III. Sifat Ma’ani dan IV. Sifat Ma’anawiyah

Sifat Ma’ani adalah Sifat pada Dzat Allah yang dapat kita fahami maknanya dengan akal kita tanpa kita mengaitkannya dengan tubuh/jism dan tanpa membayangkan bentuk (lihat Sifat Allah yang 20 bagian 2).

11. Sifat Ma’ani Sama’ (Maha Mendengar), 18. Sifat Ma’anawiyah Kaunuhu Sami’an (Dzat Yang selalu berkeadaan Maha Mendengar).

Allah berfirman dalam QS Asy Syuura : 11

Surat Asy-Syura ayat 11
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat

Mari kita uraikan Sifat Maha Mendengar dengan Sifat Salbiyah.

Manusia mendengar memakai alat pendengar yaitu telinga yang amat terbatas. Dengan alat pendengar yang terbatas itu yang didengarpun amat terbatas. Terbatas oleh frequensi, terbatas oleh lemah dan kerasnya suara. Terbatas oleh ruang, tidak boleh terlalu dekat dan terlalu jauh. Terbatas oleh waktu. Suara hanya didengar pada waktu wujudnya suara, beberapa waktu sebelum suara itu ada tak terdengar, ketika sudah berlalu pun suara itu sudah berlalu dari terdengar.
Sifat Maha Mendengar Allah tidak serupa dengan makhluk. Allah mendengar tanpa alat pendengar, Allah bukanlah jisim/tubuh. Allah mendengar tanpa terhalang oleh ruang dan waktu. Dapat mendengar sehalus-halus suara dan sekeras-keras suara. Allah sudah mendengar suara yang akan datang yang sedang berlangsung dan yang telah berlalu. Allah Mendengar suara yang disuarakan maupun suara yang tak disuarakan dengan jelas dan terang. Sifat Maha Mendengar Allah adala Esa.

Subhanallah, betapa Hebat Sifat Maha Mendengar Allah. Maha Besar Allah Yang selalu dalam keadaan Maha Mendengar.

12. Sifat Ma’ani Bashar (Maha Melihat), 19. Sifat Ma’anawiyah Kaunuhu Bashiran (Dzat Yang selalu berkeadaan Maha Melihat).

Dalam QS Asy Syuura : 11 di atas telah disebutkan bahwa Allah Maha Melihat.

Mari kita uraikan Sifat Maha Melihat Allah dengan Sifat Salbiyah.

Manusia melihat memakai alat penglihatan yaitu mata yang amat terbatas. Dengan mata yang terbatas itu yang dilihatpun amat terbatas. Memerlukan cahaya yang cukup, tapi tidak boleh terlalu terang. Terbatas oleh ruang dan jarak, tidak boleh terlalu jauh dan terlalu dekat. Sangat terbatas oleh waktu. Mata hanya melihat ketika yang dilihat sudah wujud, sebelum wujud tidak dapat dilihat. Hanya dapat dilihat setelah wujud, itupun hanya ketika waktu itu berlangsung, ketika waktu waktu berlalu sudah tak dapat dilihat, apalagi ketika sudah tidak wujud lagi. .
Sifat Maha Melihat Allah tidak serupa dengan makhluk. Allah Melihat tanpa alat penglihatan, Allah bukanlah jisim/tubuh. Allah melihat tanpa terhalang oleh ruang dan waktu. Allah melihat sekecil-kecil dan sebesar-besar makhluk. Allah sudah melihat makhluk yang akan terjadi, yang sedang berlangsung dan yang telah berlalu. Allah Melihat semua yang wujud baik yang di alam yang zahir dan yang bathin, dengan jelas dan terang. Sifat Maha Melihat Allah adala Esa.

Objek Sifat Maha Mendengar dan Maha Melihat
Sifat Maha Mendengar dan Maha Melihat mempunyai kesamaan objek, yakni semua yang wujud. Yang dimaksud yang wujud adalah Dzat Allah dan makhlukNya. Wujudnya Dzat Allah bersifat Qidam (tidak ada awalnya) dan Baqa (kekal, tidak ada akhirnya). Dzat yang tidak serupa dengan makhluk. Dzat yang tidak tergantung dengan selainNya. Dzat yang Maha Esa.
Wujudnya makhluk dan apa yang dilakukan makhlukNya ada awalnya dan ada akhirnya. Allah Melihat semua itu tanpa dihalangi oleh waktu dan tempat.

Kalau kita selalu menyadari betapa Allah selalu mendengar dan melihat seluruh perbuatan termasuk apa-apa yang ada dalam hati kita, tentu kita tidak akan berkata perkara yang dilarang. Allah sudah mendengar dan melihat semua sebelum kita melakukannya, dan semua itu akan selalu Allah lihat walaupun telah berlalu. Sangat mudah bagi Allah untuk membuka semua keburukan dan kejahatan kita baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Maka patut kita senantiasa beristighfar, senantiasa mengharapkan rahmat Allah dan  selalu berprasangka baik kepada Allah.

Maha Hebat Sifat Maha Melihat Allah dan Maha Besar Allah yang selalu dalam keadaan Maha Melihat.

13. Sifat Ma’ani : Kalam (Maha Berfirman), 20. Sifat Ma’anawiyah: Kaunuhu Mutakaliman (Dzat Yang selalu berkeadaan Maha Berfirman)
Surat An-Nisa Ayat 87
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah?
Surat An-Nisa Ayat 122
Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah?

 

Surat Al-An'am Ayat 115

Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.

Keterangan Sifat Kalam Allah dengan Sifat Salbiyah

Sifat Kalam (Maha Berfirman) Allah adalah Qidam, tidak ada permulaan dan Baqa, tidak ada akhir. Allah Maha Berfirman tidak terikat oleh waktu dan tempat, berbeda dengan manusia yang jika berkata memerlukan waktu dan tempat untuk menyampaikan perkataannya sekalipun dalam hati, ada permulaan dan akhirnya. Sifat Kalam Allah tidak seperti perkataan makhluk. Sifat Kalam Allah tidak diciptakan sebagaimana tidak diciptakannya Dzat Allah. Sifat Kalam Allah adalah Maha Esa sebagaimana Dzat Allah Yang Maha Esa.

Al-Qur’an

Al Qur’an adalah Kalamullah (Firman Allah). Allah menyampaikan sebagian dari Kalam (Firman) Nya melalui Al Qur`an. Oleh sebab itu dikatakan bahwa Al Qur’an bukan makhluk. Al Qur’an yang disampaikan dalam bahasa Arab melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa alihi wassalam adalah terjemah Kalam Allah agar dapat difahami oleh manusia. Lafaz bahasa Arab Al Qur’an adalah makhluk, demikian juga Mushhaf yang berisi tulisan bahasa Arab Al Qur’an adalah makhluk.

Berbeda dengan Kitab Suci terdahulu (Taurat, Zabur dan Injil) yang telah diubah, dikurangi, dan ditambah isinya, Allah secara khusus menjaga keaslian lafaz dan tulisan bahasa Arab Kitab Suci Al-Qur’an  hingga akhir zaman, dengan melalui para hafiz (penghafal Al Qur’an) dan ilmu Al Qur’an melalui para ulama pewaris Nabi, sedangkan hakikat Al Qur’an sebagai Kalam Allah adalah tak dapat dirusakkan, sebab ianya bukan makhluk yang diciptakan.
Jika lafaz bahasa Arab Al Qur’an adalah terjemah Kalam Allah agar kita dapat membaca dan mendengarnya, maka diri Rasulullah Shallallahu alaihi wa alihi wassalam adalah terjemah pelaksanaan Al Qur’an di muka bumi ini agar para Shahabat radhiallahu anhum dapat melihat, mengalami, merasakannya, memahaminya dan melaksanakannya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa alihi wassalam adalah uswatun hasanah, tauladan yang baik bagi orang beriman yaitu yang mengharap rahmat Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir.

Surat Al Ahzab Ayat 21
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Dari Shahabat radhiallahu anhum ilmu Al Qur’an disampaikan kepada Tabi’in, dan dari Tabi’in kepada Tabi’ut Tabi’in dan seterusnya kepada ulama dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ulama adalah pewaris para Nabi yang membawa ilmu dari Kalamullah.
Oleh sebab itu pula ilmu Al Qur’an dan ilmu agama yang sebenarnya ada dalam hati manusia yaitu hati para ulama pewaris Nabi bukan pada rekaman, mushhaf atau buku.

Hal ini dijelaskan dalam Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa alihi wassalam: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan serta merta mencabutnya dari hati manusia. Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ‘ulama. Kalau Allah tidak lagi menyisakan seorang ‘ulama pun, maka manusia akan menjadikan pimpinan-pimpinan yang bodoh. Kemudian para pimpinan bodoh tersebut akan ditanya dan mereka pun berfatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan. [Al-Bukhari(100, 7307); Muslim (2673)]

Jawaban terhadap fitnah golongan yang mengatakan hukum Islam sudah ketinggalan zaman

Dengan kita memahami bahwa Sifat Maha Mengetahui Allah adalah  tidak terikat oleh waktu, ini membentengi iman kita dari fitnah orang yang mengatakan bahwa hukum Allah dalam Al Qur’an dan Hadits sudah ketinggalan zaman. Anggapan ini adalah bathil, sebab telah menolak  Sifat Qidam (tidak berawal) dan Baqa (kekal) bagi Sifat Maha Mengetahui Allah yaitu Sifat yang menegaskan Sifat Allah yang tidak terikat oleh waktu. Mereka telah beranggapan bahwa Ilmu Allah terhalang oleh waktu, sehingga menurut mereka Allah tidak tahu kejadian apa yang akan terjadi sekarang dan yang akan datang, sebagaimana mereka (makhluk). Maha Suci Allah dari apa yang mereka tuduhkan itu.

Objek Sifat Ilmu dan Kalam

Jika Sifat Qudrah dan Iradah mempunyai objek yang sama yaitu perkara yang Jaiz menurut hukum akal, maka Sifat Ilmu dan Kalam mempunyai objek yang sama pula yaitu seluruh perkara hukum akal

– Semua perkara yang Wajib, yaitu misalnya tentang Dzat dan SifatNya.
– Semua perkara yang Jaiz, yaitu misalnya tentang makhluk baik makhluk yang diciptakan maupun makhluk yang tidak diciptakan.
– Semua perkara yang Mustahil, yaitu misalnya tentang mustahil ada tuhan selainNya.

Tidak ada sesuatupun yang Allah tidak mengetahui. Untuk memahami apa itu hukum akal kita perlu mempelajari Pengantar ilmu Mantiq.

Maha Hebat Sifat Kalam Allah dan Maha Besar Allah yang selalu dalam keadaan Maha Berfirman.

(disarikan dari Kitab Kharidatul Bahiyah susunan Imam Ahmad Ad Dardir)

Wallahu a’lam


0 Kommentare

Schreibe einen Kommentar

Deine E-Mail-Adresse wird nicht veröffentlicht. Erforderliche Felder sind mit * markiert.

de_DEGerman