Baris 7

وَقَـائِمٌ غَـنِـيْ وَوَاحِـدٌ وَحَيّ ۞ قَـادِرٌ مُـرِيـْدٌ عَـالِمٌ بِكُلِّ شَيْ

Berdiri sendiri, Maha Kaya, Maha Esa, Maha Hidup, Maha Kuasa, Maha Menghendaki, Maha Mengetahui atas segala sesuatu

Mengapa mempelajari Sifat Salbiyah mesti detail, tetapi tidak detail dalam mempelajari Sifa Ma’ani?

Mempelajari Sifat Salbiyah, yaitu Sifat yang tidak layak ada pada Allah adalah lebih penting untuk dipelajari secara detail dari pada mempelajari Sifat Ma’ani yaitu Sifat Kesempurnaan yang ada pada Dzat Allah.

Kita dapat lebih detail mempelajari Sifat Salbiyah, karena Sifat yang tidak layak bagi Allah itu ada pada makhluk. Dan kita adalah makhluk Allah yang dapat menangkap sifat makhluk dengan panca indera kita. Setelah kita mengetahui secara detail sifat makhluk, kemudian kita menafikan sifat makhluk itu tidak layak ada pada Allah. Oleh sebab itu Sifat Salbiyah. selalunya didahului dengan kata tidak, seperti tidak ada awalnya (Qidam), tidak ada akhirnya (Baqa), tidak serupa dengan makhlukNya (Mukhalafatu lil hawadits), tidak perlu dengan selainNya (Qiyamuhu binafsihi) dan tidak berbilang (Wahdaniyah), Ada juga yang disebut dalam Al Qur’an, seperti tidak mengantuk, tidak tidur (ayat kursi), tidak beranak dan tidak diperanakan (QS Al Ikhlas).
Berbeda dengan Sifat Ma’ani yang ada pada Dzat Allah, Sifat yang tidak terpisah dari Dzat Allah, kita tidak dapat mengetahui secara detail, sebab kita sebagai makhluk tidak dapat menangkap hakikat Dzat Allah dengan panca indera kita.
Kita dijanjikan oleh Allah akan dapat „melihat“ Dzat Allah di syurga. Ulama memaknai „melihat“ Dzat Allah ini dengan bertambahnya pengetahuan kita tentang Dzat Allah yang merupakan puncak kenikmatan para penduduk syurga. Bahkan dikhawatirkan jika kita mengulas secara detail Sifat yang ada pada Dzat Allah justru membuat kita secara tidak sadar telah merendahkan Allah dan bukan memuliakan Allah, Na’udzu billahi min dzalik.

Dalil Sifat Ma’ani adalah Naqli dan Aqli

Ada perbedaan pendapat tentang berapa jumlah Sifat Ma’ani yang mesti dipelajari. Ada yang mengatakan 9 ada yang 7, dan yang paling sedikit adalah 5. Namun pada hakikatnya tidak berbeda pada intinya. Dalam Aqidatul awwam disebutkan 7 Sifat : Qudrah, Iradah, Ilmun, Hayyun, Sama‘, Bashar dan Kalam.
Sifat Ma’ani ini dapat kita mengetahui dan meyakini dengan Dalil Naqli (menurut Quran dan Hadits dan Dalil Aqli (menurut akal). Oleh sebab itu akal mempunyai peran penting untuk mempelajari Sifat Allah dengan dalil Aqli.

4 Sifat pertama dari Sifat Ma’ani yang dapat kita ketahui melihat makhluk Allah atau alam semesta.

Ada 4 Sifat pertama dari Sifat Ma’ani yang dapat kita ketahui dengan akal tanpa perlu dengan dalil Naqli, oleh sebab itu seorang yang tidak mengenal Islam atau tidak mengenal Al Quran dan Hadits dapat memahaminya, jika dia memperhatikan dan berfikir tentang ciptaan Allah. Sifat itu adalah Qudrah, Iradah, Ilmun dan Hayyun.

Dengan melihat makhluk yaitu alam semesta yang senantiasa berubah, maka akal kita akan sampai pada kesimpulan bahwa alam ini pasti ada Dzat Yang Maha Pencipta yang menciptakannya. Mustahil alam semesta ini ada dengan sendirinya.

Setelah kita yakin akan adanya Pencipta alam semesta ini, kemudian kita pasti berfikir bahwa Sang Pencipta alam semesta ini adalah pasti sangat berkuasa dan sangat mampu untuk menciptakan alam semesta ini. Maka Dzat Sang Pencipta pasti mempunyai Sifat Maha Kuasa (Qudrah),

Setelah itu kitapun berfikir bahwa Pencipta alam semesta ini pasti mempunyai Kehendak untuk menciptakan alam ini. Mustahil alam semesta ini diciptakan begitu saja tanpa dikehendaki oleh Sang Pencipta. Oleh sebab itu Sifat Allah pasti Sifat Maha Berkehendak (Iradah). Jika Allah Berkehendak untuk tidak menciptakan sesuatu, maka sesuatu itu tidak akan ada.

Setelah kita meyakini bahwa Sang Pencipta alam semesta ini mempunyai Sifat Qudrah dan Iradah, maka kita pun akan sampai pada kesimpulan bahwa Sang Pencipta alam semesta ini pasti Maha Mengetahui apa-apa yang diciptakanNya dengan tepat dan detail, sehingga ciptaannya begitu luar biasa kompleks tetapi ada teraturan sebagaimana yang kita lihat pada alam semesta. Mustahil alam semesta ini dicptakan tanpa ilmu atau dalam kejahilan. Sang Pencipta pasti Maha Mengetahui tentang ciptaanNya yang luar biasa ini.

Setelah kita meyakini Allah adalah bersifat Maha Berkuasa, Maha Berkehendak dan Maha Mengetahui, kitapun yakin bahwa Allah adalah pasti Maha Hidup, karena dzat yang mati tidak akan dapat melakukan apa-apa.

Ini dalil Aqli yang dapat kita gunakan untuk kita dapat memahami dan meyakini Sifat Qudrah, Sifat Iradah, Sifat Maha Mengetahui dan Sifat Maha Hidup tanpa dalil Naqli, sehingga orang yang tidak mengenal Al Quran dan Hadits pun dapat kita ajak berbicara untuk memikirkannya dengan melihat alam semesta.

Sifat Qudrah (Maha Kuasa)

Sifat Qudrah (Maha Kuasa) adalah Sifat yang ada pada Dzat Allah. Sifat Qudrah Allah juga mempunyai 5 Sifat Salbiyah, sebagaimana Sifat Dzat Allah. Sifat Qudrah bersifat Qidam (tidak ada awal) dan Baqa (tidak ada akhir). Sifat Qudrah Allah tidak berubah-ubah, tidak terikat oleh waktu. Sifat Qudrah Allah berbeda sama sekali dari sifat kuasa manusia. Sifat Qudrah Alla tidak diciptakan, sedang sifat kuasa makhluk adalah diciptakan oleh Allah. Sifat Qudrah Allah tidak tergantung dari selainNya (makhluk). Tidak ada selain Allah yang mempunyai Sifat Qudrah sebagaimana Allah.

Apa faedah dari Sifat Qudrah pada makhluk?

Sifat Qudrah adalah Sifat yang menjadikan sesuatu yang tiada menjadi ada, atau sesuatu yang ada menjadi tidak ada. Sifat inilah yang membuat perubahan keadaan makhluk Allah. Artinya Sifat Qudrah ini yang mengubah suatu keadaan kepada keadaan lain dari makhluk.

Sifat Iradah (Maha Berkehendak)

Sifat Iradah (Maha Berkehendak) adalah Sifat yang ada pada Dzat Allah. Sifat Iradah Allah juga mempunyai 5 Sifat Salbiyah, sebagaimana Sifat Dzat Allah. Jika diuraikan; SIfat Iradah bersifat Qidam (tidak ada awal) dan Baqa (tidak ada akhirnya, yaitu tidak terikat oleh waktu. Sifat Iradah Allah tidak diciptakan, tidak sama dengan sifat kehendak makhluk yang diciptakan. Sifat Iradah Allah tidak tergantung dari selainNya. Tidak ada selain Allah yang mempunyai Sifat Iradah sebagaimana Allah.

Apa faedah dari Sifat Iradah?

Sifat Iradah adalah Sifat yang menginginkan satu pilihan yang terjadi dari beberapa kemungkinan yang ada pada makhluk.

Sifat Qudrah dan Iradah hanya berkaitan (ta’aluq) dengan perkara yang Jaiz (mungkin)

Ada 6 perkara Jaiz (mungkin) yang ada pada makhluk, dimana di setiap perkara itu ada beberapa kemungkinan dan dari beberapa kemungkinan itu ada satu pilihan yang ditentukan oleh Sifat Iradah Allah yaitu:

  1. Wujud atau tidak wujud, disini ada 2 pilihan yang masing masing punya 50% kemungkinan: wujud (diciptakan) atau tidak wujud (tidak diciptakan)
    Misalnya: alat MP3 yang ada. Allah telah takdirkan alat MP3 ini ada (diciptakan).
  2. Waktu kapan adanya atau tidak adanya, di sini ada banyak sekali kemungkinan.
    Misalnya: MP3 diadakan mulai waktu tertentu dan pasti akan kembali tidak ada suatu hari nanti, sesuai yang Allah Kehendaki.
  3. Tempat (keberadaan) dari makhluk,
    Misalnya: MP3 diadakan di suatu tempat
  4. Ukuran dari makhluk
    Misal: MP3 berukuran tertentu yang menempati suatu ruang.
  5. Arah dari makhluk relatif terhadap makhluk yang lain.
    Misal: MP3 ada dihadapan seseorang sehingga dapat dipegang dan digunakan.
  6. Sifat dari makhluk (warna, bau, berat dan sebagainya )
    Misal: MP3 warnanya hitam, berat sekian gramm

6 perkara itu hanya ada pada makhluk dan mustahil ada pada Allah.
Sifat Qudrah dan Iradah hanya berhubungan dengan perkara yang mungkin saja (Jaiz). Dan tidak berhubungan dengan perkara yang Wajib dan yang Mustahil.

Munurut hukum akal sesuatu perkara yang Wajib tidak akan berubah menjadi Jaiz, atau sebailknya. Sesuatu perkara yang Jaiz tidak akan berubah menjadi Mustahil, atau sebailknya. Dan sesuatu perkara yang Wajib tidak akan berubah menjadi Mustahil, atau sebailknya. Jadi perkara yang Wajib tidak akan berubah menjadi Jaiz atau Mustahil, perkara yang Jaiz tidak akan berubah menjadi Wajib atau Mustahil, dan perkara yang Mustahil tidak akan berubah menjadi Jaiz atau Wajib,

Menjawab pertanyaan nyeleneh

Dengan mempelajari Ilmu Aqidah ini kita akan mudah menjawab pertanyaan pertanyaan yang nyeleneh dari orang orang yang tidak belajar ilmu Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah atau dari orang-orang yang sesat dan ingin menyesatkan orang lain sebagai berikut:

Pertanyaan : Apakah Allah dapat menciptakan tuhan lain?
Jawaban : adanya tuhan lain selain Allah adalah perkara yang Mustahil. Sifat Qudrat dan Iradat hanya berkaitan dengan perkara Jaiz dan tidak berkaitan dengan perkara yang Mustahil dan Wajib. Maka Allah tidak dapat menciptakan tuhan lain bukan karena Allah tidak bersifat Qudrah (Maha Kuasa) dan tidak bersifat Iradah (Maha Berkehendak) melainkan karena adanya tuhan lain adalah perkara yang Mustahil, bukan perkara yang Jaiz.

Pertanyaaan : Apakah Allah dapat menciptakan makhluk yang lebih besar ukurannya dari Allah?
Jawaban : Allah bukanlah makhluk, sedang ukuran hanya ada pada makhluk. Maka Mustahil Allah dapat dibandingkan dengan ukuran makhluk. Kemudian ada lagi yang pertanyaan nyeleneh tambahan, kalau begitu Allah khan Maha Kuasa tentu bisa membuat Dirinya menjadi punya ukuran. Sudah dijelaskan diatas bahwa perkara yang mustahil tidak dapat diubah menjadi perkara yang mungkin. Kalau perkara itu bisa diubah tentulah perkara itu dari awal tidak disebut perkara mustahil, tetapi perkara yang mungkin. Ukuran hanyalah sifat dari makhluk. Maka Allah tidak dapat menciptakan makhluk yang ukurannnya lebih besar dari Allah, bukan karena Allah tidak bersifat Qudrah (Maha Kuasa) dan tidak bersifat Iradah (Maha Berkehendak) melainkan karena adanya ukuran pada Allah adalah perkara yang mustahil, bukan perkara yang jaiz (mungkin).

Sebagai perumpamaan ada seorang pelukis yang ahli dalam melukis berbagai bentuk. Kemudian ditanya oleh seseorang : “Wahai pelukis dapatkan anda melukis sebuah batu berbentuk bola tetapi sekaligus berbentuk kotak?”
Tentu sang pelukis menjawab : “Mohon maaf, saya tidak bisa, karena bentuk bola dan bentuk kotak mustahil ada pada satu batu. Yang mungkin adalah satu batu berbentuk bola atau satu batu berbentuk kotak.”
Jadi pelukis itu tidak dapat melukis sebuah batu berbentuk bola dan sekaligus berbentuk kotak, adalah karena bentuk itu mustahil ada pada sebuah batu, dan bukan berarti bahwa pelukis itu tidak mampu melukis (Red.).

Wallahu a’lam

Text lengkap dan terjemah Aqidatul Awwam dalam dilihat di Kitab Aqidatul Awam Dan Terjemah [PDF] (terjemahkitab.com).


2 Kommentare

Pneumo Frankfurt · 5. Juli 2023 um 17:51

Ich finde es wichtig, dass wir uns selbst Liebe und Fürsorge schenken, um unsere Gesundheit
zu fördern.

    KMIB_e.V · 15. Juli 2023 um 10:18

    Vielen Dank für den Besuch unserer Webseite und für den Komentar.
    Ja, sie haben völlig Recht, dass wir uns gegenseitig Liebe und Fürsorge schenken. Das ist unsere Aufgabe um den Propheten Muhammad (shallallahu alaihi wassalam) zu folgen.

Schreibe einen Kommentar

Deine E-Mail-Adresse wird nicht veröffentlicht. Erforderliche Felder sind mit * markiert.

de_DEGerman