Ringkasan

Pentingnya untuk bertanya dalam masalah agama kepada Ulama yang mengamalkan ilmunya dan agar senantiasa menambah ilmu

Dalam surat At-Taubah 122, Allah berfirman

وَمَا كَانَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا۟ كَآفَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا۟ فِى ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُوا۟ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوٓا۟ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Ayat ini memerintahkan agar sebagian orang beriman belajar ilmu agama sampai ke luar dari daerahnya. Agar setelah mereka kembali ke masyarakatnya, untuk menyampaikan ilmu dan peringatan kepada masyarakat agar mendapat pencerahan dan dapat menjalani hidup dengan memperhatikan agama untuk keselamatan dunia dan akhirat. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam sangat bersedih jika ada di antara umatnya yang meninggal dalam keadaan tidak beriman.

Ayat ini menganjurkan agar

  1. Kita senantiasa belajar dan mengajarkan ilmu.
  2. Ilmu yang dipelajari adalah ilmu untuk tafaqahu fiddin (memahami agama). Yaitu tentang halal dan haram, apa itu perkara yang wajib, yang sunnat, yang mubah, yang makruh dan yang haram dan sebagainya.
  3. Untuk dapat mengajak masyarakat kepada jalan yang lurus sebagaimana doa kita dalam surat Al Fatihah, yaitu jalan yang Allah telah memberikan nikmat kepada mereka, yaitu jalan para Nabi, para Syuhada dan para Ulama yang mengamalkan ilmunya.

Pentingnya bertanya kepada ahlinya dalam perkara dunia dan akhirat.

Hendaklah orang awam bertanya kepada Ulama dalam bidang agama. Demikian juga jika ingin mengetahui bidang keduniaan juga bertanya kepada ahli bidang keduniaan itu.

Dahulu ada seorang yang bertanya kepada seorang Syeikh. Wahai Syeikh apakah ada cara membuat roti dalam Al Quran. Syeikh menjawab ada yaitu dalam surat An-Nahl ayat: 43 dan surat al-Anbiya ayat: 7

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui”.

Jadi Al Quran itu menjawab semua pertanyaan dengan jawaban yang global. Ini suruhan Al Quran agar kita bertanya kepada ahlinya untuk ilmu yang detailnya. Yang dengan itu kita menjalankan perintah Allah.
Jadi kalau untuk perkara dunia saja kita mesti bertanya kepada ahlinya, apalagi untuk perkara agama, kita mesti bertanya kepada Ahlul Dzikir yaitu Ulama yang mengamalkan ilmunya.

Bertanya adalah kunci untuk mendapat ilmu

Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad berkata: Jika kita ingin belajar suatu ilmu, bertanya adalah perkara penting yang mesti diperhatikan. Diumpamakan jika kita hendak mengambil benda berharga yang ada dalam lemari yang terkunci, maka kita mesti kunci yang sesuai dengan lemari itu. Demikian lah juga dengan ilmu, jika kita hendak mengetahui suatu ilmu. Kunci untuk membuka lemari yang berisi ilmu itu adalah bertanya yang sesuai dengan ilmu yang akan kita pelajari. Guru yang baik akan menjawab sesuai dengan ilmu yang diketahuinya.
Sedang jika kita belajar tanpa guru, maka salahnya akan lebih banyak dari benarnya. Maka tidak cukup belajar dengan hanya melalui buku, walaupun penulisnya benar. Karena yang dapat menjelaskan isi buku itu adalah guru yang pernah belajar dari guru dai guru dan seterusnya.

Pandai memilih pertanyaan

Namun bertanya juga memerlukan ilmu bertanya, agar pertanyaan yang diajukan memang diperlukan untuk ilmu itu, bukan asal bertanya, sebagaimana Bani Israil dahulu bertanya tentang sapi yang akan disembelih dalam Surat Al Baqarah.

Ulama besar Imam Sufyan At-Tsauri sering berjalan dari kota ke kota untuk belajar dan mengajar. Jika beliau berada dalam suatu tempat, beliau mengajak penduduknya untuk menuntut ilmu. Namun jika setelah itu tidak ada orang yang berminat bertanya untuk belajar kepadanya, Maka Imam Ats-Tsauri akan pergi meninggalkan kota itu menuju ke kota lain, karena ilmu di tempat itu telah mati. Karena beliau merasa rugi dengan waktunya yang terbuang begitu saja. Demikian seterusnya sampai bertemu orang yang bertanya ingin belajar ilmu dari beliau.

Imam As-Syibli adalah seorang Ulama besar dari Bagdad yang dikenal juga sebagai Ulama Sufi, beliau adalah salah satu teman dekat dari Imam Junaid Al Baghdadi. Jika beliau duduk, maka murid-muridnya akan duduk mengelilinginya. Beliau berkata akan datang suatu saat dimana orang sudah tidak dapat bertanya lagi (yaitu di akhirat), maka bertanyalah dan belajar tentang ilmu selama ada kesempatan di dunia.

Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda, ilmu adalah barang yang disimpan. Jika ingin mengambilnya maka perlu bertanya tentang ilmu (simpanan) itu. Maka akan ada 4 golongan yang akan mendapat manfaat ilmu dari sebab pertanyaan itu yaitu:

  1. Orang yang bertanya
  2. Orang yang ditanya
  3. Orang yang mendengar
  4. Orang yang mencintai mereka. Jadi walaupun tidak ikut mendengar dan tidak ikut belajar, mendapat juga manfaat karena berkumpul bersama, karena mencintai mereka.

Dalam satu Hadits marfu’ disebutkan bahwa pertanyaan yang tepat atau yang baik adalah separuh dari ilmu, dan separuhnya adalah jawaban.

Bertanya hanya kepada Ahlu Dzikri (Ulama Akhirat) dan jangan bertanya kepada Ulama yang tidak takut Allah (Ulama yang cinta dunia)

Maka dari firman Allah, hadits dan kisah salafus soleh tadi, disimpulkan bahwa hendaknya dalam perkara agama, hendaknya kita bertanya kepada Ahlu Dzikri yaitu Ulama Akhirat, Ulama yang takut kepada Allah. Karena mereka menasehati hanya karena mengharap redho Allah dan syafaat Rasulullah. Mereka sangat ingin menyelamatkan kita.
Maka berhati-hatilah jangan kita bertanya masalah agama kepada orang yang tidak layak. Kita dapat mengetahui dengan memperhatikan apakah orang itu Ulama yang beramal atau tidak, apakah dia orang yang wara’ dan takut kepada Allah.
Jika kita dapati orang itu bukanlah orang yang ikhlas, maka kita mesti menjauhinya sebagaimana kita menjauhi singa. Karena Ulama yang tidak takut Allah, tidak mengamalkan ilmunya dan mengabaikan agama dirinya berbahaya bagi kita, karena dia akan mengabaikan keselamatan orang lain.
Maka perhatikanlah dari mana kita mendapatkan ilmu agama, siapa Ulama yang kita bertanya kepadanya.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian