Baris 6

فَـاللهُ مَـوْجُـوْدٌ قَـدِيْمٌ بَاقِـي ۞ مُخَـالِـفٌ لِلْـخَـلْقِ بِاْلإِطْـلاَقِ

Allah itu Ada, Qodim, Baqi dan berbeda dengan makhluknya secara mutlak

Sifat Nafsiyah : Allah Wajib (Pasti) bersifat Wujud (Ada)

Kewajiban mengenal Allah bukan mengetahui hakikat Dzat Allah

Kewajiban mengenal Allah adalah dengan mengetahui Sifat-Sifat Allah, bukan mengetahui hakikat Dzat Allah, karena akal kita tidak akan mampu. Kitapun tidak disuruh dan bahkan dilarang untuk berfikir tentang Dzat Allah. Untuk mengetahui hakikat diri manusia yang dapat kita lihat saja kita tidak mampu. Mungkin kita hanya mampu mempelajari tubuh lahiriah kita yang dapat kita tangkap dengan panca indra, tetapi ruhaniah diri kita, kita tidak mampu. Apalagi mengenal Dzat Allah yang tidak dapat kita tangkap dengan panca indera kita. Dengan panca indra, kita hanya dapat menangkap ciptaan Allah, itupun secara terbatas. Tetapi ini sudah cukup untuk kita dapat mengenal Sifat-Sifat Allah.

Mengenal Allah dengan menggunakan akal yang benar

Secara syariat kewajiban kita adalah cukup mengetahui Sifat-Sifat Allah dengan memperhatikan ciptaan Allah dengan menggunakan akal yang telah Allah karuniakan kepada kita. Oleh sebab itu di dalam Al Quran banyak sekali ayat-ayat yang mengajak kita untuk berfikir tentang ciptaan Allah. Al Quran banyak memuji akal dan manusia yang menggunakan akalnya dengan benar.
Namun di zaman sekarang ada sebagian manusia yang merendahkan bahkan memfitnah akal, dengan mengatakan bahwa akal menyebabkan faham liberalisme (kebebasan berfikir tanpa batas). Padahal tidak pernah Al Quran merendahkan atau menghina akal. Yang ada di dalam Al Quran adalah merendahkan hawa nafsu dan manusia yang menuruti hawa nafsunya.
Oleh sebab itu perlu kita belajar agar kita dapat menggunakan akal kita dengan benar

Makna Sifat Nafsiyah : Allah Wajib bersifat Wujud.

Sifat Nafsiyah adalah sifat yang menunjukkan adanya sesuatu itu sendiri (nafsi), tanpa menambah sifat pada sesuatu itu. Sifat Nafsiyah hanya satu yaitu Sifat Wujud.
Allah Wajib bersifat Wujud (ada), Allah benar-benar ada dan bukan hanya sekedar konsep yang difikirkan oleh sebagian orang yang telah keliru dalam menggunakan akalnya. Mereka mengatakan sesuatu itu ada, jika orang itu berfikir bahwa sesuatu itu ada, walaupun sesuatu itu sebenarnya tidak ada. Sebaliknya jika dia berfikir bahwa sesuatu itu tidak ada maka dianggapnya (berprasangka) sesuatu itu tidak ada, walaupun sesuatu itu sebenarnya ada.
Misalnya zaman sekarang banyak fenomena adanya account virtual dalam media sosial, yang membuat manusia mengira account itu benar benar ada di dunia nyata. Padahal account ini sebenarnya hanyalah ada di dunia maya (virtual) dan tidak ada di dunia nyata.
Sedang Allah adalah benar-benar ada dan bukanlah hanya konsep yang difikirkan manusia. Jadi apapun yang difikirkan manusia tentang Allah, Allah adalah benar-benar Wujud (Ada).

Dengan berfikir yang benar kita dapat meyakini kepastian Sifat Wujud Allah

Jika kita berfikir dengan akal secara benar dan mendalam, adanya alam semesta ini yang begitu luar biasa, begitu kompleks dengan keteraturannya adalah bukti ada yang menyebabkan adanya alam semesta itu, mustahil alam semesta ini ada dengan sendirinya. Akal kita tidak akan menerima bahwa alam semesta ini ada dengan sendirinya. Pasti ada suatu Dzat Yang Maha Kuasa Yang Menciptakannya, yaitu Allah Yang Maha Pencipta.
Di dalam Kitab, sering diceritakan bahwa seorang yang pernah mengetahui tentang 100 dalil bukti adanya Allah dari Imam Juwaini yang terkenal. Ketika bertemu dengan seorang Badui, dia berkata kepada orang orang Badui berkata “Tahukah anda tentang adanya 100 dalil tentang adanya Allah?”.
Orang Badui itu tampak heran dan menjawab “Untuk membuktikan adanya Allah perlu ada 100 dalil, anda sehat?”
Kemudian orang tadi bertanya “Jadi apa bukti anda tentang adanya Allah”
Orang Badui memberikan jawaban sederhana “Jika ada telapak kaki hewan atau ada kotoran hewan, sudah pasti ada penyebabnya yaitu hewan yang telah melalui tempat itu dan membuang kotoran di situ. Maka jika kita melihat bintang di langit, lautan yang luas bumi di alam ini, sudah pasti ada yang menyebabkan semua itu ada, itulah Allah Maha Pencipta Yang Menciptakan alam semesta.
Di dalam Al Quran memang tidak ada ayat yang berbunyi bahwa Allah adalah bersifat Wujud, tetapi Al Quran mendorong manusia untuk berfikir tentang ciptaan Allah – termasuk penciptaan diri kita sendiri – yang membawa kita sampai kepada kesimpulan tentang WujudNya Allah. Allah berfirman dalam Al Quran Surat Ad-Dzariyat:20-21

وَفِي الْأَرْضِ آَيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda kekuasan Allah bagi orang orang yakin, dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”

Oleh sebab itu dalam mempelajari ilmu Aqidah, kita perlu sekali berfikir dengan menggunakan akal secara benar agar kita benar-benar yakin akan adanya Allah.

Akibat tidak menggunakan akal dengan benar

Karena keliru menggunakan akalnya, ada sebagian manusia yang berfikir bahwa alam semesta ini terjadi dengan sendirinya atau tidak ada penciptanya. Maka mereka akan berfikir mana yang lebih dulu ayam atau telur, karena dalam pemikirannya, ayam berasal dari telur yang menetas keluar anak ayam yang kemudian menjadi ayam dewasa, dan telur keluar dari induk ayam. Akhirnya pemikiran ini tidak ada akhirnya, dan mereka menjadi bingung karena keliru menggunakan akalnya.
Mereka juga tidak punya jawaban, mana yang lebih dahulu anak atau orang dewasa. Karena anak dilahirkan oleh pasangan orang dewasa. sedang orang dewasa dahulunya adalah anak-anak. Ada juga teori Darwin yang berfikir manusia berasal dari kera dan kera dan makhluk lain yang lebih sederhana dan setelah itu makhluk yang lebih sederhana lagi dan seterusnya. Padahal itu semua adalah hanya prasangka mereka.
Kalau kita menggunakan akal secara benar, teori mereka ini adalah mustahil, karena alam semesta ini memang hanya mungkin terjadi karena adanya Allah Yang Maha Pencipta.
Maka amat mudah untuk menjawab asal usul manusia. Bahwa semua manusia ini berasal dari pasangan Nabi Adam dan Siti Hawa. Sedang Nabi Adam dan Siti Hawa adalah diciptakan oleh Allah langsung menjadi manusia dewasa, tanpa melalui proses bayi dan anak-anak.

Sifat Salbiyah: Allah Wajib (Pasti) bersifat Qidam (tidak ada awal) dan Baqa (tidak ada akhir)

Makna Sifat Salbiyah

Sifat Salbiyah adalah Sifat yang menolak sifat kekurangan atau kelemahan. Maka Sifat Salbiyah lebih mudah disampaikan dengan memulai dengan kata tidak. Memang di dalam Al Quran ada disebut Sifat Salbiyah Allah yang dimulai dengan kata tidak, seperti dalam ayat Kursi (Al Baqarah:255). Allah tidak mengantuk dan tidak tidur. Dalam Surat Al Ikhlas, disebutkan Allah tidak beranak dan tidak diperanakan.
Apa perlunya Al Quran memberitahukan Sifat Salbiyah ini? Karena untuk menegaskan kesempurnaan Allah. Penjelasan tentang Sifat Salbiyah perlu dijelaskan oleh ulama secara detail dan jelas tidak boleh ambigu, tidak boleh multi tafsir, agar umat Islam tidak keliru dalam memahami Sifat Dzat Allah.
Kita sebagai makhluk lebih mudah memahami sifat makhluk yang dapat kita tangkap dengan panca indra. Dengan itu kita dapat lebih mudah pula memahami bahwa Sifat Dzat Allah tidak sama dengan sifat dzat makhluk dan bukan seperti sifat dzat makhluk.

Allah Wajib (Pasti) bersifat Qidam (tidak ada awal) dan Baqa (tidak ada akhir)

Qidam dapat diartikan dengan tidak ada awal. Maksudnya Dzat Allah ada tanpa ada awal atau tanpa permulaan. Kita melihat bahwa makhluk yang dapat kita lihat ini pasti mempunyai permulaan.
Baqa dapat diartikan dengan tidak ada akhir. Maksudnya Dzat Allah ada tanpa ada akhir atau tidak akan menjadi tiada. Sedang kita melihat bahwa makhluk akan mengalami kematian atau ada masa akhirnya.
Manusia mulai ada ketika dia dilahirkan, dan akan berakhir keberadaannya dengan kematian. Bahkan setiap kejadian kita lihat ada permulaanya dan akan ada akhirnya. Inilah sifat dzat makhluk yang kita mudah untuk ketahui dan buktikan.

Allah tidak terikat waktu

Maka dengan penjelasan ini lebih mudah bagi kita untuk memahami bahwa Allah itu tidak ada awal dan tidak ada akhir. Kalau kita lebih dalami dari pemahaman Sifat Qidam dan Baqa, maka dapat difahami bahwa Allah itu tidak terpengaruh oleh waktu. Maksudnya bagi Allah tidak ada istilah masa lalu, masa sekarang atau masa yang akan datang. Dzat Allah tidak mengalami perubahan, karena perubahan adalah akibat keadaan yang terikat waktu.
Bagi makhluk, dengan berjalannya waktu, maka makhluk akan ikut menua seperti waktu yang dilaluinya sesuai dengan Kehendak Allah. Sedang Allah sama sekali tidak berubah dengan berjalannya waktu, karena waktu adalah makhluk yang ada dalam Kuasa Allah.
Oleh sebab itu Allah Maha Mengetahui semua makhluk dari sebelum makhluk itu ada, kemudian mulai ada, dan seterusnya sampai makhluk itu kembali tiada atau dipanjangkan umurnya sesuai dengan Kehendak Allah.

Penjelasan Syurga dan Neraka yang kekal abadi

Kita mengetahui dari Quran dan Hadits bahwa Syurga dan Neraka akan kekal abadi bersama dengan penghuninya. Berbeda dengan Allah, kekal dan abadinya Syurga dan Neraka adalah karena atas Kehendak Allah bukan karena Syurga dan Neraka itu sendiri.
Perlu dijelaskan lagi bahwa Syurga dan Neraka itu mengalami perubahan dengan berjalannya waktu sesuai waktu yang Allah Kehendaki. Sebagaimana Firman Allah, keberadaan Syurga dan Neraka terus berlangsung dalam jangka waktu yang tidak terbatas sesuai yang Allah Kehendaki. Berbeda dengan Allah Yang Maha Kekal tanpa ada perubahan dan tanpa akhir adalah karena Sifat Salbiyah Qidam dan Baqa dari Dzat Allah itu sendiri.

Wallahu a’lam

Text lengkap dan terjemah Aqidatul Awwam dalam dilihat di Kitab Aqidatul Awam Dan Terjemah [PDF] (terjemahkitab.com).


0 Kommentare

Schreibe einen Kommentar

Deine E-Mail-Adresse wird nicht veröffentlicht. Erforderliche Felder sind mit * markiert.

de_DEGerman