As Sami’(السَّمِيعُ)

As Sami’ artinya Yang Maha Mendengar. Sifat ini termasuk satu dari Sifat Ma’ani dalam Sifat Wajib Allah yang 20. Namun dalam dalam kajian Asmaul Husna ada beberapa tambahan yang disampaikan oleh Imam Ghazali.
Allah Maha Mendengar atas segala sesuatu yang wujud baik yang zahir, maupun yang bathin. Allah Mendengar yang sirr atau yang rahasia dan juga suara bisikan bahkan yang paling tersembunyi sekalipun.
Kita tidak mendengar suara yang dibalik tembok, suara yang halus atau suara yang jauh. Allah mendengarkan geraknya semut hitam yang berjalan di batu hitam di malam gelap gulita. Ini mudah saja bagi Allah. Karena ciptaan Allah seperti kelelawar saja dapat mendengar suara dari jarak yang jauh hingga kilometer jauhnya. Sedang Allah tidak tergantung dan tidak terikat kepada jarak dan waktu.

Orang yang mendapat cahaya Nama Allah As-Sami’

Orang yang mendapat cahaya nama As Sami’, adalah orang yang berjuang dan beribadah karena Allah tanpa mengharapkan pujian dan pengakuan dari orang lain, dan tidak pula minta untuk dibenci atau dibiarkan, melainkan berjuang dan beribadah semata-mata karena Allah. Jadi fokus berjuang dan beribadah tetap pada Allah. Fokus pada perintah Allah yang telah dipelajari dan difahami.
Tidak perlu kita berharap pada pengakuan orang lain, atau khawatir menjadi dikenal. Perhatian kita hanya pada Allah. Pada perintahnya dan dengan ilmu yang kita dapat dari guru-guru kita. Kita melakukan ibadah dan berjuang semampu kita. Kita tidak mengklaim bahwa diri kita paling benar. Tapi kita yakin dengan ilmu yang kita dapat dari ijtihad guru kita yang bersanad hingga Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Sehingga kita terbuka. Jika kita salah, maka yang disalahkan adalah kita bukan Islamnya.
Kalau kita mengharapkan dipuji atau takut dikenal, maka kita akan kecewa karena tergantung dengan makhluk.
Allah tidak memerlukan alat pendengar untuk mendengar. Allah Mendengar dengan Sifat Maha Mendengar. Allah mendengar tidak menjadikan Allah lebih tahu, sebab Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu tanpa terikat waktu. Pengetahuan Allah tidak bertambah dan berkurang.
Nama Allah As-Sami’ biasanya selalu disandingkan dengan Nama Al-Bashir. Dan selalu As-Sami’ disebut terlebih dahulu dari Al-Bashir. Hikmahnya adalah kita diperintahkan untuk mendengarkan sesuatu terlebih dahulu baru melihat. Karena dengan mendengar, kita lebih dapat fokus dan memahami sesuatu, berita atau juga ilmu.
Pendengaran kita terbatas hanya yang dapat ditangkap oleh telinga kita. Namun kadang.kadang Allah memberikan kemampuan kita mendengar sesuatu yang bathiniah yang berupa anugerah. Ini disebut kasyaf atau ilham, sehingga kita dapat tahu karena mendengar sesuatu yang tidak biasa. Misalnya: mendapatkan kasyaf mengetahui karena mendengar ada orang yang membicarakan keburukan dirinya. Padahal adalah lebih baik jika dia tidak mendengarnya, sehingga tidak mengganggu dirinya. Jadi kasyaf sebenarnya kadang-kadang adalah ujian bagi hamba yang mendapatkannya,

Apa yang mesti diperhatikan seorang hamba terhadap Sifat Allah As-Sami’?

Imam Ghazali mengatakan ada mesti diperhatikan oleh seorang hamba pada Sifat Allah As-Sami’ yaitu:
Pertama: Dia hendaknya selalu sadar bahwa Allah Maha Mendengar apapun yang keluar dari lisannya, sehingga dia selalu berhati-hati dalam bertutur kata. Selain itu dia juga merasa cukup bahwa Allah yang menjadi saksi dan Maha Mendengar segala tutur katanya, sehingga tidak perlu takut jika ada orang yang memelintir kata-katanya. Dia tidak perlu risau atau emosi untuk memberi penjelasan kepada manusia tentang apa yang sebenarnya telah dikatakannya, kecuali jika itu memang diperlukan.
Kedua: Allah telah memberikannya pendengaran, maka hendaknya dia banyak mendengarkan Kalam Allah dan hadits Rasulullah shallalahu alaihi wassalam serta kata-kata para kekasih Allah yang mendatangkan hidayah Allah yang bermanfaat baginya, sehingga dia dapat memanfaatkan nikmat Allah mendengarkan itu dengan mendekatkan diri kepada Allah.

Al Bashir (الْبَصِيرُ)

Al Bashiir artinya Yang Maha Melihat. Sebagaimana Sifat Allah As-Sami’, Allah Melihat tanpa alat penglihatan, melainkan melihat dengan Sifat Maha Melihat. Semua yang wujud tidak luput dari Penglihatan Allah, baik yang zahir maupun yang tersembunyi (bagi makhluk)
Allah Melihat tidak seperti kita melihat. Kita melihat sangat terbatas, kita melihat dengan alat penglihatan dan sangat tergantung dengan jarak, cahaya dan segala yang memungkinkan kita melihat. Kalau kita melihat sesuatu, maka gambar yang kita lihat masuk ke dalam fikiran atau ingatan kita, sehingga ada tambahan pengetahuan baru. Penglihatan pada Allah tidak menambah Ilmu Allah sama sekali. Ilmu Allah tidak bertambah dengan Melihat dan Mendengar, karena Ilmu Allah sudah sempurna, tidak tergantung dan terikat oleh waktu dan ruang. Sedangkan makhluk pengetahuannya dapat bertambah, namun juga dapat berkurang atau lupa dengan yang telah dia tahu atau yang telah dia lihat dan dengar.

Hamba yang sadar Nama Allah Al-Bashir

Seorang hamba yang mengetahui Nama Allah Al Bashir Yang Maha Melihat, maka semestinya sadar bahwa Allah selalu melihat kita. Apakah yang Allah sangat lihat/pandang pada diri kita? Yaitu hati kita. Maka seseorang yang selalu merasa dipandang oleh Allah, timbullah keadaan dimana hamba Allah itu selalu diperhatikan Allah yang disebut dengan Muraqabah. Hati selalu merasa diawasi Allah, sehingga hamba Allah itu tidak akan berani untuk maksiat kepada Allah, baik dosa kecil apalagi dosa besar. Maka hatinya akan selalu bertaubat kepada Allah, karena takutnya kepada Allah.
Maka seseorang yang berbuat maksiat, sesungguhnya ketika itu hatinya sedang lalai sehingga tidak lagi merasa diawasi oleh Allah. Bahkan karena lalai, seorang hamba menikmati maksiat yang dilakukan.
Jadi jika kita ingin mencari orang yang munafiq, maka orang itu adalah diri kita sendiri, karena kita mengetahui hati kita sebenarnya yang sering lalai kepada Allah, sedang Allah selalu melihat kita.
Jika kita ingin meningkatkan khusyu kepada Allah, maka cukuplah kita mendalami dua Nama Allah ini As-Sami’ dan Al-Bashir. Semoga dengan terus kita mendalami kedua Nama Allah ini, Allah angkat sedikit demi sedikit hijab hati kita terhadap Allah, sehingga hati kita dapat selalu merasa diawasi oleh Allah.


1 Kommentar

agung prasetyo · 1. September 2021 um 0:45

pdf Asmaul Husna

Schreibe einen Kommentar

Deine E-Mail-Adresse wird nicht veröffentlicht. Erforderliche Felder sind mit * markiert.

de_DEGerman