Lanjutan Fasal 3

Tugas Rasulullah adalah menyampaikan risalah dan melaksanakan amanah. Allah yang memberi hidayah.

Setelah dijelaskan bahwa Rasulullah adalah sebagai pembawa kabar gembira dan ancaman, di sini dijelaskan bahwa Rasulullah hanyalan menyampaikan risalah dan melaksanakah amanah yang Allah berikan kepadanya. Sedangkan yang memberi hidayah adalah Allah subhanallahu wa ta’ala sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Qashash : 56

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”.

Risalah dari Allah adalah untuk keselamatan manusia, hamba ciptaanNya

Pada awalnya Rasulullah berdakwah secara personal dari rumah ke rumah dari kemah ke kemah, dan bukan secara terbuka. Kemudian beliau berdakwah secara terbuka di depan pembesar Quraisy dan seterusnya kepada seluruh masyarakat.
Beliau telah menyampaikan semua risalah yang mesti disampaikan kepada umatnya dan telah melaksanakan amanah Allah secara sempurna, sebagaimana sifat Tabligh pada Rasul.
Rasul menyampaikan risalah yang berisi syariat adalah untuk keselamatan manusia. Karena risalah itu dari Allah dan manusia adalah hamba ciptaan Allah, maka yang paling mengetahui tentang keselamatan manusia tentu adalah Pencipta manusia itu sendiri.
Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam menyampaikan semua risalah kepada manusia, maka manusia mempunyai pilihan untuk mengikuti atau tidak. Maka ada yang menerima dan ada yang menolaknya.

Nabi Muhammad dan umatnya adalah saksi bahwa Nabi-Nabi sebelumnya telah menyampaikan risalah kepada umatnya

Dalam Tafsir Ath-Thabary, di hari akhirat nanti, semua umat para Nabi akan ditanya apakah Nabi-Nabi mereka telah menyampaikan risalahnya masing-masing. Ada sebagian umat yang mengakui bahwa Nabinya sudah menyampaikan, dan ada sebagian umat yang berdusta dengan mengatakan bahwa Nabinya belum menyampaikan. Kemudian Allah bertanya kepada para Nabi: siapakah saksi bahwa risalah telah disampaikan?
Ketika itulah Nabi Muhammad dan umatnya diminta untuk menjadi saksi. Maka Nabi Muhammad dan umatnya akan bersaksi bahwa para Nabi itu semuanya (sebelum Nabi Muhammad) telah menyampaikan risalah yang diamanahkan kepada mereka.
Kemudian ditanya kepada umat Nabi Muhammad, bagaimana kalian dapat menjadi saksi sedang kalian tidak hidup sezaman dengan mereka?
Maka dijawab: Kami telah menerima Kitab Al Quran dari Nabi kami Muhammad, yang memberitahu kami bahwa Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan Nabi-Nabi lain telah menyampaikan risalahnya. Allah berfirman di QS Al Baqarah di awal ayat 143:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ


Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. 

Dan Umat Nabi Muhammad pun telah bersaksi bahwa Nabi Muhammad telah menyampaikan risalah dan melaksanakan amanah dari Allah. Allah berfirman dalam QS Al Maidah 67

يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَٰفِرِينَ

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

Dalam Hadits riwayat Ibnu Hibban diceritakan, ketika terjadi gerhana Rasulullah pernah menyampaikan: Wahai manusia, aku ini manusia dan aku ini Rasul, aku mengingatkan kalian semua, jika engkau mengetahui aku melakukan keteledoran atau kesalahan dalam menyampaikan amanah, maka beritahu kepadaku.
Semua Shahabat menjawab: “Wahai Nabi, Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah kepada kami, engkau telah berbuat kebaikan kepada kami dan melaksanakan amanah yang diberikan kepadamu”. Ini menunjukkan Rasul sudah menyampaikan seluruh amanah kepada manusia, tidak ada satu ayatpun atau hadits yang disembunyikan.
Ketika Haji Wada, Rasulullah menyampaikan Khutbah di hadapan seluruh jemaah Haji dan bertanya: “Apakah aku risalah ini sudah aku sampaikan?” Seluruh shahabat kemudian bersaksi, bahwa Rasulullah telah meyampaikan risalah dan menyampaikan amanah.
Sampainya Al Quran kepada kita adalah saksi bahwa Rasulullah telah menyampaikan amanah dengan sempurna.

Kegigihan Rasulullah dalam menyampaikan dakwah

Mendatangi satu per satu tenda kabilah yang datang dari luar kota, sejak dakwah terbuka di tahun ke 3 masa Kenabian.

Sejak Rasulullah menyampaikan dakwah secara terbuka yaitu tahun ke 3 masa kenabian. Rasulullah tidak hanya menyampaikan ke bangsa Qurasy di Mekkah namun juga kepada seluruh bangsa. Bangsa Qurasy di Mekkah adalah bangsa terhormat di kalangan bangsa Arab, karena keberadaan Ka’bah. Dimana setiap musim Haji dikunjungi oleh seluruh bangsa Arab, sejak lama. Bahkan di luar musim haji bangsa lain pun datang untuk mengetahui Ka’bah, selain untuk berdagang. Di kala itu disebarkan berita hoax oleh pembesar kafir Qurasy tentang Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, agar tidak ada orang yang mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wassalam dan mendengarkan ajarannya.
Ketika kabilah-kabilah dari luar kota datang ke Mekkah, Rasulullah mendatangi tenda mereka satu per satu. Nabi selalu menyampaikan kepada mereka yang didakwahi itu dengan berkata: “Siapakah di antara kamu yang ingin mengikutiku masuk agama Islam dan membantuku berdakwah mengajak manusia lain, maka dia akan masuk ke dalam syurga. Izinkan aku untuk berdakwah di daerah mu, karena bangsa Qurasy sudah menolak aku”. Namun sejak dakwah terbuka dari tahun ke 3 masa kenabian, tidak ada satu pun kabilah yang mau menerima dakwah Nabi.

Baru pada tahun ke 10 atau ke 11, ada 1 orang dari luar kota Mekkah yang masuk Islam

Sampai pada tahun ke 10 atau ke 11, baru ada 1 orang dari Yatrib (nama kota Madinah, sebelum Rasul Hijrah) yang menerima dakwah Nabi, yaitu Syuaib bin Shomit. Beliau adalah penyair yang terkenal. Ketika Rasul menyampaikan Al Quran kepadanya, beliau merasa kagum karena beliau seorang penyair, mengira itu adalah syair. Rasulullah menjelaskan bahwa itu adalah ayat suci yang diwahyukan. Ketika Syuaib bin Shomit pulang ke Madinah, terjadi perang antar suku Aus dan Khazraj. Syuaib bin Shomit mati terbunuh. Begitu getirnya dakwah Rasulullah, yang setelah 7 atau 8 tahun dakwah ke bangsa di luar kaum Qurays Mekkah, baru 1 orang yang masuk Islam, namun tidak lama mati dalam perang antar suku.
Di tahun berikutnya ada anak remaja, bernama Iyas dari suku Aus datang ke Mekkah, mencari teman untuk berperang melawan suku Khazraj. Iyas bertemu Rasulullah dan menceritakan maksudnya. Kemudia Rasulullah menawarkan yang lebih baik, yaitu agar Iyas masuk Islam. Maka Iyas pun masuk Islam. Para sesepuh suku Aus marah ketika mendengarnya karena Iyas bukannya mendapatkan teman untuk membantu berperang, malah masuk Islam.
Ketika berperang antas suku Aus dan Khazraj, Iyas mengucapkan “Allahu Akbar, Laa ilaha illallah” yang menarik banyak orang. Maka terdengarlah kabar-kabar tentang Islam di Yatrib. Kabar itu akhirnya sampai ke Abu Dzar Al Ghifari.

Bertemu Rasulullah mesti diam-diam

Abu Dzar Al Ghifari mengutus saudaranya ke Mekkah untuk mencari info tantang Nabi di Mekkah. Ketika pulang, diceritakan oleh saudaranya itu, bahwa Nabi itu orang baik yang mengajarkan kebaikan dan melarang orang berbuat keburukan, namun Nabi dan agama Islam di Mekkah dimusuhi. Abu Dzar semakin tertarik, namun belum puas kalau tidak bertemu sendiri.
Maka Abu Dzar pergi ke Mekkah ingin bertemu Nabi Muhammad shallallahu alahi wassalam. Kemudian beliau mencari Nabi dengan menunggu dekat Ka’bah. Abu Dzar tidak mau bertanya kepada sembarang orang, khawatir yang ditanya adalah musuh Nabi. Sayidina Ali bin Abi Thalib ketika itu sedang di Ka’bah melihat Abu Dzar yang asing. Maka beliau mengundangnya untuk datang ke rumahnya sebagai tamu.
Esoknya Abu Dzar menunggu lagi di dekat Ka’bah mencari Nabi. Sayidina Ali datang ke Ka’bah dan melihat Abu Dzar, merasa heran, sedang apa ada disini.
Abu Dzar menjawab, saya ada mencari seseorang, tapi kamu jangan beritahu siapa siapa. Sayidina Ali menyanggupi. Maka Abu Dzar menceritakan, bahwa beliau sedang mencari seorang Nabi.
Sayidina Ali pun berkata, tepat sekali, saya bisa tunjukkan, tapi kita mesti hati-hati, jangan sampai terlihat orang lain. Kamu jalan dibelakang saya, nanti kalau ada orang yang mencurigakan, saya akan jongkok, pura-pura membetulkan sandal saya, dan kamu jalan terus, sampai saya dekati lagi. begitu seterusnya. Demikian dakwah Rasulullah ketika itu, untuk bertemu Rasul saja, terancam sehingga mesti diam-diam.
Setelah bertemu Rasulullah shallallahi alaihi wassalam. Abu Dzar masuk Islam. Kemudian Rasul berkata, sembunyikan keislaman kamu, sampai jika kami dengan saya sudah muncul di permukaan, kamu datang lagi.
Abu Dzar bukannya berhati-hati, tetapi beliau justru datang ka Ka’bah dan mengumumkan dengan lantang. Maka orang kafir Qurasy mengeroyok memukulinya sampai hampir mati. Sayidina Abbas bin Abdul Muthalib kebetulan lewat, dan berkata “Berhenti kalian, kalian tahu ini adalah penduduk desa Ghifar yang kalian lewati jika kalian akan ke Syam, yang jika penduduk desa itu tahu kalian memukulinya, kalian akan kesulitan.” Maka kaum kafir Qurasy meninggalkannya.
Keesokan harinya, kejadian itu terulang lagi, dan Sayidina Abbas pun memperingatkan lagi. Dan akhirnya Abu Dzar pun pulang ke desanya unzuk berdakwah di sana.

Rasul mendatangi tenda kabilah satu persatu hingga bertemu pemuda Khazraj di Aqabah

Berita hoax yang beredar dari pembesar kafir Quraisy adalah bahwa Nabi adalah pembohong dan tukang sihir. Sehingga tidak ada orang dari luar kota yang takut mendatangi Nabi.
Jika sebelumnya Rasulullah mendatangi tenda-tenda kabilah, maka kemudian Rasulullah mendatangi di tengah malam. Setiap didengar ada percakapan dalam tenda, Rasul menemui kabilah tersebut. Beliau menawarkan untuk dapat menceritakan tentang Islam kepada mereka.
Suatu ketika Nabi menawarkan untuk membantu dakwahnya kepada satu suku Arab. Pimpinan suku itu bertanya, bagaimana kalau kita sudah menang, siapakah yang akan menjadi pemimpin?
Nabi menjawab: Keputusan itu ada pada Allah. Pimpinan suku itu kemudian berkata, kalau begitu kami tidak mau membantumu, betapa ruginya kami jika menang ternyata pimpinan bukan dari kami.
Begitulah fanatik suku Arab di kala itu.
Setelah datang ke beberapa tenda, akhirnya ada 6 pemuda dari suku Khazraj yang berasal dari Yathrib di Aqabah, yang bersedia berbincang dengan Nabi.
Nabi bertanya: Kalian dari mana?
Pemuda Khazraj: Kami dari Khazraj.
Nabi: Kalian dari Yatrib berdekatan dengan suku Yahudi. Saya ingin bercerita padamu.
Ketika itu peperangan sering terjadi antara Aus dan Khazraj. Bangsa Yahudi sering mengadu domba mereka, sehingga mereka dapat menguasai ekonomi Yatrib (Madinah). Pemuda Khazraj saling pandang sesama mereka kemudian berkata,
Pemuda Khazraj: Benar. Orang Yahudi sering bercerita sambil mengancam kami, tentang akan datang seorang Nabi yang akan memimpin mereka dan akan memusnahkan kami seperti dulu kaum ‘Aad dan Iram. Sekarang kita bertemu dengan Nabi, mari kita beriman kepadanya.
Kemudian Nabi menjelaskan tentang Allah dan agama Islam. Kemudian berkata: “Kalian sekarang pulang ke Yathrib, dan sampaikan dakwah kepada penduduk Madinah, nanti tahun depan kita bertemu lagi di sini.”
Malam itu adalah malam di hari Tasyrik musim haji.
Begitulah kegigihan Rasulullah dalam berdakwah. Jadi bukan hanya berdoa saja, tetapi memanfaatkan segala upaya dan kemungkinan yang yang ada untuk berdakwah.

Pertemuan baiah Aqabah pertama.

Setelah setahun, pemuda dari Yathrib datang sebanyak 12 orang ke Mekkah, mereka berbaiat, berjanji kepada Nabi. Tempat pertemuan itu disebut Aqabah, yang dikenal juga sebagai tempat melempar Jumrah. Sehingga baiat itu disebut Baiat Aqabah. Isi Baiat (perjanjian itu adalah):

1. Menyatakan tidak akan menyekutukan Allah.
2. Menyatakan patuh kepada Nabi Muhammad.
3. Menyatakan tidak berzina
4. Menyatakan tidak mencuri.
5. Menyatakan tidak berbohong (menyebar hoax).
Kalau kalian taat, kalian akan masuk syurga. Kalau melanggar Allah akan menghukum di akhirat. Tentang hukuman di dunia terserah Allah.

Setelah mereka pulang, Rasulullah mengutus Sayidina Mush’ab bin ‘Umair. Dalam setahun mengajar masyarakat muslim Yathrib. Orang Islam di Yathrib menjadi bertambah, mereka sangat mencintai dan merindukan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Ketika di Madinah Mush’ab bin ‘Umair tinggal bersama As’ad bin Zaroroh.
Maka ketika Nabi hijrah ke Madinah. Mereka selalu berdakwah berdua. Suatu ketika mereka ke satu desa. Mereka dihadang oleh ‘Usaid bin Hudhair salah satu kepala suku ‘Aus di Madinah. ‘Usaid adalah saudara sepupu As’ad.
‘Usaid: Mau apa kalian di sini, jangan membodohi kami.
As’ad berkata kepada ‘Umair, bahwa jika ‘Usaid masuk Islam maka seluruh sukunya akan masuk Islam.
Muas’ab meminta agar usai mendengarkan uraiannya tentang Islam terlebih dahulu. Apabila Usaid tidak mau menerima, Mus’ab berjanji angkat kaki dari Madinah dan Usaid pun menancapkan tombak duduk mendengarkan.
Usaid terbuka hatinya dan bertanya: Apa yang kalian dahulu ketika masuk Islam?
As’ad menjawab: Pertama mandi, kemudian memakai pakaian yang suci. Kemudian membaca 2 kalimat syahadat dan sholat 2 rakaat.
Kemudian Usaid pergi mandi, Ketika datang wajah Usaid berubah menjadi cerah. Tak lama kemudian, seluruh sukunya masuk Islam.

Pertemuan baiah Aqabah kedua (tambahan)

Setahun kemudian, datang 73 orang laki-laki dan 2 orang wanita Yathrib di tempat yang sama. Mereka berbaiah kepada Nabi. Baiah ini disebut baiah Aqabah kedua, yaitu

1. Untuk mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka yang mereka sukai maupun yang mereka benci.
2. Untuk berinfak baik dalam keadaan sempit maupun lapang.
3. Untuk beramar ma’ruf nahi munkar.
4. Agar mereka tidak berpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah SWT.
5. Melindungi Nabi Muhammad SAW sebagaimana mereka melindungi wanita-wanita dan anak-anak mereka sendiri.

Setelah baiah ini, Rasulullah hijrah bersama Muhajirin ke Madinah.

Wallahu a’lam







0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian