Al Mu’min (الْمُؤْمِنُ)

Makna Al Mu’min Yang Memberi Keamanan

Imam Ghazali mengartikan dengan Yang Maha Memberi Keamanan. Sidi Zaruq memberi arti dengan Yang Maha Memberi Amanah (Kepercayaan). Kita akan membahas arti yang pertama yaitu Yang Maha Memberi Kemananan dan Kedamaian kepada hambaNya.

Hanya Allah yang dapat memberi keamanan dan kedamaian mutlak

Bagi hamba jika memberi keamanan kepada hamba yang lain maka keamanan dan kedamaian dari hamba itu berkurang. Namun bagi Allah, Allah tidak berkurang sedikitpun dari Kerajaan dan KekuasaanNya karena Memberi Keamanan dan Kedamaian kepada makhlukNya.
Kita dapat memberi keamanan pada satu sisi tapi tidak dapat memberi keamanan dari sisi yang lain. Maka tidak ada yang dapat memberi keamanan mutlak atau sempurna. Hanya Allah Al Mu’min yang dapat memberi keamanan yang mutlak. Kedudukan hamba yang paling tinggi hanyalah menjadi Abdul Mu’min, hamba dari Allah Yang Maha Memberi Keamanan dan Kedamaian. Itulah kedudukan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam. Maka siapa yang berjalan di belakang Nabi, ia akan menjadi bayang-bayang atau pengikut dari Abdul Mu’min itu.

Kita makhluk lemah yang memerlukan pengamanan dari lahir hingga ajal.

Kalau kita melihat diri kita, kita akan melihat bahwa diri kita ini tidaklah aman dari banyak hal dari sejak kita lahir. Ketika baru lahir, kita memerlukan orang lain yang menjaga kita dari ancaman yang membahayakan bayi. Dengan bertambah umur bertambah peranan dan kedudukannya, makin besar pula ancaman terhadap keamanan orang itu.
Demikian juga bagi seorang wali, semakin tinggi kedudukannya semakin besar ancaman yang akan menggodanya dari jalan kewaliannya. Karena makhluk yang menjadi musuhnya itu juga pernah berma’rifat kepada Allah bahkan pernah berbincang dengan Allah. Makhluk itu adalah iblis yang dahulu disebut Azazil.

Kisah Nabi Adam

Iblis ini ketika menggoda Nabi Adam alaihi salam, bukan dengan kata-kata kasar, tetapi dengan kata yang lemah lembut dengan mengatakan bahwa dirinya adalah penasehat yang terpercaya (Nasihul Amin), karena dia juga mengetahui sebagian rahasia Allah.
Nabi Adam adalah makhluk yang suka belajar. Ketika iblis menggoda Nabi Adam dengan iming-iming pengetahuan tentang pojon khuldi (Syajarotul Khuld), disitulah iblis memasukan kebohongan didalamnya. Disitulah Nabi Adam tergelincir dan kemudia bertaubat.
Disitulah Nabi Adam melakukan mi’raj yaitu bertaubat dengan bersujud selama 40 hari dengan membaca (QS. Al-A’raf (7) ayat 23)

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Wahai Pemelihara kami, sesungguhnya kami telah berbuat dhalim terhadap diri-diri kami. Dan jika Engkau tidak memberi ampunan untuk kami dan merahmati kami, sungguh benar-benar kami menjadi termasuk dari golongan orang-orang yang rugi.

Disebut Mi’raj karena di saat itulah ruhnya naik mendekat kepada Allah, namun jasadnya berada di bumi. Jadi karena kesalahan inilah Nabi Adam mengalami mi’rak dengan bertaubat. Pelajaran yang dapat kita ambil disini adalah adanya kesalahan yang dilakukan tidaklah selalu membuat orang itu celaka, namun dapat juga menjadikan seseorang itu sadar dan insyaf yang menyebabkan dirinya menjadi dekat kepada Allah dan mendapat keamanan dari Allah. Berapa banyak wali Allah yang menjadi wali setelah sadar akan kesalahannya.

Bagaimana jalan pintas agar kita mendapat keamanan dari Allah swt?

Dalam Hadits Qudsi, Riwayat dari Sayidina Ali ra, Nabi saw, bersabda: “Jibril berkata kepadaku, bahwa Rabbul ‘Izzah swt berfirman: “Kalimat Laa Ilaaha Illallah adalah bentengKu. Maka siapa yang mengucapkannya berarti masuk di bentengKu, dan siapa yang masuk bentengKu, ia aman dari siksaKu.” Sayidina Ali mendapat talqin dzikir Laa ilaaha illallah dari Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Talqin dzikir dari guru yang bersambung sanadnya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wassalan adalah diperlukan agar memudahkan kita dapat mencapai dzikir sesuai dengan yang dimaksudkan Allah swt dengan dzikir itu.
Semua Nabi dari Nabi Adam mendapatkan dzikir laa ilahaa illallahu. NAbi Musa alaihi salam mendapatkan dzikir ini langsung dari Allah, sebagaimana yang disebut dalam QS Thaha:14

20:14

Sesungguhnya Aku ini adalah Allahtidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

Bagaimana cara kita mendapatkan cahaya dari Ismu Al Mu’min?

Di sebutkan dalam hadits Nabi:
Siapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, hendaklah dia tidak menyakiti tetangganya,” (HR. Bukhari)
“Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman.” “Siapakah, Rasulullah?” Tanya sahabat. “Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya,” jawab beliau, (HR. Bukhari).
Perhatikan makna Hadits ini, dikatakan disitu, bahwa tetangganya hendaknya mempunyai rasa aman. Jadi bukan hanya kita tidak menyakiti saja, tetapi juga menjadikan tetangganya merasa aman.
Cahaya Ismu Al Mu’min yang memancar yang sempurna adalah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Itu sebabnya Rasulullah tidak hanya membuat orang yang yang bersamanya selamat dari bahaya di dunia namun juga selamat dari bahaya di akhirat, karena bimbingan dari Nabi Muhammad.
Kalau ada yang bertanya siapakah yang memberi rasa takut kepada makhluk. Jawabnya adalah Allah juga. Allah yang memberikan rasa takut dan juga rasa aman. Allah menciptakan penyebab rasa takut dan penyebab rasa aman. Ini yang disebut dengan talazum, bahwa Allah mempunyai 2 Asma yang berpasangan.
Jadi kita mesti berusaha untuk memberikan rasa aman kepada orang dekat kita di dunia ini dan juga mencegahnya dari bahaya di akhirat, yaitu dengan menyebarkan dakwah dengan kalimat Laa ilaaha illallah.

Al Muhaimin (الْمُهَيْمِنُ)

Al Muhaimin artinya hampir sama dengan Al Mu’min, yaitu berkaitan dengan memberi keamanan. Al Muhaimin maknanya Yang Maha Menjamin dan Mengatur kapada makhlukNya dalam hal apa saja, yaitu amalnya, rezekinya dan ajalnya. Seorang hamba dari Al Muhaimin (Abdul Muhaimin) adalah hamba Allah yang yakin sepenuhnya bahwa Allah menjamin dan mengatur amal, rezeki dan ajalnya, sehingga dia merasa aman karena ada jaminan dari Allah Al Muhaimin.
Untuk memahami jaminan Allah ini, dimisalkan kita hendak mengirim barang melalui jasa expedisi. Biasanya kita yakin bahwa barang kita dijamin sampai ke alamat jika tidak ada kecelakaan dan sebagainya yang menghalangi. Maka kepada Allah Al Muhaimin, kita tentu lebih yakin bahwa rezeki yang sudah dialamatkan kepada kita akan sampai tepat pada waktunya. Demikian juga jika ada rezeki yang dikirimkan untuk orang lain, maka kitapun yakin, bahwa Allah Al Muhaimin yang sudah mengatur dan menjamin rezeki itu sampai kepada orang lain. Baik rezeki ini berupa harta, ilmu, pengikut/murid dan lain-lain. Maka bagi seorang dai jika ada dai lain yang mempunyai pengikut banyak, dai yang memahami Ismu Al Muhaimin, tidak akan iri dengki. Bahkan dia akan berterima kasih sebab telah meringankan tugasnya sebagai dai. Jika dai atau ustad itu tidak senang atau iri, maka dia belum meresapi tugas dai/Ustad, yaitu mengajak manusia kepada Allah. Maka hakikatnya Da’i/Ustad itu belum mengenal Allah. Mungkin Da’i atau Ustad justru menjadikan dakwah menjadi sumber mencari rezeki.

Marilah kita kuatkan keyakinan kita kepada Allah Al Muhaimin Yang Maha Menjamin dan Mengatur rezeki, amal dan ajal kita, agar kita merasa aman dan mendapat ketenangan. Allah sudah tentukan ajal manusia, sehingga manusia itu tidak akan mati jika belum ajalnya walaupun banyak orang hendak membunuhnya. Demikian pula manusia itu tidak akan lebih panjang hidupnya jika sudah datang ajalnya, walaupun banyak orang ingin menyelamatkannya. Maka hamba Allah yang terhubung dengan Nama Allah Al Muhaimin, dia akan selalu berprasangka baik kepada Allah yang Maha Menjamin dan Mengatur amal, rezeki dan ajalnya. Orang yang mendapat cahaya Al Muhaimin dia akan merasa aman, tidak ada iri kepada orang lain dan merasa tenang dan nyaman dalam menjalani hidup. Ismu Al Muhaimin dapat dijadikan dzikir, untuk mendapatkan aman, hilang rasa iri dan nyaman dalam hidup ini.

Al Aziz (الْعَزِيزُ)

Makna Al Aziz secara harfiah adalah sesuatu yang unik. Sesuatu yang unik selalunya tidak banyak, atau sedikit. Dalam ilmu hadits ada istilah Hadits Aziz, yaitu hadits yang unik yang dirawikan oleh 2 orang. Secara Asmaul Husna, Al Aziz dapat dimaknai Yang Berwujud Unik dan Yang dimilikinya unik, sehingga orang yang ingin menjadi hamba yang aziz (unik), mesti berhubungan kuat dengan Al Aziz.
Orang yang punya sifat Aziz (yang unik), pasti mempunyai sesuatu yang juga unik yang sangat berharga, sesuatu yang istimewa dan dicari oleh orang, karena itulah tinggi nilainya. Inilah yang dimaksud Izzah, yaitu sesuatu yang jarang, sehingga mempunyai nilai yang amat berharga. Tidak sembarang orang yang memilikinya. Dalam QS Al Munafiqun

يَقُوْلُوْنَ لَىِٕنْ رَّجَعْنَآ اِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْاَعَزُّ مِنْهَا الْاَذَلَّ ۗوَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ

Mereka berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Mustalik), pastilah Al A’azu (orang yang kuat) akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.” Padahal Al-Izzah (kekuatan) itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.

Di sebut dalam ayat itu, Al Izzah hanyalah milik Allah, Rasulullah dan orang yang beriman. Orang yang beriman adalah hamba Allah yang membuat orang disekitarnya merasa aman, yaitu hamba Allah Al Mu’min Yang Maha Memberi Keamanan dan rasa aman kepada makhlukNya,
Orang yang punya sifat ‘Aziz ini tidak banyak orangnya, tetapi manfaatnya banyak. Ilmunya mungkin tidak banyak, namun banyak orang merasakan manfaatnya. Maka orang ini sudah mendapatkan pancaran Asma Allah Al-Aziz. Maka dialah hamba Allah yang Al Aziz (Abdul Aziz).
Orang yang aziz, yang memiliki sesuatu yang unik yang dimaksud adalah orang beriman yang mencintai hanya karena Allah. Di akhirat kelak, para Nabi akan heran melihat mereka, karena ruh mereka bercahaya karena saling mencintai karena Allah. mereka bukan Nabi dan bukan Rasul, tetapi dekat dengan Nabi dan Rasul karena memiliki aziz (sifat yang unik) yang tidak dimiliki kebanyakan orang.
Orang yang paling pantas dan sempurna mendapat gelar ini adalah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Sifat Rasulullah yang aziz ini disebutkan dalam QS At-Taubah 128

لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, ‘azizun alaihi (berat terasa olehnya) penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.

Wallahu a’lam


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian