bahwa Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah adalah Aqidah Islam yang benar, terhadap muslim yang berbeda faham Aqidahnya seperti Syiah, Mu’tazilah atau Salafi/Wahabi atau golongan lain yang tidak berfaham Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, kita tidak boleh mengeluarkan mereka dari Islam. Kita tetap mengakui mereka adalah muslim, hanya kita berbeda pemahaman tentang Aqidah Islam dari mereka. Kita tidak boleh menyakiti dan merendahkan mereka, bahkan kita tetap wajib menghormatinya, karena persaudaraan satu agama dan satu bangsa atau karena persaudaraan antara bangsa serta sesama makhluk ciptaan Allah Maha Pencipta.
Inilah yang dimaksud dengan sikap wasathiyah (sikap moderat, sikap yang pertengahan). Dimana kita kuat memegang Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, tetapi kita dapat terbuka dan bergaul dengan golongan yang berbeda Aqidahnya atau berbeda agamanya dengan berkasih sayang, tidak menyakiti dan tetap saling menghormati.
Wallahu a’lam
Text lengkap dan terjemah Aqidatul Awwam dalam dilihat di Kitab Aqidatul Awam Dan Terjemah [PDF] (terjemahkitab.com).
0 Komentar