Lanjutan Fasal 3 – Bacaan Sholawat
Sholawat Nabi menghubungkan ruh kita kepada ruh Nabi
Dalam bacaan Teks Maulid Simtudduror Habib Ali Al Habsyi Dan Terjemah [PDF] (terjemahkitab.com) ada bacaan sholawat dalam Fasal 3:
صَلاةً يَتَّصِلُ بِهَا رُوْحُ الْمُصَلِّيْ عَلَيْهِ بِهْ
Selawat yang menghubungkan ruh orang yang berselawat kepadanya dengannya
فَيَنْبَسِطُ فِيْ قَلْبِه نُوْرُ سِرِّ تَعَلُّقِه بِه وَحُبِّهْ
maka menjadi luas cahaya rahasia ikatannya dengannya dan kecintaannya dalam hatinya
ويُكْتَبُ بِهَا بِعِنَايَةِ اللّهِ فِيْ حِزْبِهْ
Dan ia dicatat dengan pertolongan Allah dalam kelompoknya
Membaca shalawat adalah menghubungkan ruh kita kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam. Sebagaimana disebut dalam Simthuddurror di atas. Walaupun jasad kita tidak bertemu dengan jasad Nabi.
Manusia terdiri dari jasad dan ruh. Kadang kadang seseorang bertemu jasad dengan orang lain, namun mereka tidak dapat merasakan kecocokan dalam berbincang, atau bahkan merasa tidak nyaman, karena ruh mereka tidak bertemu.
Terkadang ada 2 orang yang baru bertemu, tetapi ketika berbincang langsung menemukan keserasian, seolah-olah ruh mereka sudah lama saling mengenal. Atau contoh seperti kita sekarang yang mengadakan kajian melalui online (zoom, Facebook dan Youtube). Jasad kita tidak bertemu secara langsung. Tetapi jika ruh kita sama-sama fokus pada majelis ta’lim kita ini, maka ruh kita akan saling bertemu.
Ruh sudah dijadikan Allah bekelompok kelompok di alam ruh
Di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, ada seorang muslimah dari Mekkah yang baru datang ke Medinah. Wanita itu punya watak yang lucu dan jenaka. Setelah berkenalan dengan para muslimah di Madinah, akhirnya muslimah yang baru datang itu ditampung di rumah seorang muslimah Madinah yang juga mempunyai watak yang sama yaitu lucu dan jenaka. Kemudian Siti Aisyah radhiallahu anha mendengar kabar itu dan berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda, bahwa arwah junudun mujannadah, ruh-ruh itu (di alam ruh) sudah berkelompok-kelompok.
Maka jika seseorang yang ruhnya tidak serasi dengan seorang lain, maka mereka tidak akan serasi dan tidak merasa nyaman jika berdekatan. Kalaupun dipaksa untuk didekatkan, maka kedekatan itu adalah terpaksa.
Jadi jika 2 orang serasi atau tidak serasi adalah hal biasa, karena begitulah keadaan ruh yang dijadikan Allah berkelompok-kelompok.
Imam Ghazali berkata dalam Bab Adabul Ulfah bahwa keserasian itu bukan dari fisik, tetapi pada keserasian ruh. Dalam suatu Hadits riwayat Imam Baihaqi, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam berkata: jika ada 1 orang mukmin masuk ke suatu majelis yang di dalamnya ada 100 orang munafik, dan 1 orang mukmin. Maka orang mukmin datang itu akan berkumpul dengan 1 orang mukmin. Demikian juga sebaliknya, jika seorang munafik datang ke majelis yang ada 100 orang mukmin dan 1 orang munafik. Maka orang munafik itu akan berkumpul dengan 1 orang munafik dalam majelis itu
Orang akan dikumpulkan bersama dengan yang dicintai
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam pernah bersabda: manusia akan dikumpulkan di akhirat bersama dengan orang yang dicintai.
Oleh sebab itu sangat penting bagi kita agar ruh kita dapat berhubungan dengan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam agar kita nanti dikelompokan bersama-sama dengan golongan yang mencintai Nabi dan bersama dengan Nabi. Kalau kita tidak dapat mencintai Nabi sejak di dunia ini maka, kita khawatir bahwa kita tidak dikumpulkan bersama Nabi shallallahu alaihi wassalam di akhirat nanti.
Maka orang munafik ketika di alam barzakh nanti ditanya siapakah pemuda ini (yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wassalam), maka orang munafik ini tidak mengetahui bahwa itu Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, walaupun ketika di dunia jasadnya bertemu dengan Rasulullah. Sedang orang mukmin yang ruh sudah tersambung dengan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, akan dapat menjawab pertanyaan tadi karena ruhnya sudah terhubung dengan ruh Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Bahkan diceritakan, jika seseorang banyak ibadahnya banyak, namun jika ruhnya tidak bersambung dengan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Hatinya tidak cinta kepada Nabi, bahkan orang itu lebih mencintai orang fasik atau orang yang membenci Nabi. Maka amal orang itu tidak diterima oleh Allah, dan tidak akan bersama dengan Nabi.
Sebaliknya jika ada seseorang yang ibadahnya sedikit, hanya mengerjakan yang wajib saja. Tapi hatinya sangat mencintai Nabi, ruhnya bersambung dengan ruh Nabi, maka orang ini akan dikumpulkan bersama Nabi di akhirat kelak, sesuai dengan hadits Nabi di atas.
Membaca Maulid Simthudduror adalah satu cara untuk menghubungkan ruh kita dengan ruh Nabi Muhammad shallallahu alaih wassalam
Maulid Simthudurror ini khususnya untuk fasal 3 ini adalah satu cara yang telah diberikan oleh seorang Ulama yang juga waliyullah yaitu Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi. Ini sudah dibuktikan dari pengalaman orang-orang yang telah mengamalkannya.
Habib Ali ketika menulis Maulid Simthudduror ketika berumur 68 tahun, 6 tahun sebelum beliau wafat. Beliau menulisnya bukan dengan memikirkan bagaimana fasal-fasal itu disusun, sebagaimana orang-orang menulis syair pada umumnya. Habib Ali menulis tanpa perlu mengulang-ulang bacaan Maulid kemudian berfikir, teks ini perlu diperbaiki atau tidak, atau dengan cara menghapus kemudian diganti dengan teks lain, sebagaimana orang membuat thesis.
Habib Ali membacakan Maulid Simthudduror dengan satu kali diucapkan secara spontan. Beliau menceritakan sifat-sifat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam dalam Maulid itu dengan lancar dari hati. Anak beliau yang bernama Muhammad ikut mendengar dan kemudian menuliskannya. Habib Ali membaca Maulid itu dengan lancar dari awal hingga diakhiri dengan doa. Setelah itu Habib Ali berhenti membacakan. Ini menunjukkan bahwa Habib Ali membacakan Maulid Simthudduror itu dari hati yang benar-benar faham dan mengenal Rasulullah shallallahu alaihi, sehingga dapat mengucapkan secara spontan. Diumpamakan jika seorang yang sudah faham dan betul mengenal suatu jalan menuju suatu tempat, maka orang iu dapat berjalan begitu saja tanpa berfikir dan bertanya.
Setelah selesai menyusun, bacaan Maulid Simthuddurror ini tidak langsung disebar. Melainkan hanya dibaca di kalangan murid Habib Ali AL Habsyi. Beliau menunggu isyarat. Hingga suatu ketika ada murid Habib Ali membacakan Maulid ini di depan makam Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam. Malamnya murid beliau ini bermimpi yang menceritakan kegembiraan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam membaca Maulid Simthudduror dan mengembalikannya kepada murid itu.
Maka diceritakanlah mimpi itu kepada Habib Ali. Beliau sangat gembira karena, apa yang ditulis itu disetujui oleh Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Tidak ada satupun tulisan termasuk hadits-hadits yang ditulis dalam Maulid Simthudduror yang diingkari oleh Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Maka kemudian Habib Ali membolehkan Maulid Simthudduror itu disebarkan ke seluruh dunia.
Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda, bahwa siap yang bertemu Rasulullah dalam mimpi, adalah bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam yang sesungguhnya, karena syeitan tidak dapat menyerupai Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Jadi mimpi bertemu Rasulullah adalah suatu yang benar.
Hati yang terhubung dengan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam
Hati yang telah terhubung dengan Rasulullah, maka hati itu akan bercahaya dan mendapat ketenangan dan kelapangan. Hidupnya akan tenang dan bahagia. Diumpamakan seorang yang jatuh cinta dengan cinta yang berbalas, maka hatinya akan bahagia. Padahal orang itu bukanlah orang yang sebaik Rasulullah. Maka bagaimana rasa hati kita jika cinta dan dicintai oleh Rasulullah, makhluk terbaik dan paling dicintai oleh Allah.
Mencintai Rasulullah tidak akan kecewa, karena cinta itu pasti akan dibalas, sebab Rasulullah sangat mencintai umatnya
Mencintai Nabi tidak akan membuat kita patah hati atau kecewa. Karena beliau shallallahu alaihi wassalam telah mencintai kita sebelum kita lahir di dunia ini. Beliau adalah makhluk yang paling dicintai oleh Allah yang dengannya Allah melimpahkan rahmat untuk semesta alam.
Beliau sangat memikirkan umatnya agar kita semua selamat di dunia dan terutama di akhirat. Beliau yang akan memberi syafaat kepada kita agar kita semua selamat. Beliau sangat berusaha agar kita semua selamat dari api neraka. Sedang orang lain jika mencintai adalah karena ada keperluan, yang jika keperluannya sudah terpenuhi, orang itu tidak memerlukannya lagi.
Bagaimana Rasulullah begitu memikirkan umatnya tidak dapat dibandingkan dengan manusia manapun juga. Contoh tentang Siwak. Rasulullah selalu memakai Siwak ketika akan sholat. Sepatutnya kita juga memandang berat Siwak ini sebagai luahan cinta kita kepada Rasulullah. Siwak ini bendanya ringan dan harganya murah. Namun karena khawatir memberatkan umatnya, beliau shallallahu alaihi wassalam, tidak mewajibkan bersiwak setiap sebelum sholat. Begitu sekali Rasulullah memikirkan keselamatan umatnya.
Wallahu a’lam
0 Komentar