Suruhan untuk selalu berdoa meminta tambahan ilmu yang bermanfaat

Allah berfirman dalam QS 20 Thaha :114 “Katakanlah (wahai Nabi) Ya Allah tambahkanlah untukku ilmu”.
Allah menyuruh Nabi untuk meminta tambahan ilmu. Allah tidak menyuruh Nabi agar meminta tambahan harta atau kuasa. Ini menunjukkan betapa mulianya ilmu, lebih mulia dari harta dan kuasa.
Hanya orang baik dan bermartabat yang tinggi yang mencintai ilmu, dan hanya orang yang bodoh dan rendah martabatnya yang membenci ilmu.
Kesempurnaan manusia adalah kesempurnaannya mendapatkan ilmu. Tidak ada yang lebih berharga dari ilmu.
Kemudian Allah menyuruh Nabi untuk berdoa meminta manfaat terhadap ilmu yang diajarkan oleh Allah, dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat, serta meminta ditambahkan ilmu.
Padahal Ilmu yang diberikan kepada Rasulullah adalah sudah pasti ilmu yang bermanfaat karena semua ilmu yang disampaikan adalah panduan hidup kita, untuk kita taati.
Namun Allah tetap menyuruh Rasulullah untuk menambah ilmu yang bermanfaat. Ini adalah untuk memberi contoh kepada umatnya agar selalu meminta Allah dengan ilmu yang bermanfaat.

Nabi mendapatkan Mu’jizat sesuai dengan keperluan zamannya

Ilmu yang ada para Rasulullah shallallahu alaihi wassalam adalah lebih banyak dari ilmu para Rasul sebelumnya. Bahkan disebutkan bahwa ulama dari Umat Rasulullah shallallahu alaihi wassalam adalah seperti Nabi di kalangan Bani Israil. Ilmu yang ada pada ulama Umat Nabi Muhammad adalah warisan ilmu dari Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, sebagaimana sabda Rasulullah shallalahu alaihi wassalam, Ulama adalah pewaris para Nabi.
Seperti kita ketahui Rasulullah tidak dapat membaca dan menulis. Tetapi keadaan ini tidak merendahkan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, melainkan justru menambah kemuliaan beliau, karena ini menunjukkan bahwa ilmu yang didapat Rasulullah adalah bukan dari membaca kitab, melainkan wahyu dari Allah. Itulah Al Quran yang merupakan mu’jizat.

Setiap Nabi diberikan mu’jizat sesuai dengan keperluan di zamannya. Nabi Musa diberi mu’jizat tongkat yang mengalahkan ilmu sihir, karena zaman itu masyarakat mengagumi ilmu sihir.
Nabi Isa diberi mu’jizat dengan ilmu pengobatan. Ilmu pengobatan yang bukan hanya menyembuhkan orang yang sakit, tetapi dapat menghidupkan orang yang telah mati. Mu’jizat ini mengalahkan ilmu pengobatan yang dikagumi oleh masyarakat di zaman itu.
Di zaman Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam, yang sedang dipandang hebat oleh masyarakat di zaman itu adalah ilmu sastra dan bahasa yang dijadikan perlombaan. Maka dengan mu’jizat Al Qur’an yang memiliki sastra dan bahasa yang amat tinggi, yang disampaikan oleh seorang yang tidak dapat membaca dan menulis telah membuat masyarakat kala itu menjadi kagum dan tunduk dengan ketinggian bahasa Al Quran, dan kemuliaan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Ilmu Al Quran mengandung ilmu Tauhid yang sangat tajam dalam perbahasan akal, ilmu Fikih yang luas pemahamanya, ilmu Tasawwuf yang menggetarkan dan mendidik hati. Dari Al Quran juga lahir ilmu Hadits, serta ilmu Tafsir yang amat luas.

Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda jika dalam satu hari ilmu yang didapat tidak bertambah dan membuatnya dekat kepada Allah, maka tidak ada keberkatan matahari terbit pada hari itu. Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wassalam adalah manusia yang paling dekat dengan Allah.

Pencari ilmu tidak akan pernah puas untuk menambah ilmunya

Ada 2 golongan manusia yang tamak yang tidak pernah puas untuk mendapatkan sesuatu yaitu:
1. Golongan yang tamak dengan dunia. Golongan ini tidak akan pernah puas dengan dunia apapun yang dia dapat, hingga orang itu masuk kedalam kubur.
2. Golongan yang tamak dengan ilmu. Golongan tidak pernah puas dan cukup dengan ilmu yang telah mereka dapat. Karena setiap mereka bertambah ilmu, bertambah kenikmatan ilmu dan semakin sadar bahwa ilmunya sangat sedikit, hingga orang ini memasuki syurga Allah.

Orang yang tamak adalah diumpamakan orang yang minum air laut, semakin banyak meminumnya maka semakin haus.

Dalam QS Al Kahfi : 109

قُل لَّوۡ كَانَ ٱلۡبَحۡرُ مِدَادࣰا لِّكَلِمَـٰتِ رَبِّی لَنَفِدَ ٱلۡبَحۡرُ قَبۡلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَـٰتُ رَبِّی وَلَوۡ جِئۡنَا بِمِثۡلِهِۦ مَدَدࣰا

Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” 

Kebaikan bukan dilihat dari banyaknya anak dan harta, melainkan dari ilmu yang bermanfaat

Dalam Hadits riwayat Imam Bukhari diceritakan bahwa Rasulullah mempersaudarakan Sayidina Abu Darda dan Sayidina Salman Al Farisi radhiallahu anhuma. Ketika Sayidina Abu Darda tinggal di Syam, beliau menulis surat kepada Sayidina Salman Al Farisi, bahwa beliau bersyukur tinggal di Syam. Allah telah memberikan harta dan anak.
Kemudian Sayidina Salman Al Farisi menjawab surat kepada Sayidina Abu Darda, bahwa kebaikan bukan dilihat dari anak dan harta, melainkan dilihat dari ilmu yang bermanfaat. Syam adalah tanah yang berkat dan suci, namun tanah tidak dapat mensucikan seseorang melainkan dengan amalnya.
Benar apa yang dikatakan oleh Sayidina Salman, bahwa ilmu adalah diwarisi kepada wali, ulama dan orang-orang soleh. Sedang harta akan lenyap. Orang yang memiliki martabat tidak bangga dengan harta dan kehormatan.
Dunia Allah berikan kepada orang yang Allah sukai dan kepada orang yang Allah tidak sukai, sedangkan ilmu hanya diberikan kepada orang-orang yang baik yang disukaiNya.

Wallahu a’lam


0 Kommentare

Schreibe einen Kommentar

Deine E-Mail-Adresse wird nicht veröffentlicht. Erforderliche Felder sind mit * markiert.

de_DEGerman