Halaman 92 Al Manhaju Sawi

Keutamaan Ilmu dari Kalam Ulama Khalaf (lanjutan/mengulang)

Imam Abdurrahman Bilfaqih, seorang yang sangat alim ttentang ilmu yang zaahir dan bathin berkata dalam Kitab nya Fathu Bashairul Ikhwan bahwa, agama ini pada awal dan akhirnya, pada lahir (yang kelihatan) dan pada bathinnya (yang tidak tterlihat) adalah memerlukan ilmu dan amal. Agar sesuai dengan Al Quran dan Sunnah.

Ilmu adalah pokok dan dalil kita beramal

Ilmu bukan saja washilah kita beramal, juga sebagai pokok dan dalil kita melaksanakan amal ibadah. Ilmu itu seperti wazir yang mengatur negara, juga khalil (kawan dekat) kita yang menemani kita di kala susah dan senang. Ilmu merupakaan metode dan jalan untuk kita menjalani hidup kita ini. Misalnya bagaimana kita berakhlak dan bersabar menghadapi kehidupan. Termasuk kita membaca dzikir dan sholawat adalah ada ilmunya, agar benar mengamalkannya.

Ilmu adalah sebaik-baik ibadah

Bahkan menuntut ilmu itu adalah sebaik-baik ibadah kita kepada Allah, agar kita mendapat redho Allah. Karena menuntut ilmu memerlukan pengorbanan dengan mencurahkan fikiran, tenaga dan waktu untuk dapat menuntutnya.

Ketika Nabi Sulaiman alaihi salam ditanya mana yang engkau pilih: Ilmu, harta atau kerajaan? Nabi Sulaiman menjawab: aku memilih ilmu. Dan setelah Nabi Sulaiman diberi ilmu, beliau mendapat harta dan kerajaan.
Orang yang ingin beramal dan beribadah memerlukan ilmu agar amal dan ibadahnya diterima. Misalnya jika sholat, kita tidak tahu ilmu thaharah, apa itu syarat dan rukun sholat. Tanpa ilmu yang cukup dan benar, amal dan ibadah kita dapat menjadi tidak sah, karena beribadah tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alahi wassalam. Atau kita amalan lain tapi tidak tahu mana yangg halal dan haram, maka akan tertolak. Seperti kalau kita ingin bekerja di suatu tempat atau belajar di sekolah, kalau kita tidak mengikuti aturan, kita tidak akan diterima. Syaithan sangat takut kepada 1 orang alim daripada 1000 orang ahli ibadah yang tidak berilmu.

Oleh sebab itu keutamaan seorang ahli ilmu dibanding ahli ibadah, seperti Nabi dengan umatnya. Hanya kalau Nabi menerima wahyu, sedang ahli ilmu menerima atau menuntut ilmu.

Ilmu saja tidak cukup, melainkan mesti diikuti dengan taqwa dan akhlak

Jika seseorang mempunyai ilmu dan dia bertaqwa, maka dia telah mempunyai kedudukan yang amat mulia di sisi Allah. Jadi ilmu dan taqwa adalah mesti dimiliki. Kalau hanya memiliki ilmu tapi tidak bertaqwa, maka dia menjadi tidak berakhlak atau menjadi berbahaya dengan ilmunya.
Dalam suatu hadits dikatakan, jika Allah menginginkan kebaikan pada seseorang, maka Allah memberikan faqih (kefahaman) yang benar pada agama, yaitu ilmu yang lahir dan yang bathin. Ilmu fikih dan ilmu tasawuf yang menjadikannya bertaqwa. Adalah nikmat yang besar jika kita mempunyai kawan atau lingkungan yang baik, yang mendorong kita untuk mencari dan memahami ilmu. Sebaik-baik manusia adalah orang yang mengetahui mana yang halal mana yang haram. Mana yang benar dan mana yang salah.

Kata Imam Malik, seperti orang yang membuat roti, perlu campuran tepung dan garam yang tepat. Sebagaimana perlu ilmu yang seimbang antara fikih dan tasawuf. Jika seseorang sudah mengetahui ilmu fikih, maka dia juga mesti menambah ilmu akhlak dan tasawufnya. Sehingga dia menjadi orang yang alim dan juga berakhlak. Semakin meningkat Ilmu fikihnya semakin meningkat pula kualitas akhlaknya.

Orang yang alim adalah, orang yang banyak ilmunya tapi juga baik akhlak dan taqwanya. Karena hakikat ilmu adalah mengajak kita kepada ketaqwaan, mengajak kita semakin khusyuk dan takut kepada Allah. Bukan hanya untuk dibangga-banggakan, bahwa dia sudah punya riwayat atau belajar di guru, atau negara ini dan itu.

Semakin luas dan banyak ilmu seseorang, maka semakin merasa sedikit ilmunya dan tahu diri serta semakin bijaksana dan berhikmah.

Berkata Al Arif billah (orang yang mengenal Allah) Imam Ahmad bin Hasan Al Athos jika seseorang ilmunya luas, maka makin dalam pula ma’rifatnya. Dia makin sadar bahwa ilmunya sangat sedikit atau merasa bodoh dan tahu diri. Ternyata makin banyak diaa tahu bahwa banyak sekali pengetahuan yaang tidak dia ketahui. Maka dia akan semakin tawadhuk, semakin meruduk seperti padi. Maka Allah akan semakin sayang kepadanya. Jika dia melihat sesuatu maka tidak hanya melihat dari satu sisi dan semakin banyak pertimbangan, sehingga semakin bijaksana dan berhikmah. Dia akan bertambah tinggi keimanannya dan ma’rifatnya kepada Allah. Dan Allah banyak memberikan bantuan maknawi yang tidak dapat dilihat oleh mata.

Halaman 93 Al Manhaju Sawi

Nabi Adam dimuliakan karena ilmu

Imam As-Suyuti berkata, Nabi Adam dimuliakan karena Ilmu. Seandainya ada yang lebih mulia dan ilmu, maka Allah akan memberikan hal yang lebih mulia dari ilmu itu. Namun Allah menunjukkan bahwa illm adalah perkara yang mulia, dengan memberikannya kepada Nabi Adam a.s.
Padahal ilmu yang diberikan kepada Nabi Adam adalah, ilmu tentang nama-nama benda di dunia. Itupun udah menjadikan Nabi Adam begitu mulia sehingga Malaikat diperintahkan untuk sujud.

Maka ilmu syariat dan agama yang membawa manusia mengenal Allah, akan membuat orang yang memilikinya akan lebih lagi dimuliakan.

Halaman 93 Al Manhaju Sawi

Faidah ilmu menjadikan dada seseorang menjadi lapang (legowo)

Orang yang berilmu itu lebih lapang dadanya, karena mengenal ilmu tentang khillafiyah. Sedang orang yang jahil, tidak menerima perbedaan atau khilafiyah sehingga dadanya menjadi sempit atau tidak menerima. Seorang Ulama Syeikh Abdullah bin Bayaah berkata, pelajarilah ilmu tentang khilafiyah, maka engkau akan mudah berlapang dada dalam menerima perbedaan.

Ibnu Qayyim berkata, carilah ilmu yang membuat engkau menjadi lapang dada, karena tidak semua ilmu menjadikan dada kita menjadi lapang. Ketika ditanya ilmu apakah itu, yaiu ilmu yang diwariskan dari Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, inilah ilmu yang bermanfaat. Semakin banyak ilmu seseorang semakin baik akhlaknya dan semakin lapang dadanya dalam menerima perbedaan.

Halaman 94 Al Manhaju Sawi

Selain ilmu, dzikir, berbuat ihsan dan sifat berani menjadikan orang berlapang dada.

Namun selain ilmu ada lagi yang membuat seseorang itu menjadi mudah lapang dadanya yaitu berdzikir kepada Allah. Karena dzikir kepada Allah memberikan ketenangan dan kebahagian pada hatinya. Sedang orang yang lalai dari Allah akan membuat sempit dadanya.
Selain ilmu dan dzikir, adalah berbuat ihsan kepada orang lain dengan berbuat dermawan, berbagi, memberi manfaat kepada orang lain, maka hatinya akan menjadi lapang.
Orang yang berani juga menjadikannya mempunyai hati yang lapang, orang yang berani juga membuatnya mudah memberi. Sifat pengecut menjadikan orang menjadi sempit dadanya dan menjadi serba takut dalam hidupnya.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian