Keutamaan menyebarkan dan berbagi Ilmu
Keutamaan mengajar
Sesungguhnya diantara buah yang terbesar dari ilmu dan manfaatnya adalah mengajarkan dan membagikannya kepada manusia. Terlalu banyak dalil yang menjelaskan keutamaan menyebarkan dan membagikan ilmu. Namun cukup satu dalil yang menjelaskannya, yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wassalam diutus untuk mengajarkan ilmu. Ini sudah cukup untuk menunjukkan mulianya menyebarkan ilmu. Ilmu yang Rasulullah shallallahu alaihi wassalam telah bagikan ini telah memuliakan dan memberi manfaat bagi manusia, karena mengenalkan dan mendekatkan kita kepada Allah.
Jadi jika kita telah mendapatkan suatu ilmu dengan belajar, hendaknya kita bagikan, agar lebih bermanfaat untuk orang lain dan dengan itu pula kitapun mendapat manfaat dengan mengulangi mempelajari ilmu itu dan bertambah mengingatnya serta mendapatkan ilmu yang lain dari berbagi ilmu.
Semakin banyak ilmu yang dibagi semakin besar manfaat dan semakin banyak kita mendapatkan manfaatnya. Harta jika dibagi, akan semakin sedikit, sedangkan ilmu dibagi akan semakin banyak.
Jika kita tidak punya ilmu maka kita dapat membantu orang yang menuntut ilmu dan menunjukkan guru yang kita dapat belajar ilmu yang bermanfaat darinya.
Ilmu dipelajari, diamalkan dan diajarkan
Nabi Isa alaihi salam berkata: Barangsiapa yang belajar, beramal dengan ilmunya dan terus mengajarkan, maka ia akan mendapatkan derajat yang tinggi di langit. (HR Ahmad Ibnu Hanbal).
Hadits ini menjelaskan hendaknya jika kita belajar, hendaklah kita amalkan agar bermanfaat untuk kita dan kemudian kita ajarkan kepada orang lain. Ilmu yang diajarkan itu akan terus bermanfaat bagi yang mengajarkan dan pahalanya akan terus mengalir sampai ke hari Kiamat. Inilah diantara manfaat dari menyebarkan ilmu.
Maka seorang ahli ilmu yang ibadahnya tidak banyak, dapat memperoleh pahala yang lebih banyak dari ahli ibadah yang tidak berilmu, walaupun ahli ibadah itu lebih banyak ibadahnya.
Ini adalah seperti seorang yang punya harta banyak, dan menginvestasikan hartanya pada banyak bisnis yang menguntungkan. Orang kaya ini akan mendapatkan pemasukan dari bisnis yang dia mempunyai sahamnya, walaupun dia tidak bekerja, bahkan dapat memperoleh keuntungan yang lebih dari pegawainya, walaupun dia bekerja lebih sedikit dari pegawai perusahaan itu yang bekerja keras.
Syaitan lebih takut dari ahli ilmu yang sedang tidur daripada ahli ibadah (yang tidak berilmu) yang sedang beribadah
Bahkan diceritakan bahwa syaitan takut masuk Mesjid karena di dalamnya ada orang alim yang tidur. Ketika ditanya mengapa engkau takut masuk Mesjid untuk menggoda pada ahli ibadah yang jahil yang sedang sholat. Dijawab: aku takut pada orang alim yang sedang tidur. Karena orang yang jahil itu sudah salah sholatnya, sedang jika orang alim itu terbangun maka dia akan memberitahu para ahli ibadah jahil itu untuk memperbaiki sholatnya.
Tiga amal yang terus mengalir pahalanya setelah seseorang meninggal dunia
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda: jika seorang bani Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali 3 perkara yaitu:
- Sedekah jariah
- Doa anak yang soleh
- Ilmu yang bermanfaat
Sedekah bukan hanya dengan harta
Bersedekah dengan beribadah
Yang disebut sedekah ternyata bukanlah hanya dengan bersedekah harta. Dikisahkan ada shahabat yang terlambat sholat berjamaah. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bertanya ke shahabat yang sudah ikut sholat berjamaah: adakah di antara kalian yang ingin bersedekah untuk shahabatmu ini dengan menemaninya sholat berjamaah?
Yaitu agar shahabatnya itu mendapatkan pahala sholat berjamaah.
Ilmu adalah termasuk sedekah
Ini menunjukkan kepada kita bahwa sedekah bukan hanya dengan harta. Dapat juga dengan amal ibadah. Dan menyebarkan ilmu adalah termasuk bersedekah, dengan sedekah yang terbaik, karena sedekah ini akan terus mengalirkan pahala kepadanya hingga hari kiamat, sebagaimana sedekah harta yang manfaatnya masih berterusan (seperti untuk membangun Mesjid, membiayai anak yatim belajar dan sebagainya).
Anak yang soleh bukan hanya anak kandung. Doa anak didik termasuk doa anak yang soleh
Kita mempunyai 3 orang tua yaitu:
- Orang tua yang menjadi sebab kita dilahirkan
- Orang tua sebagai mertua yang anaknya menikah dengan kita
- Orang tua sebagai guru yang memberikan ilmu kepada kita.
Maka orang yang berilmu mempunyai anak didik yang mendapatkan ilmu darinya, yang akan dapat mendoakannya sebagai guru yang memberikan ilmu. Maka hanya orang yang berilmu yang mempunyai tidak amal yang mengalirkan pahala kepadanya sampai ke hari Kiamat. Dan anak-anak yang mendoakan akan terus bertambah, karena ilmunya yang terus diajarkan oleh murid-muridnya kepada muridnya lagi dan seterusnya.
Sudah menjadi kebiasaan anak didik yang soleh sebagai murid yang terdidik akan selalu mendoakan gurunya, yaitu orang tua yang ia mendapatkan ilmu darinya. Demikian juga bagaimana murid yang menyebut sanad ilmu yang didapatnya, selalu mendoakan guru yang termasuk dalam rantai sanad itu.
Imam Abu Hanifah berkata bahwa ia selalu mendoakan gurunya sejak lebih 40 tahun sejak ia mengenal gurunya.
Manusia dipandang tua dan mulia karena ilmunya
Menurut Ibnu Athoilah As-Sakandari, seseorang itu dihitung umurnya dari bermulanya dia mengenal Allah. Maka seorang alim banyak ilmunya yang usianya muda dapat dikatakan “lebih tua” dari orang tua yang baru saja sadar dan memulai mempelajari ilmu untuk mengenal Allah. Demikian juga ilmu tidak memandang nasab seseorang. Orang yang berilmu yang tidak mulia nasabnya adalah lebih mulia dari orang yang jahil walaupun orang jahil itu lebih baik nasabnya.
Diceritakan di zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz, ada kabilah yang datang menemuinya. Kemudian majulah seorang anak muda berusia sekitar 17 atau 18 tahun menghadap untuk menjadi juru bicara yang telah disepakati oleh kabilah itu. Kemudian Khalifah berkata, wahai anak muda tidakkah sebaiknya engkau memberikan kedudukanmu itu kepada orang yang lebih tua?
Kemudian anak muda itu menjawab, kalau seandainya umur manusia menjadi ukuran suatu kedudukan, maka banyak orang yang lebih berhak mendapatkan kedudukan tuan sebagai khalifah. Maka tersenyumlah Khalifah karena mengetahui kealiman dari anak muda itu. Kemudian berkata teruskanlah apa yang hendak engkau sampaikan.
Orang yang lebih tua usianya tidak malu belajar dari orang yang lebih muda karena ingin mendapatkan ilmunya
Maka banyak diceritakan bahwa orang yang lebih tua sering belajar kepada Ulama yang lebih muda usianya. Maka tidak heran jika ada anak didik (murid) yang lebih tua usianya dari gurunya, dan selalu mendoakan gurunya itu.
Mafhum dan Mantuq dari hadits Nabi tentang tiga amal
Hadits Nabi jika difahami secara Mantuq (tekstual) maka menjadi sempit pemahamannya. Sedang jika difahami secara mafhum (kontekstual) akan menjadi luas pemahamannya. Pemahaman Mantuq dan Mafhum akan berbeda dalam fokus pembahasannya. Jika ada pernyataan : Habib sedang duduk. Pembahasan mantuqnya adalah hanya menjelaskan bahwa Habib sedang duduk tidak lebih dan tidak ada pembahasan lain. Namun pembahasan mafhum adalah lebih luas, pernyataan “Habib sedang duduk”, dapat difahami bahwa Habib tidak berdiri, Habib sedang tidak berlari dan sebagainya.
Contoh ada hadits Nabi yang berbunyi: janganlah memuji saya seperti orang Nasrani memuji Nabi Isa. Hadits ini jika difahami secara mantuq akan fokus pada pembahasan untuk tidak memuji Nabi. Maka hadits ini cenderung untuk melarang memuji Nabi. Tetapi jika dibahas secara mafhum, maka hadits ini justru fokus pada menyuruh memuji Nabi sebanyak-banyaknya dengan syarat tidak sampai menuhankan Nabi, sebagaimana orang Nasrani menuhankan Nabi Isa.
Demikian juga tentang hadits tiga amal tadi. Jika kita memahami secara mafhum, maka kita fahami bahwa orang yang telah wafat sudah terputus amalnya, maksudnya adalah orang itu sudah tidak dapat beramal lagi, yaitu karena sidah sudah wafat.
Tetapi orang yang wafat itu masih dapat menerima pahala dari amalan orang yang hidup. Maka orang yang hidup masih dapat beramal dan memberikan pahalanya untuk orang yang wafat.
Hadits marfu’ dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu
Abu Hurairah radhiallahu anhu adalah shahabat Nabi yang banyak meriwayatkan hadits. Kalimat radhiyallahu anhu adalah pengakuan kita bahwa Allah sudah redho kepada mereka berdasarkan firman Allah seperti dalam QS Al Bayyinah: 8.
Dalam suatu Hadits marfu’, Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata: Tujuh perkara yang pahalanya terus mengalir bagi hamba yang telah mati dan telah berada di kuburnya. Yaitu
- mengajarkan ilmu (ilmu yang terus bermanfaat yang diamalkan masyarakat)
- mengalirkan sungai (telah berjasa membuat aliran air untuk masyarakat)
- membuat sumur
- menanam kurma
- membangun mesjid
- mewariskan mushaf
- meninggalkan anak yang soleh
Maka dari hadits ini menjelaskan, amal yang dapat terus mengalir pahalanya kepada orang yang sudah wafat adalah lebih dari pada tiga, jika hadits tentang tiga amal tadi difahami secara mafhum.
Artinya banyak amal soleh yang dapat terus mengalir pahalanya selain dari 3 perkara itu, seperti yang disebutkan dalam hadit Abu Hurairah radhiallahu anhu. Kita dapat menambahnya misalnya dengan kerja bakti membangun WC umum di tempat keramaian yang belum ada WC, karena sudah pasti akan bermanfaat untuk orang banyak dan sebagainya.
Wallahu a’lam
Wallahu a’lam
0 Komentar