Al Muqit (المُقيِت)

Al Muqit artinya Yang Maha Menciptakan makanan dan menyampaikannya kepada makhlukNya. Manusia terdiri dari jasad lahir dan bathin (qolbu). Makanan jasad lahir (badan) adalah makanan.
Makanan bathin untuk jiwa (nafs) adalah yang bersifat perasaan (psikis) seperti rasa senang, bahagia, sedih dan lain-lain. Makanan bathin untuk akal (intelektual) adalah ilmu yang bersifat rasional. Makanan bathin untuk Qolbu adalah ma’rifat tentang Asma dan Sifat Allah. Makanan untuk Ruh adalah ma’rifat tentang Dzat Allah.
Makanan Qolbu adalah ilmu dan ma’rifat tentang Asma dan Sifat Allah, sedang makanan Ruh adalah ilmu dan ma’rifat tentang Dzat Allah.

Allah dengan Nama dan Sifat Al-Muqit adalah Yang Maha Memberi makanan ini kepada manusia. Maka ini juga dapat disebut rezeki, Allah adalah Ar-Razaaq, Yang Maha Memberi Rezeki. Apa bedanya?
Rezeki adalah termasuk makanan dan yang bukan makanan, yaitu seperti jodoh, pertemuan, teman dan sebagainya. Sedang Al Muqit, rezeki khusus untuk makanan saja, yaitu makanan yang zahir dan yang bathin.

Makna Al Muqit yang lain adalah, Allah memberikan kekuasaan dan juga pengetahuan. Manusia yag diberi ilmu, juga akan mendapat kekuasaan yang berkaitan dengan ilmu yang diberikan.

Dalam pertemuan dalam kajian ini, kita sedang mempelajari ilmu tentang Nama dan Sifat Allah Al Muqit, adalah termasuk kita berikhtiyar untuk mendapatkan makanan Qolbu kita, Hakikatnya Allah Al Muqit yang memberikan makanan Qolbu ini kepada kita.

Jika makanan lahir dan bathin terlalu sedikit dan terlalu banyak

Jika seseorang kekurangan asupan makanan lahir, maka jasad lahir kita akan lemah. Demikian juga jika asupan makanan lahir ini terlalu banyak, maka badan kita lambat laun akan kena penyakit lahir. Maka asupan lahir harus seimbang agar jasad lahir kita sehat.
Demikian juga asupan makanan nafs (jiwa) kita, jika terlalu sedikit (seperti kasih sayang), jiwa akan sakit, demikian juga jika terlalu banyak dapat juga menjadikan jiwa akan kena penyakit. Oleh sebab itu asupan makanan jiwa juga mesti seimbang agar kita mendapatkan jiwa yang sehat.

Demikian juga makanan akal yang berupa ilmu, kita disuruh berikhtiyar dengan sekolah untuk mencari ilmu sampai ke level sekolah yang paling tinggi. Namun ilmu sebagai makanan akal juga mesti tepat, agar akal kita sehat.
Ilmu yang tepat yang membuat akal dan Qolbu kita menjadi sehat adalah ilmu yang mendorong Qalbu kita mendapatkan makanan yang diperlukan adalah ilmu tentang Asma dan Sifat Allah. Ilmu ini tidak ada sekolah resminya. Guru yang dapat mengajarkan ilmu ini adalah guru yang disebut Ulama yang mewarisi ilmu dari Nabi. Al Ulama waratsatul anbiya.

Sekolah untuk mendapatkan ilmu untuk Qalbu mengenal Asma dan Sifat Allah disebut Tasawuf. Kurikulumnya dibuat oleh guru-guru Tariqat.

Ilmu yang diterima oleh akal memerlukan dalil yaitu Quran dan Hadits. Untuk mengetahui sahih dan tidak sahihnya suatu hadits, diperlukan dalil yang sahih dengan ilmu yang dapat dicerna oleh akal, ada bukti yang jelas dapat diterima akal. Bukan dicerna oleh qolbu.
Sedang ilmu tentang Tasawuf dapat dengan mudah diterima oleh qolbu. Jangan sampai terbalik dalam menggunakan akal dan qolbu untuk menikmati makanan akal dan qolbu. Dalam ilmu Tasawuf, guru Tarikat kadang memberikan amalan dzikir Asma Allah, yang hanya dapat dinikmati oleh qolbu. Maka jangan gunakan akal untuk menikmati makanan qolbu. Para Ulama Tariqat memberikan kurikulum makanan qolbu memberikan Nama Allah sebagai dzikir qolbu, agar qolbu kita menjadi tenang.

Allah berfirman dalam QS Al Hasyr:22

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ۖ هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ

Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Dalam ayat ini disebutkan bahwa Huwa termasuk nama Allah yang Agung, yang dapat dijadikan dzikir untuk qolbu.

Ada yang lebih puncak lagi yaitu makanan bagi Ruh yaitu pengetahuan tentang ma’rifat kepada Dzat Allah. Namun perkara ini dirahasiakan oleh Allah kecuali dibukakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wassalam dan para shahabat terdekat seperti Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar bin Khattab, Sayidina Utsman bin ‘Affan dan Sayidina Ali bin Abi Thalib.

Dalam membina qolbu juga diperlukan riyadhoh (latihan) agar qolbu menjadi kuat dan sehat. Kurikulum untuk Riyadhoh ini juga diberikan oleh guru Tariqat yang telah belajar dan mendapat ijazah dari guru Tariqat sebelumnya.

Makanan qolbu memberikan kekuatan yang melebihi kekuatan jasad lahir dan bathin

Maka dengan makanan qolbu yang Allah berikan ini, ashabul kahfi dapat bertahan hidup lebih dari 300 tahun. Selama itu jasad, jiwa dan akal sudah tidak mendapat asupan makanan lagi. Tetapi qolbu mereka diberi makanan oleh Allah dengan makanan ma’rifat kepada Asma dan Sifat Allah.
Untuk mudah memahami, dapat kita lihat pada anak yang asyik bermain game sampai ber jam-jam. Anak itu tahan bermain, tanpa makan dan minum, karena nafsu dan akalnya telah mendapat makanan bermain game itu. Namun makanan ini tidak membawa kepada kesehatan akal dan jiwa, bahkan menyebabkan penyakit pada akal dan jiwanya yang juga dapat merusak jasadnya.

Berbeda dengan makanan qolbu berupa ma’rifat terhadap Asma dan Sifat Allah, yang membuat yang memakannya sehat dan kuat, seperti terjadi pada ashabul kahfi, Nabi Khidir, Nabi Uzair dan juga Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Namun Rasulullah mesti menunjukkan kemanusiaanya kepada pada Shahabat dengan ikut makan dan minum untuk jasad lahir, karena menjadi contoh dan tauladan bagi seluruh umat manusia.

Al Hasib (الْحسِيبُ)

Al Hasib artinya Yang Maha Mencukupi. Seperti nama Al Kafi, Allah Maha Mencukupi segala sesuatu dan menyempurnakannya. Semua makhluk memerlukan Allah. Allah yang mencukupkan semuanya. Dengan Kesempurnaan Allah, Allah menyempurnakan makhlukNya. Allah Wujud adalah sempurna yang tidak memerlukan selainNya. Sedang makhluk hanya dapat wujud, karena segala keperluannya telah dicukupkan oleh Allah.

Kita memerlukan makanan, memerlukan matahari, memerlukan udara dan sebagainya. Ini menunjukkan kita memerlukan Allah, karena Allah yang menjadikan semuanya itu. Kadang seseorang yang mencari nafkah dengan bekerja, diuji dengan merasa tidak memerlukan Allah, padahal pekerjaan itu Allah yang menciptakan. Demikian jika kita sakit, kita berikhtiyar meminum obat, dan merasa tidak memerlukan Allah, padahal yang menyembuhkan kita dari sakit adalah Allah Yang Maha Mencukupkan. Sifat ini sangat berkaitan dengan Ismu Al Muqit, Yang Maha Memberikan makanan.
Bayi memerlukan ibu yang merawat bayi itu. Ini juga menunjukkan bahwa bayi juga memerlukan Allah, karena Allah yang menjadikan ibunya. Itulah sebabnya ibu adalah wakil Allah untuk memenuhi keperluan bayi. Dan kita wajib untuk berbakti kepada ibu kita. Sebagai wakil Allah untuk mencukupi keperluan kita.
Dengan berbakti kepada ibu kita, kita telah melakukan ibadah yang penting dan besar yang diwajibkan Allah kepada kita.

Wallahu a’lam


1 Komentar

Ummi Muyassaroh · 2. Januari 2022 pada 10:28

Jazakallahu khairan katsiran tulisannya Pak, sangat membantu kami lebih memahami materi kajian

Tinggalkan Balasan ke Ummi Muyassaroh Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian