Kharidatul Bahiyyah (Baris 54-55)

٥٤] ويلزم الإميان بالحساب – والحشر والعقاب والثواب]

[54] Wajib bagi kita beriman kepada hari perhitungan (hisab), padang mahsyar, balasan (hukuman) dosa dan pahala

٥٥] والنشر والصراط والميزان – والحوض والنيران والجنان]

[55] Juga hari kebangkitan, titian Sirath, timbangan Mizan, mata air Haudh, neraka-neraka dan syurga-syurga.

Perkara Sam’iyat (Gaib)

Perkara sam’iyat artinya perkara yang didengar. Maksudnya suatu berita yang kita ketahui hanya dari mendengar berita yag disampaikan melalui wahyu, yaitu melalui Kalam Allah (Al Quran) atau sabda Nabi shallallahu alaihi wassalam (Hadits).
Dalam kajian bagaimana memahami cara berfikir yang benar perkara ini termasuk hukum yang diwahyukan. Kita tidak dapat membuktikan dengan melihat atau mendengar apa yang diberitakan itu. Oleh sebab itu perkara ini juga disebut perkara yang gaib, perkara yang kita tidak dapat tangkap dengan panca indera kita. Percaya terhadap perkara gaib termasuk dalam ciri orang beriman dan sebagaimana firman Allah dalam QS Al Baqarah:3

ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

Kitapun tidak diperintahkan oleh Allah untuk dapat melihat dan mendengar secara empirik melalui pengalaman, tetapi kita diperintahkan untuk percaya secara penuh, tanpa ragu, karena perkara ini disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wassalam yang Shodiqul Mashduq, yang bersifat Siddiq (berkata benar, mustahil berdusta) dan dibenarkan. Ini termasuk ujian bagi orang yang beriman.
Namun bukan berarti kita tidak menggunakan akal kita dalam memahami dan mempercayainya. Justru kita dapat memahami dan mempercayai karena kita diberi akal. Disini kita melihat pentingnya lagi memahami cara berfikir yang telah kita bahas sebelumnya.
Kita sudah mempelajari bahwa hukum akal, tidak akan bertentangan dengan hukum yang diwahyukan. Hanya mungkin dilihat dalam hukum adat (kebiasaan), termasuk perkara yang diluar kebiasaan. Namun perkara itu tetap jaiz (mungkin) dan bukan mustahil menurut hukum akal.

Adanya alam gaib adalah Jaiz

Adanya alam gaib adalah perkara yang jaiz atau mungkin. Mudah saja bagi Allah menciptakan adanya hari perhitungan (Hisab), padang mahsyar, balasan terhadap orang yang berdosa dan pahala bagi orang yang beramal soleh. Demikian juga jaiz bagi Allah menciptakan hari kebangkitan (dan kiamat), titian Sirath, timbangan Mizan, mata air Haudh, neraka-neraka dan syurga-syurga. Kemudian juga menciptakan Jin, Malaikat dan Anbiya, juga adanya bidadari, wildan (anak-anak syurga) dan para wali.

Beriman terhadap perkara gaib adalah wajib

Walaupun kita belum atau tidak akan melihatnya di dunia ini, namun secara hukum akal, kita dapat mempercayainya, bahwa jaiz (mungkin) saja Allah untuk menciptakan semua itu atas Kehendak dan Kuasa Allah, karena ini bukan perkara yang mustahil.
Karena ini disampaikan oleh Rasulullah dan kita diperintah untuk mengimaninya, maka kita beriman terhadap perkara gaib ini termasuk diwajibkan, sebagaimana disebutkan dalam salah satu Rukun Iman yaitu percaya pada hari akhirat.

Akal membantu kita untuk mengimaninya dan menambahkan kuat dan kokoh iman kita

Bahkan secara hukum akal, keyakinan kita sebagai orang beriman bertambah kuat dan kokoh, dengan adanya perkara gaib yang disebut di atas. Adalah sangat logis Allah akan memberi balasan bagi hamba Allah yang berdosa atas dasar Sifat Maha Adil dan memberi ganjaran bagi yang beramal soleh atas dasar Sifat Maha Pemberi Rahmat (Ar-Rohim). Dan ini menjadi dorongan kita untuk menurut perintah Allah dan menjauhi laranganNya sebagaimana yang disampaikan dalam Kalam Allah.
Namun kita sebagai hamba Allah beribadah kepada Allah, Tuhan yang Menciptakan dan Memelihara kita, satu-satunya Tuhan yang patut kita sembah. Kita beribadah kepadaNya yang bersifat Ar-Rahman dan Ar-Rohim adalah atas dasar rasa kehambaan.

Penjelasan ringkas perkara gaib

Perkara gaib yang akan disampaikan dibawah ini menceritakan perkara gaib yang akan kita lalui, tetapi tidak ditulis sesuai dengan urutab peristiwanya. Penjelasan secara lebih detail disini adalah agar kita mendapat manfaat dalam kehidupan kita dengan mengetahui perkara gaib tersebut.

Hari Perhitungan Amal (Yaumul Hisab), baris 54

Pada hari perhitungan, kita akan ditanya dan segala amal kita akan diperhitungkan. Dalam prosesnya Ulama Asy’ariyah mengatakan kita akan ditanya langsung oleh Allah. Allah bertanya dengan Kalam Allah yang tak berhuruf dan bersuara. Manusia akan langsung memahami Kalam Allah itu. Ulama Maturidiyah berpendapat, Allah bertanya melalui Malaikat yang ditugaskan menanyakan. Intinya kita mesti mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita di dunia secara lahir dan bathin.
Ada Ulama yang berpendapat, jika yang menanyakan kita adalah Allah, ini lebih ringan, sebab Allah adalah Maha Pengasih dan Penyayang sehingga dapat langsung memberikan rahmatNya. Namun jika yang bertanya adalah Malaikat, maka Malaikat lebih ketat, karena menjalankan perintah Allah sesuai SOP dari perintah Allah. Wallahu a’lam.
Dalam proses pertanggungan jawab itu akan ada saksi yang dihadirkan, saksi itu dapat berupa manusia lain, anggota badan kita yaitu tangan dan kaki akan berbicara, atau juga bumi tempat kita berpijak selama kita hidup di dunia, karena bumi juga telah menahan diri, selama manusia yang hidup diatasnya melakukan maksiat. Berita ini ada disampaikan dalam melalui wahyu (Quran dan Hadits).
Mengapa diperlukan saksi? Sedangkan Allah sudah mengetahui semuanya dan tidak akan lupa. Ini adalah karena Allah ingin untuk menunjukkan proses pengadilan yang adil oleh Hakim Yang Maha Adil. Ada yang akan menuntut, ada saksi yang menyaksikan dan ada pembelaan dari yang dituntut.
Namun dalam proses itu ada 2 Sifat Allah yang berada di 2 kutub ekstrem yang akan diperlihatkan yaitu Sifat Adil dan Sifat Maha Pemberi Rahmat (Rahim).
Dengan Sifat Adil, Allah akan memberi hukuman dengan adil, sedang dengan Sifat Rahim Allah, Allah akan mengampuni atau juga menghapus segala kesalahan manusia, sehingga memasukannya ke dalam syurga.
Oleh sebab itu doa yang terbaik adalah memohon rahmat Allah, sedang doa yang paling bodoh adalah memohon keadilan Allah. Karena jika Allah berbuat adil kepada manusia, maka tidak pantas manusia dengan amalnya untuk membalas nikmat Allah, apalagi untuk masuk ke dalam syurga.
Di antara manusia nanti ada yang semua amal secara detail dihitung, ada yang sebagian dihitung, dan ada pula yang tidak melalui perhitungan sama sekali, yaitu para Nabi dan syuhada dan orang-orang yang mencintai dan mengikuti mereka.

Hari Kebangkitan (setelah hari Kiamat), baris 55

Hari Kebangkitan adalah hari dimana manusia, jin dan malaikat yang dimatikan pada hari Kiamat akan dihidupkan lagi oleh Allah dan dikumpulkan di padang Mahsyar. Ruh manusia akan dibangkitkan dengan tubuh lahiriah. Ada yang tubuhnya menjadi tubuh manusia dengan berbagai keadaan, ada pula yang menjadi binatang seperti monyet dan babi, sesuai dengan dosa-dosa di dunia.
Menurut pembagian hukum, hal ini adalah bukan perkara yang mustahil. Ini termasuk perkara yang jaiz dan mungkin atau Kuasa dan Kehendak Allah.
Untuk menguatkan hal ini Allah berfirman dalam Quran 77-79

أَوَلَمْ يَرَ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ.وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ ۖ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ.قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ

“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!
Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?”
Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Mahamengetahui tentang segala makhluk.”

Secara hukum akal, justru membangkitkan dari yang sudah ada adalah lebih mudah dari menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada. Disini sekali lagi kita melihat betapa pentingnya memahami cara berfikir yang benar.

Alam Kubur (Alam Barzakh)

Alam kubur adalah alam dimana manusia sudah meninggal di dunia sebelum hari dibangkitkan. Di alam kubur manusia telah mendapat balasan atas perbuatannya di dunia.
Dalam hidup di dunia, yang dominan terlihat adalah badan lahiriah kita, sedang ruh manusia tidak terlihat. Sedang di alam kubur, keadaannya terbalik, ruh manusia lebih dominan dan badan lahiriah yang telah mati. Antara ruh dan jasad yang telah mati itu masih ada hubungan. Itu sebabnya ketika kita berziarah ke makam seseorang, kita tetap datang ke makam, dan mendoakannya. Atau ketika kita berziarah ke makam Rasulullah di Madinah, kita seperti benar benar berziarah ke tempat Rasulullah shallallahu alahi wassalam.
Itu sebabnya pula walaupun manusia telah wafat, kita tetap harus menghormati jasadnya, bahkan ketika memandikannya kita tetap harus hati-hati agar auratnya tertutup, dan memandikannya secara lembut tidak kasar agar sang mayit tidak kesakitan, seolah-olah jasadnya masih hidup.

Secara umum, kita memang belum pernah bertemu dengan orang yang telah meninggal dunia yang datang kepada kita dan menceritakan pengalamannya di alam Kubur (Barzakh). Semua perkara gaib ini kita yakini dari berita melalui Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Namun kita yakin bahwa Rasulullah adalah hamba Allah yang bersifat Amanah yang selalu berkata benar (Siddiq), yang menceritakan apa adanya.
Dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya sudah banyak perkara yang kita tidak pernah lihat dan dengar, namun kita percaya adanya karena adanya berita terpercaya dari sumber yang terpercaya. Jadi keyakinan seperti ini adalah perkara yang logis dan dapat diterima akal sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bagaimana memahami cara berfikir yang benar.
Sebagai perumpamaan yang dapat kita lihat di dunia adalah seorang bayi yang berada dalam rahim ibunya. Ketika itu bayi hanya mengetahui dunianya dalam rahim yang gelap dan hangat. Bayi tidak perlu bernafas dan makan sendiri, semua didapat melalui tali pusar yang berhubungan dengan rahim ibunya. Begitu bayi itu lahir, maka dunia dalam rahim ibunya berbeda sekali dari dunia yang dilihat ketika bayi itu lahir.
Begitulah kira-kira dunia yang tadinya gaib bagi bayi tadi kemudian berubah menjadi dunia yang nyata setelah bayi itu lahir, yang berbeda sama sekali dan bahkan jauh lebih besar dari dunianya di dalam rahim. Demikianlah perumpamaan perbandingan antara dunia tempat kita hidup sekarang adalah jauh lebih kecil di banding dengan alam akhirat yang dimulai dengan kita memasuki alam barzakh. Besarnya alam akhirat di banding alam dunia banyak diceritakan dalam Al Quran dan Hadits.

Titian (Sirath)

Titian (Sirath) adalah jembatan antara tempat manusia dikumpulkan (padang mahsyar) dan syurga. Dimana di bawahnya adalah api neraka.
Beberapa Ulama berpendapat bahwa titian sirath ini lebarnya adalah sangat tipis dan tajam seperti pedang, ada yang mengatakan setipis rambut. Ada yang mengatakan jembatan itu cukup lebar.

Siapa yang boleh berjalan di atas jembatan itu? Sebagian ulama mengatakan hanya orang beriman yang boleh berjalan di atasnya, karena jembatan itu menuju syurga. Sebagian lagi mengatakan orang tidak beriman juga berjalan melalui jembatan, namun kemudian jatuh ke dalam neraka.
Ada orang beriman yang mudah berjalan melalui Titian Sirath memasuki Syurga, ada pula orang yang beriman yang berjalan melalui Titian Sirath dengan susah payah dan akhirnya masuk syurga.
Ada ucapan Ulama yang bermakna, barang siapa yang hidupnya di dunia bersempit-sempit (karena ketaatan kepada Allah), maka ia akan dilebarkan jalan di Titian Sirath sehingga mudah melaluinya. Siapa yang hidupnya di dunia berlebar-lebar (dalam melanggar syariat Allah), maka akan disempitkan jalannya di atas Titian Sirath.

Timbangan

Kaum Mu’tazilah beranggapan bahwa timbangan itu maksudnya adalah Keadilan, bukan timbangan yang hakiki. Ulama Ahlussunnah wal Jamaah meyakini bahwa itu memang benar timbangan yang menimbang amal soleh manusia selama di dunia.
Timbangan adalah alat penimbang amal. Jika amal soleh lebih banyak, maka timbangan amal soleh akan lebih berat, sedang jika dosa seseorang lebih banyak, maka timbangan amal solehnya akan ringan. Kita tidak diwajibkan mengetahui bagaimana bentuk timbangan itu dan bagaimana bentuk amal soleh itu nanti ditimbang, namun kita meyakini adanya timbangan itu, sebagaimana firman Allah dalam QS Al Qori’ah 6-9

فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ

6. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,

فَهُوَ فِى عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ

7. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.

وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَٰزِينُهُۥ

8. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,

فَأُمُّهُۥ هَاوِيَةٌ

9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.

Telaga Mata Air Haudh

Telaga mata air Haudh adalah Telaga mata air yang Rasulullah shallallahu alaihi wassalam menunggu umatnya dan akan memberi minum kepada umatnya yang mengikuti sunnahnya. Diriwayatkan ada di antara umat Islam yang diberi minum langsung dari tangan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Jika seseorang meminum air dari Telaga mata air Haudh , maka dia tidak akan merasa haus lagi selama-lamanya.

Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah mengkabarkan tentang sifat-sifat telaganya (haudh), beliau bersabda,

حَوْضِي مَسِيرَةُ شَهْرٍ، مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ، وَرِيحُهُ أَطْيَبُ مِنَ المِسْكِ، وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ، مَنْ شَرِبَ مِنْهَا فَلاَ يَظْمَأُ أَبَدًا

“Telagaku (haudh) luasnya sejarak perjalanan satu bulan, airnya lebih putih dari pada susu, aromanya lebih wangi dari pada misik, bejananya seperti bintang-bintang di langit , barang siapa yang minum dari telaga (Haudh) tersebut niscaya tidak akan merasakan haus lagi selamanya”.(HR. Bukhari no.6580 dan Muslim no.2292).

Ada ikhtilaf di kalangan Ulama apakah Telaga Haudh ini sebelum atau sesudah Timbangan. Ada juga yang berpendapat ada dua Telaga sebelum dan sesudah Timbangan.
Yang penting bagi kita adalah meyakini adanya Telaga Haudh ini. Dikatakan oleh para Ulama, siapa yang sudah meminum Sunnah Nabi (maksudnya mengikuti sunnah Nabi) di dunia ini, maka dia akan mendapat minum dari Telaga Haudh. Dan siapa yang tidak peduli dengan minuman Sunnah Nabi (tidak peduli dengan Sunnah Nabi), maka dia tidak mendapatkan minuman dari Telaga Haudh.

Neraka dan Syurga

Neraka dan Syurga adalah tempat terakhir dari umat manusia dan jin d akhirat nanti. Mereka yang berat amal solehnya akan masuk syurga, mereka yang ringan amal solehnya akan masuk neraka.
Syurga dan Neraka adalah kekal abadi sebagaimana firman Allah :

جَزَآؤُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ جَنَّٰتُ عَدۡنٍ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًاۖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ ذَٰلِكَ لِمَنۡ خَشِيَ رَبَّهُۥ

“Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.” (al-Bayinah: 8)

وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَإِنَّ لَهُۥ نَارَ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا

“Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya,  sesungguhnya dia akan mendapat (azab) neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. (al-Jin: 23)

Neraka dan syurga sudah ada sekarang, namun kita tidak tahu berada di mana. Kita tidak disuruh untuk mengatahui di mana, namun kita diperintahkan untuk meyakininya. Ini termasuk dalam Rukun Iman, percaya pada hari akhir.
Bagaimana kekalnya neraka dan syurga? Sedang kita mengetahui hanya Allah yang bersifat kekal (Baqa) yang tidak mempunyai akhirnya.
Kekalnya neraka dan syurga adalah berbeda dengan Sifat Baqa pada Dzat Allah. Sifat Baqa Allah, sebagaimana sudah dijelaskan dalam Sifat Salbiyah, adalah Maha Suci Allah dari keterikatan dari waktu. Allah kekal karena Wujud Dzat Allah bersifat Qidam dan Baqa, bukan karena dikekalkan. Sedang makhluk termasuk syurga dan neraka adalah kekal karena dikekalkan oleh Allah. Syurga dan neraka beserta penghuninya masih terikat dengan waktu, sehingga selalu bertambah usianya. Namun Allah memperpanjang usia syurga dan neraka sampai selama-lamanya.

Wallahu a’lam



0 Kommentare

Schreibe einen Kommentar

Deine E-Mail-Adresse wird nicht veröffentlicht. Erforderliche Felder sind mit * markiert.

de_DEGerman