Musibah

Musibah adalah takdir Allah

Akhir-akhir ini banyak musibah bencana alam menimpa tanah air kita. Tentu ini membuat kita berduka, prihatin dan simpati kepada mereka yang terkena musibah tersebut. Sudah sepatutnya kita membantu dengan doa, tenaga dan materi yang dapat kita berikan yang semoga dapat meringankan beban mereka. Kita mesti yakin bahwa musibah adalah takdir Allah dan jika Allah sudah mentakdirkan kita tidak dapat menolaknya. Maka hendaknya kita jangan sampai kita merasa ketakutan yang berlebihan sehingga ketakutan itu menjadi tambahan musibah yang menimpa kita sebelum musibah yang sebenarnya datang. Dengan musibah Allah ingin menguji kejujuran sikap kita sebenarnya terhadap Allah.
Mari kita senantiasa berdoa semoga Allah menjaga kita dari segala musibah yang membuat kita menjadi jauh dari Allah, semoga Allah menurunkan rahmatNya kepada kita semua.

Empat golongan sikap manusia dalam menghadapi musibah

Ada 4 golongan sikap manusia dalam menghadapi musibah:

1. Golongan yang tidak rela menerima musibah.

Golongan ini kesal dan marah dengan adanya musibah. Mereka ini imannya sedang jatuh atau bisa dikatakan tidak beriman sehingga tidak sabar dan tidak redho dengan ketentuan Allah. Mereka ini sedang jatuh, maka sebaiknya jangan ditinggalkan. Sebaiknya kita mendekati, menghibur dan menasihatinya bahwa musibah adalah ketentuan Allah yang mesti kita terima, agar kita kembali kepada Allah, menjadikan kita sabar dan redha dengan ketentuan Allah.

2. Golongan yang sabar menerima musibah.

Golongan sabar menahan kesusahan dan kesedihan akbat musibah ini. Mereka yakin ini semua adalah ketentuan Allah. Kesabaran mereka ini akan dibalas oleh Allah dengan ganjaran yang berlipat ganda. Sabar mestilah menjadi sikap kita dari awal ketika menerima musibah itu.
Diceritakan ada seorang sahabat muslimah baru kehilangan anaknya sedang menangis dengan berteriak-teriak karena terlalu bersedih. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam mendekatinya dan menasehati agar sang ibu bersabar. Namun sang ibu tidak tahu bahwa yang menegur adalah Rasulullah, dan justru marah dan berkata: “Engkau tidak merasakan apa yang aku rasakan”. Maka Rasulullah shalallahu alaihi wasalam pergi meninggalkannya.
Kemudian ada shahabat lain datang dan berkata:” Mengapa engkau marah kepada Rasulullah yang datang menasehatimu?”. Maka sang ibu tadi terkejut lalu pergi kepada Rasulullah dan berkata: ” Ya Rasulullah, saya mohon maaf, saya sekarang sabar dengan musibah yang menimpaku”.Rasulullah pun menjawab: “Sesungguhnya sabat itu adalah sikap dari awal menghadapi musibah”.

3. Golongan yang redha dengan musibah yang menimpa

Golongan ini lebih baik dari golongan yang sabar dalam menghadapi musibah. Mereka tidak lagi merasakan susah karena musibah, karena sudah redha dengan ketentuan Allah. Mereka sadar bahwa segala sesuatu yang ada pada diri mereka pinjaman dan Allah adalah Pemilik yang hakiki. Maka jika Allah Menghendaki untuk mengambilnya adalah hal yang wajar dan tentu ada kebaikan yang akan Allah berikan dalam musibah itu.

4. Golongan yang bersyukur atas musibah yang menimpanya

Ini adalah golongan yang terbaik. Mereka bukan hanya redha dengan ketentuan Allah, tetapi sudah bersyukur kepada Allah atas musibah yang menimpanya. Karena Allah sudah mengambil apa yang telah dipinjamkan, tetapi masih mensyukuri apa-apa yang masih ada padanya, terutamanya Allah masih berikan mereka Iman dan Islam serta kecintaan kepada Allah. Seperti mushibah yang menimpa Sayidina Ja’far bin Abi Thalib yang kehilangan seorang anak dari 2 anaknya. Beliau berkata “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi roji’un. Allah telah mengambil satu anakku yang kecil dan masih mensisakan anakku yang besar”. Beliau masih mensyukuri atas anaknya yang masih hidup.

Marilah kita muhasabah, termasuk golongan manakah kita ketika menghadapi musibah. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmatNya kepada kita.

Apa hikmah dari Allah dibalik musibah yang diberikan

Kita mesti yakin bahwa jika ada musibah yang diberikan Allah kepada kita tentulah ada hikmah yang besar disebaliknya, untuk menjadi peringatan bagi kita hamba Allah yang senantiasa berdosa, agar kita kembali bertaubat kepada Allah memohon ampun kepadaNya.

1. Karena perbuatan zalim dari manusia sendiri

Allah berfirman dalam QS Ar-Rum:41

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

2. Sudah “tidak bersama” dengan Rasulullah shallallahu alaih wassalam

Allah berfirman dalam QS Al Anfal : 33

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Allah tidak akan menyiksa mereka selama kamu ada di tengah mereka. Dan Allah tidak akan menghukum mereka, sementara mereka memohon ampun. (QS. al-Anfal: 33)

Allah tidak akan mengazab manusia selama Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Disini kita muhasabah bagi kita apakah mungkin selama ini kita sudah tidak lagi menghidupkan ajaran Rasulullah ditengah kehidupan kita. Mungkin kita sudah tidak lagi membaca hadits Nabi atau mempelajari dan mengamalkan ajaran Nabi, sehingga Rasulullah sudah tidak lagi hidup bersama-sama kita.

3. Kita sudah tidak lagi atau kurang beristighfar

Disebutkan diakhir QS Al Anfal:33 diatas, disebutkan bahwa Allah tidak menghukum manusia, sedang mereka dengan beristighfar. Jadi marilah kita perbanyak istighfar memohon ampun kepada Allah. Mungkin banyak dosa-dosa kita yang kita belum meminta ampun kepada Allah, seperti dosa kepada guru, kepada orang tua, kepada murid, kepada orang terdekat atau orang lain. Atau kita melakukan dosa-dosa riba terus menerus tanpa kita berusaha untuk menghindarinya dan minta ampun sehingga Allah beri peringatan dengan musibah.
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam setiap harinya memohon ampun kepada Allah, walaupun beliau tidak berdosa. Karena minta ampun juga suatu jalan untuk mencapai keberhasilan dan mendapatkan rezeki, sebagaimana firman Allah dalam QS Hud : 3

وَأَنِ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَٰعًا حَسَنًا إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِى فَضْلٍ فَضْلَهُۥ ۖ وَإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ

Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.

4. Telah memerangi wali Allah

Dalam suatu Hadits Qudsi Allah berfirman

إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ

Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku umumkan perang kepadanya” (HR al-Bukhari).

Mungkin musibah ini terjadi karena kita telah memusuhi wali Allah. Oleh marilah kita muhasabah diri kita, agar kita segera bertaubat atas dosa-dosa kita dan meminta maaf kepada orang yang telah kita zalimi. Mungkin diantara mereka adalah seorang wali Allah.

Manusia senantiasa mendapat musibah dan ujian

Manusia selalu mendapat musibah, siapapun dia. Bahkan Rasulullah shallallahu alahi wassalam juga mendapat musibah dan ujian. Oleh sebab itu kita harus selalu bersiap menerima musibah dan ujian, karena kita semua pasti akan mati. Jadi manusia itu sendiri adalah musibah.

Bagaimana agar selalu siap menghadapi musibah

Cara yang terbaik untuk kita dapat selalu memperbaiki diri agar selalu siap menerima musibah adalah mendekati orang-orang soleh. Karena kesolehan seseorang itu menular. Kalau kita selalu bersama dengan orang yang kurang taat, jangan menganggap kita lebih dari mereka, Karena keadaan kita juga baru sampai golongan orang yang ingin memperbaiki diri.
Kalau kita selalu bersama dengan orang-orang yang soleh, kita akan dapat berkah dari mereka, dengan mendengar nasehat mereka. Bahkan dalam perbincangan biasa pun kita dapat berkah dengan meniru dan mencontoh mereka. Dengan bergaul dengan mereka mudah-mudahan kita dapat mengikuti akhlak dan jalan hidup mereka dalam menuju Allah subhanallahu wa taala hingga di akhirat kelak.
Semoga kita dijadikan hamba Allah yang selalu memperbaiki diri dan saling mengingatkan agar kita terhindar dari musibah yang membuat kita jauh dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Keutamaan Ilmu dari ucapan Ulama Salaf dan Khalaf

Makna Salaf dan Khalaf

Salaf artinya orang yang terdahulu. Maka semua orang yang telah mendahului kita disebut Salaf. Misalnya Habib Alwi bin Abdullah Al Haddad yang Ratibnya dikenal luas dan Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi penulis Maulid Simthudurror disebut Salaf dari Tariqat Alawiyah karena sudah terdahulu dari kita. Namun Ulama Salaf yang dimaksud disini adalah Ulama yang hidup di 3 abad pertama Hijriyah, yang dikenal dengan Salafus Salih, orang soleh terdahulu. Sedang Ulama yang hidup setelah abad ke 3 Hijriyah ini disebut Ulama Khalaf.

Ilmu berkaitan dengan manusia

Habib Zein bin Ibrahim bin Sumaith mengatakan keutamaan Ilmu itu semua orang tahu. Sifat ilmu itu dikaitkan khusus untuk manusia karena berakal. Berbeda dengan sifat-sifat lain, yang selain kepada manusia juga dapat dikaitkan kepada hewan, seperti berani bisa dikaitkan dengan singa, kuat bisa dikaitkan dengan unta yang kuat berjalan berhari-hari, dan kasih sayang bisa dikaitkan dengan hewan yang sayang kepada anaknya. Tetapi ilmu khusus hanya kepada manusia.

Manusia diunggulkan dari makhluk lain karena ilmu

Ketika Malaikat bertanya kepada Allah mengapa Allah akan menciptakan manusia yang nantinya menumpahkan darah? Allah berfirman

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Disini Allah menyebut tentang ilmuNya yang tidak diketahui oleh Malaikat.
Ketika Nabi Adam diciptakan, Nabi Adam lebih diunggulkan dari Malaikat dan makhluk lainnya, karena ilmu, dimana Nabi Adam dapat menyebutkan nama-nama yang diminta untuk disebutkan, sedang Malaikat tidak dapat menyebutkannya. Sehingga Allah memerintahkan kepada Malaikat agar tundukl kepada Nabi Adam.

Ilmu menjadikan manusia lebih mulia dari manusia lain

Ilmu selain dapat menjadikan manusia lebih mulia dari manusia lain di dunia, dapat juga menjadikan manusia mulia di akhirat kelak, ketika ilmu itu disertakan dengan amal yang dilandasi ilmu yang ada padanya.
Sayidina Ali karamallahu wajhah berkata, ilmu lebih baik dari harta. Karena ilmu menjaga kamu sedang harta mesti kamu yang mesti jaga. Harta jika dibagikan akan semakin habis, sedang Ilmu jika dibagikan (diajarkan kepada orang lain) tidak akan habis dan bahkan bertambah banyak.
Ilmu itu menjadi penentu, sedang harta adalah yang ditentukan.
Maka orang yang berilmu semakin dihormati, ditaati, sedang orang berharta ketika hartanya habis akan dilupakan orang.
Orang yang berilmu (Ulama) jika wafat, selama ilmunya masih bermanfaat untuk orang banyak, namanya akan selalu diingat dalam hati manusia. Orang yang berharta (yang tidak berilmu), ketika wafat, sering dilupakan orang.

Semua orang adalah sama asalnya yaitu keturunan dari Nabi Adam dan Siti Hawa. Semua manusia sama terbuat dari tanah dan air. Jika lahiriah ini yang dibanggakan, maka sesungguhnya bahan pembuatnya adalah sama, yaitu air dan tanah. Sesungguhnya yang membedakan antara manusia adalah ilmu, inilah yang semestinya dibanggakan dan diperjuangkan.

Orang akan membenci apa-apa yang tidak diketahuinya. Misalnya ada orang yang sangat baik dan terkenal sedang berada di suatu tempat. Kemudian datang orang lain yang tidak tahu tentang orang yang sangat baik dan terkenal itu. Maka orang itu akan bersikap biasa saja terhadap orang baik dan terkenal itu. Demikian juga ilmu. Kalau orang tidak tahu pentingnya suatu ilmu, maka orang itu tidak akan mencari dan memperjuangkannya. Maka carilah ilmu karena orang yang memiliki ilmu akan senantiasa hidup.

Ilmu adalah sumber kebaikan di dunia dan di akhirat

Sayidina Ali karamallahu wajhah berkata: “Cukuplah kita mengetahui keutamaan ilmu dengan sukanya orang dikatakan berilmu dan tidak sukanya orang dikatakan bodoh. Bahkan orang yang bodohpun tidak suka dikatakan bodoh dan suka dikatakan pandai dan berilmu.

Hasan Bashri mengatakan makna doa yang sering kita panjatkan:

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

Artinya “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.“

Kebaikan di dunia adalah ilmu dan kebaikan di akhirat adalah syurga. Jadi di dunia hendaklah kita menjadi ahli ibadah dan ahli ilmu, agar di akhirat kita dikaruniakan syurga oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Ada juga yang mengatakan kebaikan di dunia adalah istri yang solehah, karena istri yanh solehah sangat membantu kita dalam mentaati Allah.
Hasan Bashri berkata lagi, jika ilmu itu bisa diperlihatkan dalam bentuk rupa, maka ilmu itu lebih indah dari matahari, bulan, bintang dan langit.
Ketika Nabi Sulaiman alaihi salam ditanya mana yang engkau pilih: Ilmu, harta atau kerajaan? Nabi Sulaiman menjawab: aku memilih ilmu. Dan setelah Nabi Sulaiman diberi ilmu, beliau mendapat harta dan kerajaan.
Nabi Isa alaihi salam berkata jika seseorang mempelajari ilmu, kemudian diamalkan oleh diri sendiri kemudian diajarkan kepada orang lain, maka dia akan mendapat kemuliaan di kerajaan Allah.
Abu Darda radhiallahu anhu berkata, kebaikan itu berasal dari orang orang yang berilmu. Maka jika kita tidak memiliki ilmu, jadilah kita orang yang belajar, agar mendapat kebaikan dari orang yang berilmu.
Kata Abu Muslim Al Khaulani, ilmu itu seperti bintang di langit yang menerangi jalan kemana kita akan berjalan.
Abu Aswad Ad-Duali berkata: yang paling berharga di dunia ini adalah ilmu. Karena para raja adalah orang yang menentukan kerajaannya. Sedang raja akan menentukan dengan ilmu dari orang yang berilmu.
Sufyan bin Uyainah berkata, tidaklah yang lebih mulia dari kenabian. Setelah kenabian yang paling mulia adalah ilmu dan fikih (pemahaman tentang ilmu). Ditanya ilmu dan fikih seperti apa, dijawab ilmu dan fikih untuk semua perkara.
Imam Syafei berkata, orang yang ingin dunia memerlukan ilmu, orang yang ingin akhirat pun memerlukan ilmu. Artinya ilmu itu sangat diperlukan untuk memperoleh dunia maupun akhirat.
Siapa yang tidak cinta kepada ilmu, tidak ada kebaikan padanya. Maka janganlah berteman dan berkenalan dengan orang yang demikian.

Ilmu dan hikmah adalah makanan dan obat bagi hati

Kata Fathun Al Mausili, bukankan jika kita tidak makan dan minum selama 3 hari kita akan mati. Maka ketahuilah, demikianlah hati kita kalau 3 hari tidak diberi ilmu dan hikmah.
Imam Ghazali berkata benar kata Fathun Al Mausili ini. Hati akan sakit dan lemah jika tidak mendengar ilmu. Dan lama lama hati akan rusak dan mati. Orang yang paling jauh dari Allah adalah, orang yang hatinya rusak dan mati. Jika jasad kita perlu makan dan minum, maka hati kita perlu akan ilmu dan hikmah. Namun orang yang mati hatinya tidak merasa dan tidak tahu bahwa hatinya telah mati, karena hatinya sudah begitu cinta kepada dunia ini, sedang suatu saat dia akan mati meninggalkan dunia ini. Kita berlindung kepada Allah dari hati yang sakit dan mati.


0 Kommentare

Schreibe einen Kommentar

Deine E-Mail-Adresse wird nicht veröffentlicht. Erforderliche Felder sind mit * markiert.

de_DEGerman