III. Sifat Ma’ani dan IV. Sifat Ma’anawiyah
Sifat Ma’ani adalah Sifat pada Dzat Allah yang dapat kita fahami maknanya dengan akal kita tanpa kita mengaitkannya dengan tubuh/jism dan tanpa membayangkan bentuk. Inilah Sifat Allah yang dapat kita fikirkan melalui ciptaan Allah, sebagaimana yang disebut dalam
Qur´an surat Ali Imran ayat 190-191:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingati Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Termasuk dalam ciptaan Allah adalah diri kita sendiri, sebagaimana firman Allah dalam QS Adz-Dzariyaat: 20-21
Sifat Ma’anawiyah adalah keadaan aktivnya Sifat Ma’ani pada Dzat Allah.
7. Sifat Ma’ani: Qudrah artinya Maha Kuasa. 14. Sifat Ma’anawiyah: Kaunuhu Qadiran, Allah selalu berkeadaan Maha Berkuasa.
Firman Allah dalam QS Al Baqarah 284
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Mari kita uraikan Sifat Maha Kuasa Allah dengan Sifat Salbiyah.
Kuasa Allah bersifat Qidam dan Baqa. Kuasa Allah sedia ada dan tidak ada akhirnya. Allah Maha Kuasa atas seluruh makhlukNya, termasuk menguasai ruang dan waktu, karena ruang/tempat dan waktu termasuk makhlukNya. Oleh sebab itu Kuasa Allah adalah Baqa (kekal) tidak menua, tidak melemah, tidak menguat, tidak berkurang dan tidak bertambah. Kuasa Allah adalah Maha Sempurna.
Bagi Allah menciptakan nyamuk yang kecil sama mudahnya dengan galaxi yang besar. Bagi Allah menciptakan alam zahir sama mudahnya dengan menciptakan alam ghaib. Allah sama sekali tidak terbebani dengan penciptaan seluruh makhlukNya. Bagi Allah waktu proses penciptaan nyamuk yang hanya beberapa hari adalah sama singkatnya dengan waktu proses penciptaan galaxi yang milyaran tahun. Subhanallah, Maha Besar dan Hebatnya Kuasa Allah itu.
Sifat Kuasa Allah tidak diciptakan, maka sangat berbeda dengan kuasa makhluk yang diciptakan. Kuasa Allah tidak bergantung dengan selain Allah, kuasa makhluk hanya ada sebab Allah yang meminjamkannya, jadi hakikatnya kuasa makhluk itupun milik Allah. Sifat Kuasa Allah tidak serupa dengan sifat kuasanya makhluk. Sifat Kuasa Allah adalah Esa. Tidak ada kuasa lain selain Kuasa Allah.
Begitulah Maha Hebatnya Sifat Kuasa Allah dan Allah senantiasa berkeadaan aktiv melakukan KuasaNya itu.
8. Sifat Ma’ani: Iradah artinya Maha Berkehendak. 15. Sifat Ma’anawiyah: Kaunuhu Muridan, Allah selalu berkeadaan Maha Berkehendak.
Allah berfirman dalam QS Al Buruj
Mari kita uraikan Sifat Maha Berkehendak Allah dengan Sifat Salbiyah.
Sifat Berkehendak Allah adalah tidak ada permulaannya dan tidak ada akhirnya. Kehendak Allah tidak terikat dan terdominasi oleh ruang dan waktu. Sifat Kehendak Allah tidak bergantung pada makhlukNya. Kehendak Allah tidak diciptakan, maka jauh berbeda dengan kehendak makhlukNya yang diciptakan. Hakikatnya kehendak makhluk itupun adalah sebab Kehendak Allah.
Kehendak Allah adalah Maha Esa. Segala makhluk yang ada dan kejadian yang berlaku adalah atas Kehendak Allah. Segala yang tidak ada dan kejadian yang tidak terjadi adalah karena Allah tidak menghendaki hal itu ada dan terjadi. Tidak ada sesuatu makhluk atau kejadian yang ada kecuali yang dikehendaki Allah.
Firman Allah dalam QS Al Hadid: 22 dan 23
Dari seluruh makhluk Allah hanya jin dan manusia yang Allah Berkehendak bahwa mereka boleh memilih untuk taat dan durhaka kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam QS [51]Adz-Dzariaat : 56
Beribadah adalah menyembah Allah dan mentaati perintahNya. Jika jin dan manusia itu memilih taat maka Allah redha kepadanya, dan jika jin dan manusia itu durhaka maka Allah tidak redha kepadanya.
Perlu diketahui bahwa Kehendak Allah berbeda dengan Keredhaan Allah. Allah redha kepada hambaNya yang mentaati perintahNya dan Allah tidak redha kepada hambaNya yang menolak perintahNya atau melanggar laranganNya. Allah tidak memerlukan makhlukNya termasuk ketaatan makhlukNya terhadap perintahNya. Allah tidak memerlukan iman manusia. Jika seluruh manusia beriman, Kemuliaan Allah tidak bertambah, kalau seluruh manusia kafir, Kemuliaan Allah tidak berkurang. Firman Allah dalam QS [39] Az-Zumar:7
- yang dikehendaki adanya dan adanya itu diredhoi oleh Allah. Misalnya dikehendakiNya seseorang beriman dan beramal soleh. Ini sesuai perintahNya, maka Allah redha padanya.
- yang dikehendaki adanya dan adanya itu tidak diredhoi Allah. Misalnya, dikehendakiNya seseorang berbuat dosa yang dilarangNya, maka Allah tidak redha padanya.
- yang tidak dikehendaki adanya dan tidak adanya itu diredhoi Allah. Misalnya tidak dikehendakiNya seseorang berbuat maksiat dan dosa. Ini sesuai dengan larangan Allah, maka Allah redha padanya.
- yang tidak dikehendaki adanya dan tidak adanya itu tidak diredhoi Allah. Misalnya tidak dikehendakiNya seseorang beriman dan beramal soleh. Beriman dan beramal soleh adalah perintah Allah, siapa yang tidak beriman dan beramal soleh, Allah tidak redha padanya.
Telah disebut di atas bahwa Allah Berkehendak untuk memberikan manusia pilihan untuk mentaati atau menolak perintah Allah. Oleh sebab itu kita bertanggung jawab penuh atas pilihan kita itu.
Disinilah kita dapat merasakan betapa diri kita ini hamba Allah yang lemah, dan Allah adalah Robb Tuhan kita Maha Pemelihara kita yang Maha Kuasa dan Berkehendak, tempat kita minta pertolongan agar diberi petunjuk. Sebagai hamba Allah hendaklah kita selalu berprasangka baik dan beradab kepada Allah Tuhan kita, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alahi wassalam dan orang-orang yang ikhlas yang mengikutinya. Allah telah memberikan panduan bagaimana beradab kepada Allah dalam QS An-Nisa :79
Sebagai beradab kepada Allah, jika kita mendapat kebaikan hendaknya kita katakan itu datang dari Allah, sedang jika kita menerima keburukan kita katakan itu dari dosa dan kesalahan kita, Kitapun diperintah untuk selalu meminta ampun dan beratubat kepada Allah. Mudah-mudahan dengan itu Allah redho kepada kita.
Sebagai adab hamba kepada Allah juga kita mesti senantiasa bersangka baik kepada Allah, selalu mengharapkan rahmat Allah namun juga takut terhadap murkaNya, sehingga besar harapan kita kepada Allah dan besar pula takut kita kepada Allah.
Maksud Kun fa yakun
Sifat Qudrah dan Sifat Iradah dikatakan bersifat Qidam (sedia ada, tidak mempunyai awal) dan bersifat Baqa (tidak ada akhirnya) maksudnya adalah tidak terikat waktu, justru waktu ada dalam Kuasa dan Kehendak Allah. Firman Allah di QS Al Baqarah :117
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah
Firman Allah ini menjelaskan kepada kita tentang Sempurna dan Hebatnya Maha Berkehendak dan Maha Kuasa Allah atas segala sesuatu, betapa mudahnya bagi Allah menciptakan sesuatu. Cukup dengan Allah Berkehendak, maka Allah melaksanakan KehendakNya itu dengan Berfirman, maka apa yang dikehendaki Allah itu ada atau terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan ada dan tidak akan terjadi.
Namun perlu diingat bahwa ayat tersebut bukanlah menjelaskan urutan phase waktu mulai dari Allah Berkehendak hingga apa yang dikehendaki Allah itu terjadi, sebab Sifat Qudrah (Berkuasa) dan Iradah (Berkehendak) Allah adalah Qidam dan Baqa, tidak terikat oleh waktu. Maka antara Kehendak Allah untuk menciptakan sesuatu, Allah berfirman dan sesuatu itu ada atau terjadi adalah tidak ada selang waktu bagi Allah.
Allahu Akbar betapa hebat Sifat Kehendak Allah dan Allah senantiasa berkeadaan aktiv melakukan KehendakNya itu.
Objek Sifat Kuasa dan Kehendak Allah
Dilihat dari objeknya, Sifat Qudrah dan Iradah mempunyai kesamaan objek yaitu semua yang Jaiz menurut hukum akal. Jadi yang dimaksud Allah Maha Berkehendak dan Maha Berkuasa atas segala sesuatu adalah segala sesuatu yang Jaiz (mungkin). Sifat Qudrah dan Iradah tidak ada kaitannya dengan perkara yang Wajib dan Mustahil menurut hukum akal, sebab dapat dikatakan berkuasa dan berkehendak jika hal itu mungkin (Jaiz), bukan sesuatu yang Wajib atau Mustahil (lihat Pengantar Ilmu Mantiq untuk memahami Aqidah).
(disarikan dari Kitab Kharidatul Bahiyah susunan Imam Ahmad Ad Dardir)
Wallahu a’lam
2 Komentar
Ummi Pujianto · 16. Oktober 2016 pada 13:42
Jazakallaah pak, utk dimuatnya kajian2 KMIB dlm tempat ini. Jadi msh bisa mengikuti kajian2 KMIB meski blm berkesempatan hadir. Smg Allah mudahkan sarana dakwahnya pak. Aamiin
Gery Vidjaja · 29. Oktober 2016 pada 19:42
Terima kasih Bu Ummi. Mohon doanya, Semoga Allah membantu usaha yang kecil ini.