Ar Razzaaq (الرَّزَّاقُ)

Ar-Razzaq artinya Yang Maha Memberi rezeki. Allah memberikan rezeki kepada hamba yang diperlukan oleh hamba itu, dimana hamba itu dapat memperolehnya baik secara halal maupun secara haram. Jadi dalam Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah apa yang didapat hamba disebut rezeki. Orang yang dapat harta dengan korupsi, juga disebut mendapat rezeki, tetapi rezeki yang haram. Orang yang dapat haram dengan mencuri, dia mendapat rezeki yang haram. Sedang orang yang mendapatkan harta dengan bekerja sesuai syariat, dia mendapat rezeki yang halal.

Dua Jenis Rezeki

Rezeki terbagi dua sebagaimana diri kita terdiri dari dua yaitu lahir dan bathin.
Yang pertama rezeki yang lahiriah/materi atau disebut juga rezeki hissi, rezeki yang dapat dilihat. Seperti uang, rumah, pasangan atau anak. Yang termasuk materi yang lebih tinggi atau semi materi adalah jabatan dan popularitas. Itu sebabnya ada orang kaya yang telah memiliki harta yang berlebih, tapi masih belum juga puas karena masih memerlukan rezeki yaang semi materi ini yaitu menginginkan popularitas, ingin terkenal. Ini juga dapat menjangkit pada pendakwah jika dia melakukannya karena ingin dikenal. Walaunpun sebenarnya para Dai itu mau atau tidak mau, akan menjadi dikenal di kelompoknya. Jadi semestinya seorang Dai fokus pada tugasnya yaiu mengajak orang kepada Allah. Terkenal atau tidak dikenal bukan menjadi tujuan atau sesuatu yang penting yang mengganggu tugasnya, melainkan dia serahkan kepada Allah. Dia hanya ingin menjadi hamba Allah yang baik yang ingin mengajak orang kepada Allah

Yang kedua adalah rezeki bathin, yaitu rezeki yang mengisi hati kita sehingga kita mendapat ketenangan hati yang hakiki. Ini hanya dapat diperoleh jika Allah telah menjadi dzikir dalam qolbunya. Rezeki bathin yang terbesar bagi kita adalah ma’rifatullah atau hati yang mengenal Allah. Jadi jika kita sedang berdzikir dan ingat kepada Allah, kita sedang mendapat rezeki bathin. Inilah rezeki yang mestinya kita cari, tidak hanya rezeki lahir yang mesti dicari. Itu sebabnya sering kita dengar tausiyah yang mengingatkan kita kepada Allah dengan santapan rohani.
Semoga kajian kita ini termasuk sebagian rezeki bathin yang diberikan Allah kepada kita.
Jika seseorang mendapat rezeki bathin ini, jadilah kita memperoleh kedudukan di sisi Allah. Awal dari rezeki bathin itu adalah pengenalan atas Nama dan Sifat Allah.

Imam Ghazali yang menulis Kitab ini adalah seseorang yang istimewa. Beliau dalam khalwatnya lebih kurang selama 10 tahun, telah mendapat banyak khazanah rezeki bathin, yang telah beliau tuangkan dalam Kitab-Kitabnya. Beliau menulis dalam Kitab lebih kurang 4-5 tahun saja. Kalau dilihat dari waktu yang pendek ini, sangat sulit kita bayangkan dapat menulis Kitab Ihya Ulumudin, Kitab Al Maqshad Al Asna ini dan banyak lagi. Ini tidak mungkin ditulis kecuali jika Imam Ghazali menulis ilmu yang sudah ada dalam hatinya. Inilah rezeki bathin yang diberikan Allah kepada Imam Ghazali, yang dapat dinikmati orang hingga hari ini dan dapat diwariskan atau dihibahkan kepada yang orang yang dikehendaki Allah.
Semoga dengan kita mempelajari Kitab beliau ini, kita mendapatkan hibah ilmu dari rezeki bathin dari Allah yang Maha Memberi rezeki. Orang yang mendapat hibah ini adalah orang yang mendapat rahmat atau kasih sayang dari Allah yang Maha Pemberi Rahmat.

Orang yang mendapat cahaya Nama Ar-Razzaaq

Hamba Allah yang mendapat cahaya Sifat Allah Ar-Razzaaq, akan suka membagikan rezeki kepada orang lain. Jika ia menerima rezeki yang lahiriah, maka diapun akan suka membagi rezeki lahiriah, jika ia mendapat ilmu yaang bathiniah, maka iapun suka membagikan rezeki yang bathiniah pula.
Bagaimana dengan Professor atau Dosen ilmu duniawi? Mereka termasuk yang menerima rezeki lahiriah, karena hakikatnya yang dibagikan adalah ilmu untuk mengenal dunia. Yang dimaksud dengan hamba Allah yang membagikan rezeki yang bathiniyah adalah guru yang membagi ilmu tentang mengenal Allahu Ta’ala, dengan NamaNya dan SifatNya, maka inilah rezeki yang bahin. Jadi kita bersyukur karena beruntung mendapatkan rezeki yang bathin, yaitu ilmu tentang Asma dan Sifat Allah untuk mengenal Allah Yang Memiliki Asmaul Husna.
Orang hanya dapat memberi apa yang dia miliki. Orang itu hanya dapat memiliki apa yang Allah beri. Jadi jika kita ingin rezeki bathiniyah ilmu tentang Allah, kita mesti mencari orang yang telah diberi ilmu itu. Jika kita ingin ilmu berdzikir, maka kita mesti belajarr dari orang yang ahli berdzikir. Orang yang hanya memiliki rezeki yang lahiriah hanya dapat membagi rezeki yang lahiriah pula.

Al Fattaah (الْفَتَّاحُ)

Al Fattaah atinya Maha Pembuka. Dapat juga berarti Hakama yang artinya Yang Maha Memutuskan. Dalam Surat Al Nashr, makna Fath adalah kemenangan.
Al Fattaah dengan makna Maha Pembuka, dapat berarti yang membuka fikiran yang tadinya buntu, sehingga menemukan jalan keluar atau memahami ilmu yang diajarkan. Yang Membuka hati, yang tadinya keras, sehingga menjadi lunak untuk mengenal Allah Ta’ala. Yang Membuka hati yang tadinya benci marah, menjadi mudah memaafkan. Maka jika kita merasa marah dan benci tidak dapat memaafkan seseorang maka coba kiat berdzikir dengan Ismu Al Fattah, semoga Allah buka hati kita untuk dapat memaafkan.
Allah juga Maha Pembuka untuk perkara yang lahiriah, seperti rezekinya menjadi terbuka, rezeki lancar dan sebagainya. Orang yang belajar satu ilmu, kadang susah untuk memahami, maka Allah membuka fikiranya menjadi mudah memahaminya, sehingga menjadi cerdas.
Namun ini belum berarti apa-apa, jika dibandingkan jika Allah Membuka qolbu hambaNya sehingga hamba itu mengenal Allah Ta’ala. Dan hamba Allah hanya dapat mengenal Allah jika hatinya dibukakan oleh Allah Yang Maha Pembuka untuk mengenal Allah.
Orang yang telah mendapat cahaya Al Fattah yang seperti ini akan dapat membantu kita, menjadi wasilah agar Allah membuka hati kita. Jadi bersyukur dan beruntung kita jika kita dapat bertemu wali Allah yang membuat hati kita terbuka untuk mendapat rahasia-rahasia untuk mengenal Allah.
Orang yang telah mendapat cahaya Ismu Allah Al Fattah, dapat terbuka rezekinya, terbuka fikirannya, terbuka hatinya dan terbuka ruhnya.

Al ‘Aliim (اَلْعَلِيْمُ)

Al ‘Aliim itu artinya Maha Mengetahui. Maka jika kita berdoa, bukanlah kita memberitahu Allah apa yang kita pinta, karena Allah sudah tahu apa yang kita inginkan. Berdoa adalah kita bermunajat dan merintih sebagai hamba kepada Allah, sebagai ibadah kita kepada Allah.
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, tanpa diberitahu. Sedang kita mengetahui karena diberitahu.
1. Orang yang diberi akal yang kuat, dia mendapatkan ilmu dengan kekuatan akalnya, menjadi ilmu akal (logika), ilmu matematika.
2. Kemudian ada orang yang pandai mengolah ilmu yang pertama ini yaang menjadikan mereka dikenal sebagai orang cerdas yang menjadi pembicara atau pengamat.
3. Ada orang yang diberi ilmu dengan melakukan percobaan dan empirik, kemudian menjadi ilmu seperti ilmu kedokteran, ilmu teknik dan sebagainya.
4. Ada orang yang diberi ilmu yang langsung Allah jatuhkan ke qolbu orang itu tanpa melalui belajar atau berfikir. Mereka juga dapat diberi ilmu yang pertama dan ketiga tadi tanpa proses belajar. Ini sering disebut dengan ilmu laduni, ilmu yang didapat langsung dari Allah.

Al Qaabidh (الْقَابِضُ) dan Al Baasith (الْبَاسِطُ)

Al Qaabidh (الْقَابِضُ) artinya Yang Maha Menggenggam, Al Baasith (الْبَاسِطُ) artinya Yang Maha Melepas. Asma Allah ini sepasang dengan arti yang berlawanan. Maha Menggenggam maksudnya adalah Allah Menggenggam jiwa hamba, dengan Mempersempit rezeki, memberi ujian atau menjadikan orang ketakutan. Maha Melepas, maksudnya Allah Melepas ataau Melegakan jiwa hamba dengan melancarkan rezeki kepada hambanya atau memberikan solusi masalah sehingga menjadikan hambanya menjadi lega. Begitulahh Allah memperlakukan hambaNya. Kadang menguji hambaNya dengan ketakutan, kadang memberi hambaNya jalan keluar, sehingga hamba itu merasa lega.
Asma Allah ini termaktub dalam QS Al Insyirah 5-6

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Ini adalah kabar gembira untuk kita, bahwa jika Allah memberi masalah atau ujian, Allah akan memberi jalan keluar dan menaikan derajat orang yang beriman. Allah Memberi ujian dan jalan keluar secara bersamaan. Ujian atau masalah adalah tarbiyah atau didikan dari Allah, agar kita menjadi hamba Allah yang lebih baik.
Namun ujian ada 2 jenis, ujian nikmat dan ujian kesusahan. Ketika mendapat nikmat tindakan kita adalah bersyukur dengan berbagi kepada orang lain. Ketika mendapat kesusahan, tindakan kita adalah sabar. Allah Mempersempit dan Melonggarkan rezeki bagi hambaNya adalah agar kita dapat merasa menjadi hamba Allah yang bersyukur dan bersabar.

Maha Menggenggam juga dapat bermaksud mengambil jiwa kita sementara yaitu ketika kita tidur, agar kita istirahat. Dan Maha Melepas, ketika Allah mengembalikan ruh kita ketika kita bangun dari tidur.



0 Kommentare

Schreibe einen Kommentar

Deine E-Mail-Adresse wird nicht veröffentlicht. Erforderliche Felder sind mit * markiert.

de_DEGerman