Kharidatul Bahiyyah (Baris 22-24)

٢٢] وذي تسمى صفة نفسية – ثم تليها خمسة سلبية]

[22] Sifat Wujud Allah disebut dengan Sifat Nafsiah, kemudian diikuti dengan lima Sifat Salbiah (Sifat yang menolak sifat yang tidak layak bagi Allah)

٢٣] وهي القدم بالذات فاعلم والبقا – قيامه بنفسه نلتالتقى]

[23] Ketahuilah Ia adalah Dzat Yang Qidam dan Baqa. Berdiri atas Diri Sendiri  

٢٤] مخالف للغير وحدانية – في الذات أو صفاته العلية]

[24] Dia berbeda keseluruhannya dari yang selain Nya, Tunggal pada Dzat dan SifatNya, Yang Maha Tinggi

٢٥ ] والفعل فالتأثير ليس إلا – للواحد القهار جل وعلا ]

[25] Demikian juga PerbuatanNya, satu-satunya Yang memberi bekas, tidak ada selain Nya yang menjadi sebab mutlak. Yang Maha Esa, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Agung

Wahdaniyah (Maha Esa)

Sifat Salbiyah Allah yang ke 5 adalah Wahdaniyah yang artinya Maha Esa. Dalil Naqli dari Sifat Wahdaniyah terdapat pada QS Al Ikhlash:1

Surat Al-Ikhlas Ayat 1

Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa.”

dan QS Al Anbiya 22

21:22

Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.

Telah disampaikan bahwa Sifat Salbiyah adalah Sifat yang menolak sifat yang tidak layak ada pada Allah. Dalil Aqli Sifat Wahdaniyah ini sebenarnya sudah terkandung pada Wajibnya Sifat Wujud pada Allah. 4 Sifat Salbiyah yang sudah disampaikan yaitu
– Allah Wajib bersifat Wujud, maka sudah pasti mustahil Allah pernah tidak ada (´adam) dan diciptakan (baharu/huduts). Maka Wajib Allah bersifat Qidam (sedia ada)
– Allah Wajib bersifat Wujud, maka sudah pasti mustahil Allah akan musnah (fana) dan bahkan mustahil Allah menua. Maka Wajib Allah bersifat Baqa (kekal). Sifat Qidam dan Baqa menegaskan Maha Suci Allah dari ketergantungan dengan waktu.
– Allah Wajib bersifat Wujud. Selain Allah yaitu makhlukNya pernah tidak ada. Wujudnya makhluk adalah diciptakan oleh Allah, yang menunjukkan ketergantungan kepada Allah. Maka mustahil Allah tergantung dari makhlukNya. Wajib Allah bersifat Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri)
– Allah Wajib bersifat Wujud, yang selain Allah yaitu makhlukNya pernah tidak ada, dan wujudnya diciptakan, maka mustahil Allah sama atau bersifat seperti makhlukNya. Wajib Allah bersifat Mukhalafatu li ghoirihi (berbeda dengan selainNya). Yaitu berbeda secara keseluruhan baik Dzat, Sifat dan Perbuatan Allah berbeda dengan makhlukNya.
Setelah kita membahas 4 Sifat Salbiyah ini maka Wajib Allah itu bersifat Wahdaniyah (Maha Esa) yaitu :
– Tidak ada selain Allah yang sama dan serupa dengan Dzat Allah. Maka Allah adalah Dzat yang Maha Esa. Mustahil ada selain Allah yang sama atau menyerupai Dzat Allah.
– Tidak ada selain Allah yang mempunyai sifat yang sama atau menyerupai Allah. Maka Sifat yang ada pada Allah adalah Maha Esa. Mustahil ada selain Allah mempunyai sifat seperti Sifat Allah.
– Tidak ada perbuatan dari selain Allah yang sama dan serupa dengan Perbuatan Allah. Maka Perbuatan Allah adalah Maha Esa. Mustahil ada selain Allah yang dapat melakukan seperti Perbuatan Allah.
Oleh sebab itu tidak ada yang hakikatnya memberi bekas secara mutlak pada ciptaan Allah ini kecuali Allah Yang Maha Esa. Ini disebut dengan Maha Esa Allah pada Dzat, Sifat dan Perbuatan Allah. Sifat ini menolak sifat berbilang pada Dzat, Sifat dan Perbuatan Allah secara eksternal, atau dalam istilah ilmu Tauhid menolak kam munfashil (berbilang secara eksternal).

Apa itu Sifat Maha Esa Allah secara external dan internal (penjelasan Kam Munfashil dan Kam Muttashil)

Para Ulama menjelaskan lagi bahwa Sifat Maha Esa Allah adalah bersifat external (munfashil) dan internal (muttashil), agar umat Islam terjaga dari kesalahan memahami Maha Esa Allah dan menjaga dari keyakinan yang syubhat.
Allah Maha Esa secara external, maksudnya adalah jika manusia ada banyak, demikian juga Malaikat ada banyak. Maka Allah adalah Maha Esa, tidak ada tuhan selain Allah. Sifat ini menolak bahwa Allah itu berbilang, menolak kam munfashil (berbilang secara eksternal) sebagaimana dijelaskan di atas.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa semua dzat makhluk adalah jisim (berjasmani/berjasad). Misalnya jisim manusia terdiri dari bagian-bagian jisim berupa kepala, tangan, badan, kaki dan lain-lain. Bagian-bagian adalah makhluk yang berbilang yang membentuk satu makhluk manusia dan dapat juga dipisahkan. Maka Wujud Allah adalah Maha Esa, bukan jisim yang berbilang yang dapat dibagi-bagi dan dapat dipisahkan. Karena jika Wujud Allah ada bagian-bagian seperti jisim maka bagian-bagian itu adalah tuhan yang lebih dari satu, dan ini adalah mustahil. Sifat Maha Esa Allah pada Dzat menolak sifat berbilang secara internal, yang dalam istilah ilmu Tauhid disebut menolak kam muttashil.

Penjelasan ini untuk menolak pemahaman sebahagian orang yang memahami ayat Mutasyabihat (yang samar maknanya) secara zahirnya. Mereka berhujjah bahwa Allah sendiri yang mengatakannya dalam Al Quran, sehingga mengatakan Allah itu punya Wajah, punya Mata atau punya Tangan dengan makna zahir. Kemudian mereka katakan Wajah Allah, Mata Allah dan Tangan Allah berbeda dengan wajah, mata dan tangan makhlukNya. Mereka bermaksud gigih mempertahankan teks dengan makna zahir, namun secara tidak sadar melakukan syubhat mengubah pemahaman ayat Mutasyabihat karena memahaminya secara zahir.
Perkataan itu sama saja dengan mengatakan Allah itu punya “jisim”, namun “jisim” Allah berbeda dengan “jisim” makhlukNya. Dan ini tidak sesuai dengan konsep “Laa ilaaha illallah” yang menafikan terlebih dahulu baru menetapkan. Konsep mereka ini terbalik menetapkan dahulu baru menafikan.
Memang benar dalam Al Quran ada ayat tersebut, Ulama Ahlussunnah wal Jamaah pun meyakini ada ayat tersebut adalah dari Allah, namun tidak membahas dan memahami sebagaimana makna zahirnya. Jika ingin membahas maknanya maka Ulama Ahlussunnah wal Jamaah mentakwil (mengalihkan) dari membahas ayat Mutasyabihat itu kepada membahas ayat Muhkamat (yang jelas maknanya) yang berkenaan dengan thema dalam ayat Mutasyabihat itu, kemudian mengatakan bahwa ayat Muhkamat ini adalah salah satu dari makna dari ayat Mutasyabihat itu dan ini sudah pasti benar, karena ada dalil dari ayat Muhkamat. Bagaimana cara memahami ayat Mutasyabihat dijelaskan pada tulisan ini.

Sifat Maha Esa Allah secara internal juga ada pada Sifat. Maksudnya adalah dari banyaknya Sifat-Sifat Allah itu tidak ada Sifat Allah yang persis sama. Misalnya tidak ada 2 Sifat Qudrat pada Dzat Allah, melainkan hanya 1 Sifat Qudrat pada Dzat Allah Yang Maha Esa. Oleh sebab itu tidak ada Sifat Allah dalam Asmaul Husna yang persis sama maknanya. Masing-masing Sifat Allah itu adalah Sifat-Sifat yang berbeda maknanya. Walaupun ada Sifat-Sifat Allah yang mirip artinya, tetapi tidak ada yang persis sama.

Allah Yang Maha Esa melakukan banyak Perbuatan seperti Menghidupkan, Mematikan, Meninggikan, Merendahkan, Melapangkan Menyempitkan dan sebagainya.

Wallahu a’lam.


2 Kommentare

Kaconk · 26. Juli 2023 um 7:47

gimana cara mendapatkan kitab ini di donlod gk bisa

    KMIB_e.V · 26. Juli 2023 um 8:54

    Terima kasih sudah mampir di website kami.
    Kitab syarahnya kami tidak punya. Ini catatan kami dari kuliah oleh Ustad Mahmud Kellner

Schreibe einen Kommentar

Deine E-Mail-Adresse wird nicht veröffentlicht. Erforderliche Felder sind mit * markiert.

de_DEGerman